Chapter 32

595 122 19
                                    

"Bukankah di sana ada pesta, kenapa kau pergi ke sini?"

"Aku lelah, jadi aku mencari tempat yang sepi," jawabnya. "Bagaimana denganmu? Kenapa kau ada di sini padahal ada pesta di sana?"

"Ah, karena Ibu bilang aku tidak boleh ke sana." Dia memandangi kaki kecilnya yang tergantung, pandangannya tertunduk. Ia tersenyum kecil dan tertawa. "Tapi aku tetap datang diam-diam. Tolong jangan beritahu Ibu, ya?"

Anak laki-laki terkekeh. "Iya, tentu saja."

Senyumannya sangat hangat, saking hangatnya hanya itu yang bisa [Name] ingat darinya. Ia menyukai senyuman anak laki-laki itu.

"Mereka pasti sangat menyayangimu, ya?"

"Eh? Maksudmu?"

"Ibu selalu bilang kalau Ibu menyayangiku, karena itulah ia bekerja dengan keras," katanya. Gadis kecil itu tersenyum cerah. "Ayah juga begitu, makanya aku diminta untuk menunggu dengan sabar. Ibu juga sering memberikanku berbagai macam makanan enak, lho! Kali ini dia berjanji akan menemaniku melihat kembang api setelah pekerjaannya selesai!"

[Name] berpikir dalam benaknya, kapan dia pernah mengatakan hal memalukan seperti itu? Gadis itu tidak tahu apa ini hanya sekadar mimpi di siang bolong atau ingatannya yang sekelebat lewat begitu saja, rasanya sangat memalukan sampai ia ingin bangun saat ini.

"Kau benar," ucap anak laki-laki itu riang. Dia tersenyum lebar. "Karena mereka menyayangiku, jadi mereka pasti bekerja keras untuk itu. Benar begitu bukan, [Name]?"

[Name] yang terkejut tiba-tiba terbangun, lalu menolehkan pandangannya kesegala arah dengan bingung.

"[Name]?"

Suara pria yang terdengar hangat itu terdengar kembali di telinganya. Ketika [Name] menoleh dengan perasaan nostalgia, dia mendapati Ayato duduk dihadapannya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya pria itu lagi.

"Maaf, aku...." [Name] mengembuskan napasnya pelan. Dia mengusap wajahnya yang basah dengan keringat dan menutupi kepalanya dengan kedua tangan. "Aku hanya bermimpi...."

Sebetulnya [Name] pun tidak yakin apa itu benar-benar hanya mimpi atau bukan karena rasanya begitu nyata. Ditambah, ia merasa sangat tidak asing dengan anak laki-laki yang ada di mimpinya seolah ia pernah melihatnya.

"Apa sebaiknya dibatalkan saja?" tanya Ayato. Ia memperjelasnya, "makan malam dengan Nona Hiiragi dan Tuan Ibuki maksudku."

[Name] menggeleng lemah. "Tidak, tidak perlu. Aku ingin menyelesaikan masalah ini dengan cepat."

Permintaan Chisato untuk mengadopsi anaknya dan meneruskan garis keturunan asli Klan Hiiragi, [Name] ingin memperjelasnya pada wanita itu bahwa ia tidak ingin melakukannya termasuk kepada Klan Kamisato. Dia tidak ingin jika tujuannya untuk hal seperti itu, yang mereka inginkan darinya adalah seorang pewaris bukan istri atau Ibu.

Lagi pula, ada yang ingin ia tanyakan pada Ibuki Hiiragi tentang Ibunya. Jika yang dikatakan Ayato tentang Ibunya yang dijual itu benar, [Name] ingin menanyakan itu kepada Ibuki Hiiragi secara langsung. Apa alasannya? Kenapa dia melakukan itu? Banyak, sangat banyak hingga hanya sedikit yang bisa ia pikirkan.

"Jika ada sesuatu yang mengganggumu, tolong ceritakanlah padaku," ucap Ayato padanya tiba-tiba.

[Name] mendongakkan wajahnya dan menatap Ayato lurus. Entah sudah berapa kali Ayato mengatakan itu kepadanya sampai ia merasa sangat terbiasa untuk mendengarnya.

Dia tahu kalau Ayato Kamisato bukan orang yang akan berhenti meskipun mendapatkan penolakan darinya. Jika hari ini dia tidak mendapatkan jawabannya, besok dia akan bertanya lagi pada kesempatan lain, dan jika besok juga tidak terjawab, dia akan mencobanya lagi lusa. Terus seperti itu. Dia memang pria yang tidak suka berbasa basi.

✅️ [21+] The Commissioner Who Loved Me | Ayato Kamisato x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang