Extra Story : Chapter 6

380 66 5
                                    

Beberapa hari yang lalu, Tokiya meminta Hayato untuk berlatih tanding pedang di Dojo sebelum kelas berpedangnya dimulai.

Hayato mengangkat alis, sedikit terkejut dengan permintaan tersebut. Biasanya, mereka berlatih bersama pada waktu yang telah dijadwalkan, bukan di luar jam pelajaran. Namun, Hayato tidak keberatan; ia selalu senang berlatih dengan saudaranya, terutama ketika Tokiya terlihat sangat bersemangat seperti kali ini—meskipun mungkin tidak seperti itu.

Hari saat Tokiya memintanya untuk berlatih tanding, ekspresinya begitu kaku dan serius. Oh, memang Tokiya adalah orang kaku yang serius dan terkadang bisa sangat menyebalkan, tapi entah kenapa hari itu rasanya ada yang berbeda.

Kemudian mereka berdua tiba di Dojo lebih awal, suasananya masih sepi dan tenang. Matahari pagi yang lembut menyinari ruangan, menciptakan bayangan panjang di lantai kayu. Tokiya sudah siap dengan pedang latihan di tangannya, wajahnya menunjukkan keseriusan yang jarang terlihat.

"Kau terlambat 3 menit," ucap Tokiya tajam tanpa melihat ke arahnya.

Hayato meringis. "Maafkan aku. Kau tahu bukan kalau—"

"Dan jangan membuat alasan untuk membenarkan kesalahanmu," potong Tokiya tajam. Dia akhirnya menoleh tanpa ekspresi. "Seorang pria terhormat tidak seharusnya bersikap seperti itu."

"Kau—" Hayato mendesah lelah dan melengos pergi untuk mengambil pedang kayunya. "—dan kau hari ini terasa semakin menyebalkan, bukankah begitu?"

"…."

Hayato lantas berdiri berhadapan dengannya. Tidak salah lagi, perasaannya tidak salah. Tokiya sungguh bersikap aneh dan dia benar-benar sangat menyebalkan sekarang.

Dia sudah cukup tabah dengan kata-katanya yang tajam, atau kecerewetannya sampai membuat ia merasa sangat jengkel dan menceritaka itu semua kepada Ibunya. Namun pada akhirnya, jawaban Ibunya masih sama. Dia harus mendengar alasan Tokiya atas sikapnya ini.

Jadi dia pun datang dan berhadapan langsung dengan kembarannya ini, menatapnya dengan ekspresi yang sama dan kini ia melihat dirinya seolah seperti sedang bercermin.

"Bersiaplah," kata Tokiya memperingatkannya. "Aku tidak akan segan padamu."

"Tidak pernah," Hayato membalas pongah.

Pertarungan dimulai dan suasana langsung memanas sepersekian detik kemudian. Tokiya melancarkan serangan pertama dengan cepat, gerakannya tajam dan terarah. Hayato yang sudah terbiasa dengan gaya bertarung saudaranya, berhasil menangkis serangan tersebut—ugh!? Kenapa serangannya… berat sekali?

Mereka bertukar serangan dan pertahanan dengan cepat, suara benturan pedang kayu menggema di dalam Dojo. Hayato terus mencoba membaca gerakan Tokiya, mencari celah untuk mengenai titik lengahnya, tetapi Tokiya tampak lebih fokus dari biasanya seolah-olah sedang berusaha membuktikan sesuatu.

Di tengah-tengah pertarungan, Hayato merasakan dorongan aneh dari Tokiya. Bukan sekadar dorongan fisik, tetapi semacam tekanan emosional yang menekan. Ia tahu, ini bukan sekadar latihan tanding biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang membuat Tokiya begitu tegang dan serius.

Setelah beberapa menit bertarung tanpa henti, Hayato akhirnya melihat celah dalam pertahanan Tokiya dan melancarkan serangan balik. Namun, alih-alih mundur, Tokiya menahan serangan itu dengan kekuatan yang tak biasa dan justru mendorong Hayato untuk mundur beberapa langkah.

Keduanya berhenti, terengah-engah, namun mata mereka tetap terkunci satu sama lain. Hayato akhirnya membuka suara, "Tokiya, ada apa denganmu? Kau tidak biasanya berlatih sekeras."

Tokiya terdiam sejenak, wajahnya tetap serius. Setelah beberapa detik, ia menghela napas dalam-dalam dan menurunkan pedangnya.

"Melihat sejauh mana kemampuanmu," jawab Tokiya singkat.

✅️ [21+] The Commissioner Who Loved Me | Ayato Kamisato x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang