Chapter 39

36 6 0
                                    

PULANG

🧸🧸🧸

Alana dan Noah turun terlebih dahulu dari dalam mobil. Keduanya berjalan menuju pintu utama dan membukanya. Keduanya terbelalak kaget saat tiga orang yang sudah tidak asing bagi mereka berdiri di hadapan mereka.

"Papa, mama, bi Ratih? Kapan kalian sampainya?" Alana tersenyum senang, ia berlarian kecil menghampiri Veri, Kania dan Ratih, lalu memeluk ketiganya satu persatu. Sedangkan Naoh? Ia terpaku di ambang pintu sampai Brian mengusap puncak kepalanya. Noah mendongak, menatap wajah Brian.

"Kenapa gak ikut Mam Alana nyamperin om Veri, tante Kania dan bibi Ratih?" Tanya Brian dengan senyuman.

"Sebahagia itu ya pa? Punya orang tua yang lengkap?" Pertanyaan Noah berhasil menusuk dada Brian.

"Sebentar lagi, Noah juga bakalan ngerasain bahagia punya orang tua yang lengkap." Noah hanya diam sambil mengangguk pelan. "Ayo, kita samperin om Veri, tante Kania dan bibi Ratih?"

"Iya pa..." Noah menggenggam salah satu tangan Brian sebelum ia dan sang ayah berjalan menghampiri Alana, Veri, Kania dan Ratih.

"Pak Veri..." Brian menyalami punggung tangan Veri, dan bergantin menyalami punggung tangan Kania dan Ratih. Begitu juga dengan Noah.

"Ah... Brian... satu minggu lebih kita tidak berjumpa." Veri terenyum, ia memeluk Brian sekilas lalu menepuk pundak Brian dengan pelan.

"Kapan sampainya, pak?" Tanya Brian.

"Hemmm, satu jam yang lalu. Sengaja tidak memberitau kalian bertiga, agar terkesan surprise." Veri terkekeh, ia melirik wajah Alana yang cemberut. Alana sedikit kesal karena Veri tidak mengabarinya terlebih dahulu kalau sudah sampai di rumah.

"Halo Noah, tante Kania punya banyak oleh-oleh buat Noah." Sapa Kania, membuat Noah tersenyum senang.

"Banyak? Oleh-olah apa aja tante?" Tanya Noah, ia sangat berantusias ingin menerima oleh-oleh dari Kania.

"Nanti ya, nanti kita ke kamar tante buat ngambil oleh-oleh buat kamu, sekalian oleh-oleh buat papa dan nenek kamu."

Noah memberikan dua jempol kepada Kania. "Siap tante!"

"Dari pada kita berdiri terus kek orang ngantri sembako, mending kita duduk di sofa aja." Kania, Brian, Alana dan Ratih mensetujui perkataan Veri. Kelimanya berjalan menuju sofa ruang tamu dengan Noah yang berada di hendongan Kania. "Ahhhh, kan enak kalau gini." Ujar Veri saat menyandarkan punggungnya di kepala sofa.

"Gimana Brian? Apakah, kamu mengalami kesulitan saat ngejagain Alana selama satu minggu lebih?" Tanya Kania, sebelum menjawab, Brian menoleh ke arah Alana. Melihat wajah Alana yang datar, membuat pikiran jahil Brian terlintas.

"Lumayan ekstrim sih, bu..." jawab Brian, membuat semua orang menjadi penasaran, kecuali Noah, anak kecil itu sedang mengotak atik ponsel milik Kania.

"Ekstrime gimana Brian?" Tanya Veri.

"Ya, begitu pak, susah banget buat dibangunin tidur di pagi hari padahal mau sekolah. Suka marah-marah kalau ditergur gak boleh begadang dan suka gangguin saya kalau lagi kerja. Susah banget bikin Alana jadi nurut. Tantrum banget kalau gak ada bapak dan ibu." Brian terkekeh dalam batin.

"Heh! Enak aja! Semua yang dibilang Brian tadi fitnah, pa, ma!" Alana membela diri.

"Tapi kan, memang begitu kenyataannya. Kamu sehari-hari suka begitu." Sambung Veri, ia satu frekuensi dengan Brian.

"Ih papa! Kok gitu, sih?!" Alana tidak terima Veri mendukung opini Brian. "Ngeselin, ah!" Semua orang terkekeh melihat Alana menjadi kesal dengan wajah yang cemberut memerah.

CONNECT ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang