Chapter 3

1K 189 6
                                    

[Name] jelas tahu ini bukan hal yang menyenangkan.

Semua orang berlalu lalang, saling bercengkrama-ria sambil tersenyum riang. Sementara sekarang dirinya berpakaian seperti ini layaknya sedang dilelang—atau lebih tepatnya, memang seperti itulah kenyataannya.

Ini menyesakkan, sungguh. Ia seperti sedang melihat ke luar celah loteng. Pesta yang terlihat sama seperti waktu itu, tapi kini posisinya sedikit berbeda. Kini dia ada di dalam bagian dalam pesta. Bukan hal menggembirakan dan patut dirayakan karena sekarang dirinya ingin dijual.

Oleh karena itulah, dia semakin jadi tidak sabar hanya dengan melihat pesta ini. Jadi dia berpikir mungkin saat ini adalah waktu yang tepat untuknya pergi diam-diam selama orang-orang sedang fokus pada pestanya.

Awalnya Chisato meminta [Name] berkumpul di aula para Nona muda, tapi begitu ia sampai di sana dan belum sampai 10 menit bertahan, dia keluar dari aula itu diam-diam. Menyelinap diantara koridor kosong dan sampai di bagian belakang kediaman Kanjou Commission.

Walaupun dirinya sudah lama meninggalkan tempat ini, faktanya ia masih mengingat sudut-sudut tempat kecil yang ia gunakan untuk menyelinap. Jadi dia sangat yakin tidak akan bertemu seorang pun di sana terlebih dengan keramaian pesta yang ada.

Begitu [Name] mendapati sebatang pohon yang menjulang sampai melewati tembok, ia mengangkat kimono-nya hingga menampakkan setengah betisnya dan mulai melangkah menaikinya.

Kenapa sulit sekali? Padahal waktu aku kecil, rasanya tidak sesulit ini!?

Tepat ketika [Name] menikan salah satu langkahnya, kakinya tidak berpijak dengan sempurna dan dia hampir terjatuh. Dia bahkan hendak berteriak karena terkejut tapi untunglah itu tidak terjadi. Dia melanjutkannya, terus memanjat dengan susah payah, berkali-kali mencoba mengangkat kimono-nya lagi tapi itu sangat sulit.

Sampai tiba-tiba suara seseorang menyapanya dari arah belakang, dia berdehem. "Maaf mengganggu waktu Anda, Nona... tapi, apa Anda butuh bantuan?"

Bahu [Name] tersentak seketika. Ia mencoba menoleh ke belakang dan mendapati bayang-bayang siluet seseorang berdiri di belakangnya.

Astaga, kenapa disaat seperti ini—!?

"Ah, tidak. Terima kasih banyak. Silakan kembali ke aula pesta, semua orang pasti menunggu Anda."

"Tentu saja. Tapi kalau seperti ini, saya terpaksa mengatakan apa yang saya lihat sekarang kepada Nona Hiiragi," balas pria itu. "Saya penasaran, apa yang sedang Anda lakukan?"

"Tidak ada." [Name] mengerlingkan matanya. "Tuan, apa Anda tahu kalau mempertanyakan urusan orang asing itu sangatlah tidak sopan?"

Sungguh, kenapa kau tidak pergi saja dan mengabaikanku!?

"Ya, saya tahu. Tapi saya juga berhak tahu untuk yang satu ini. Bagaimana jika Anda merencanakan suatu tindak kejahatan?"

"Tindak kejahatan?" [Name] tertawa. Jelas itu adalah pertanyaan yang konyol. "Anda mengatakan sesuatu yang lucu, ya? Penjahat tidak akan memanjat dari dalam ke luar bangunan, Tuan. Bukankah sudah jelas?"

"Baiklah, saya ubah pertanyaannya. Untuk apa Nona memanjat pohon itu? Saya yakin Anda tidak sedang ingin mengambil buah yang ada di atas sana, 'kan?"

"Bisakah Anda berhenti bertanya? Memangnya Anda ini reporter?"

Pria itu tertawa. "Bukan. Tentu bukan itu."

"Kalau begitu pergilah," [Name] berujar dengan ketus. "Berpura-puralah tidak tahu dan saya akan berpura-pura tidak pernah berbicara dengan Anda."

"Tidak bisa, saya akan tetap melaporkan tindakan Anda ini pada Nona Hiiragi."

[Name] mendesis sebal. Jujur saja, baru kali ini dia mendapati seseorang yang sangat ingin tahu urusan orang lain. Ini sangat merepotkan dan kini ia terpaksa turun dari posisinya dan menghampiri pria itu

✅️ [21+] The Commissioner Who Loved Me | Ayato Kamisato x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang