Chapter 33

563 127 18
                                    

Ayato Kamisato, dia sangat menyebalkan.

Selagi Ayato sibuk berbincang dengan orang-orang dari keluarga cabang Klan Hiiragi, [Name] berkeluyuran di sekitar Kanjou Commission tak tentu arah setelah ia sedikit berbincang dengan Chisato sekadar bersalam sapa hingga akhirnya membuat ia berhenti di taman belakang di sana.

[Name] bertanya-tanya dalam benaknya, apa yang kulakukan di sini seperti orang bodoh?

Bukan, ini tidak seperti itu—atau setidaknya, itu yang ingin [Name] katakan—ya, dia tidak bermaksud datang ke sini setelah Ayato mengatakan itu padanya, hanya saja ia terbiasa untuk datang ke tempat ini setiap kali ada pesta di dalam kediaman Kanjou Commission di Ritou, sekadar menyusup ke dalam pesta.

Namun hari ini tujuannya sedikit berbeda, ia sangat ingin menghindari pesta yang ada di sini sekarang.

Meskipun Chisato berkata bahwa jamuan ini hanya untuk beramah-tamah antar dua klan besar di Inazuma, [Name] merasa tidak cocok untuk ikut ke dalamnya mengingat dia sendiri tidak benar-benar mengerti apa yang sedang dibicarakan di sini selain berbasa-basi. Daripada disebut menghindar karena tidak memahami apa yang sedang dibicarakan, [Name] menghindari pembicaraan tertentu.

"Urusan itu, aku serahkan pada Ayato," ucapnya pada diri sendiri. "Selagi di sini...."

Dan [Name] mendekati batang pphon yang dulu sempat ia gunakan untuk memanjat dan kabur. Saat ia berdiri di depannya, tiba-tiba ia kembali mengenangnya.

Di tempat yang sama, di waktu yang sama, dan suasana yang hampir sama. Tempat dimana ia bertemu Ayato saat pertemuan resminya. Dia yang sangat dongkol dengan pria kurang ajar yang sudah menggagalkan rencana melarikan dirinya, sangat tidak ia sukai. Tapi lihatlah ia sekarang? Berdiri di tempat yang sama dengan perasaan berbeda. Memalukan kalau ia harus menceritakannya dari awal dan dia bersumpah untuk tidak mengatakannya pada siapa pun.

Kini [Name] mendekati pohon itu dan mengusap batangnya, mencari goretan-goretan berupa tulisan yang dikatakan Ayato padanya tempo hari, sayangnya dia tidak menemukan apa pun di sana.

"Apa dia mengatakan itu untuk membodohiku lagi?" Saat mengatakan itu, ujung alis [Name] bergerak tidak senang. Dia mendesis, "sialan, seharusnya aku tahu kalau dia hanya mempermainkanku—"

Dan tiba-tiba [Name] teringat pada sesuatu: tulisannya tidak akan ada di tempat yang sama.

Jika itu ditulis oleh gadis kecil yang lebih pendek darinya, seharusnya tulisannya ada di bawah—tapi itu goretan tulisan dari beberapa tahun yang lalu, artinya sekarang tulisannya tidak ada di posisi yang sama.

Lantas [Name] mendongak dan tepat detik berikutnya angin kencang berembus, dan kala ia menutup setengah wajahnya karena takut dengan embusan itu, dia menemukan goretan kecil si bawah dahan yang tebal. Mulutnya sedikit membuka karena terkejut.

Tulisan tangan seorang anak yang baru belajar memegang alat tulis itu terlihat kaku, sedikit melengkung hingga membuat rentang yang jauh antar huruf di sampingnya, hingga [Name] sendiri meragukan keterbacaannya tetapi bukan berarti tak terbaca.

Sebaliknya, ia dipaksa harus sedikit menebak nama yang tergoret di sana lantaran anak itu tidak menulisnya dengan tepat hingga membuatnya menjadi nama baru—atau kata baru, entahlah [Name] tidak yakin yang mana yang benar. Namun yang jelas, ia sangat tahu apa yang hendak ditulis anak itu di sana.

"... dia tidak bohong."

Seperti yang dikatakan Ayato kala itu, dia tidak berbohong. Itu tepat seperti yang dikatakannya. Semuanya benar, tidak ada satu kesalahan pun.

Termasuk kebenaran bahwa gadis kecil yang dicarinya adalah dirinya sendiri.

"[Name]."

☆.。.:*・°☆.。.:*・°☆.。.:*・°☆.。.:*・°☆

✅️ [21+] The Commissioner Who Loved Me | Ayato Kamisato x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang