Chapter 16

796 144 10
                                    

"Jangan menangis, tolong jangan menangis."

"Huaaa... dangoku ...!"

"Aku akan memberikanmu milikku, jadi jangan menangis. Lihat ini, kau bisa mengambil ini dulu sebagai gantinya."

"Itu... apa ...?"

"Ini taiyaki. Lucu, 'kan? Bentuknya seperti ikan."

Berapa kira-kira usia gadis kecil yang Ayato temui di pesta malam itu ketika ia berada di taman belakang kediaman Kanjou Commission di Ritou? Tubuhnya lebih kecil darinya dan dia terlihat kurus, mungkin empat sampai lima tahun?

Tidak lama kemudian, terdengar suara keras orang-orang dari arah tengah pesta. Ayato hanya memalingkan wajahnya sebentar, tapi gadis kecil itu hanya terus memandangi taiyaki di tangannya dengan riang, seakan ia sangat menginginkannya. Jadi Ayato menarik tangannya dan meletakan taiyaki itu di atas tangan gadis kecil itu.

Apa yang terlintas di pikiran Ayato setelahnya hanyalah suasana membosankan yang tak ia sukai, lalu sebuah suara yang terdengar ramah dan hangat menyapanya dari arah depan.

"Terima kasih banyak. Ternyata kau orang yang baik."

Ayato mengingat itu dengan sangat baik, selalu. Karena itulah setiap kali ada kunjungan atau pesta di Kanjou Commission, dia selalu pergi ke taman belakang, dimana dia bertemu dengan gadis kecil itu, berharap bisa berbicara dengannya lagi.

Namun sekeras apa pun dia mencoba mencari tahunya dan bertanya kepada para pelayan di sana, mereka tidak tahu apa pun tentang anak yang dicarinya. Informasi yang selama ini diinginkannya tidak bisa ditemukan sama sekali, ia bahkan tidak bisa mendapatkan fotonya barang satu pun.

"Thoma, apa kau benar-benar tidak mendapatkan apa pun kali ini?" pertanyaan yang sama masih keluar dari mulutnya kali ini.

"Iya, Waka. Aku sudah mengeceknya beberapa kali, tapi tidak ada informasi apa pun tentang anak yang kau cari."

Apa yang akan terjadi kalau aku menemukannya? Apakah dia akan mengingatku? Usianya lebih muda dariku, aku tidak yakin dia akan mengingatku.

Ayato kerap kali berharap itu hanyalah cerita lama yang ada di dalam imajinasinya, tapi tidak. Dia sangat ingat dengan gadis kecil itu dan bagaimana rasanya menyetuh pipinya yang tebal.

Ibunya kerap kali sibuk mengurus adik perempuannya yang baru lahir, Ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaan dan hanya berbicara dengannya saat kelas penerusnya berlangsung. Sesungguhnya Ayato hanya merasa kesepian dan lelah, bahkan sampai saat ini. Meskipun keadaannya jauh lebih baik, bukan berarti dia tidak merasa lelah sama sekali.

Thoma dan Ayaka bahkan menyadarinya.

Dia membutuhkan perasaan hangat dan nyaman dari seseorang. Karena itulah secara tidak sadar, ia mengejar memori dalam kenangannya itu yang mungkin sudah terkubur lama di dalam tanah guntur.

"Hari ini Nona Ayaka akan berlatih tanding dengan Nyonya," ucap Thoma padanya. "Apa Waka tidak akan melihatnya?"

Lalu Ayato tersenyum. "Benar. Aku harus melihat latih tanding mereka."

Ayato sangat tahu kemampuan Ayaka, tetapi tidak dengan [Name]. Dia tidak pernah memperlihatkan kemampuan bertarungnya dan dia pun ragu [Name] memilikinya, kendati demikian Ayato tetap datang ke Dojo untuk melihatnya.

Kemudian ingatan tempo hari pun muncul dalam benaknya dan membuat Ayato tertawa kecil sendiri.

[Name] memang keras kepala, dia akui itu. Walaupun dia masih menolak perannya sebagai istrinya dan berpegang teguh pada kontrak yang dibuat dengannya, tapi Ayato jelas tahu kalau gadis ini tidak menolaknya dan itu membuatnya sangat bahagia. Dia hanya harus bekerja lebih keras untuk meyakinkan gadis itu.

✅️ [21+] The Commissioner Who Loved Me | Ayato Kamisato x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang