Chapter 29

645 134 20
                                    

Ayato hari ini tengah menyelesaikan rutinitasnya yang biasa : menulis kaligrafi saat sedang senggang.

Bukan, ini berbeda dari biasanya. Biasanya dia akan menyalin puisi-puisi dari waktu ke waktu dengan tujuan untuk menjernihkan pikirannya dan berpikir dalam ketenangan, tapi hari ini berbeda. Dia menulis karena perasaannya sedang sangat baik. Ayato baru menyadarinya bahwa sebelum menikah, dia selalu bekerja dalam situasi yang amat tenang seakan tidak ada yang bisa mengganggu aktivitasnya.

Aku tidak pernah menulis ini untuk orang lain, Ayato menyadarinya dalam hati, tapi sekarang aku ingin menuliskannya.

Ia merasa jauh lebih tenang, otot pundaknya yang dulu tegang kini menjadi rileks, belakang lehernya yang selalu terasa nyeri setiap kali mendengar keluhan para warga dan mengurus para pejabat publik yang korup, kini tidak terasa apa pun.

Rasanya Ayato baru menyadari betapa membosankan keseharian dia selama ini, dan menikahi [Name] dalah tindakan terbaik setelah ia memutuskan untuk menjadi Komisaris Yashiro Commission di masa mudanya. Ia bahagia, tentu saja. Dan kebahagiaannya bertambah sejak ia menikah, seperti yang dikatakan Ayaka padanya belum lama ini.

Dia terbangun setiap paginya dengan menyadari betapa indahnya dunia dan seberapa cantik istrinya yang tidur di sebelahnya yang sedang ia peluk rapat dalam rengkuhannya. Dia mulai memikirkan hal-hal apa saja dalam hidupnya yang membaik dengan kehadiran [Name]. Salah satunya tentu saja aktivitas malamnya dengan gadisnya itu. Dia tidak pernah membayangkan kalau aktivitas percintaan bisa seindah ini dengannya, tapi sebelumnya dia benar-benar tidak tahu. Bagaimana pun itu diakibatkan lantaran beban pekerjaannya yang tiada henti sepanjang tahun.

Dia tidak bisa berbohong bahwa dirinya begitu terpikat pada tubuh istrinya sendiri, meskipun dia juga tahu kalau itu bukanlah alasan utamanya ia merasakan perasaan puas di hatinya.

Ah, pekerjaannya hari ini belum selesai tapi ia merasa gairahnya sudah bangkit. Sepertinya dia harus berhenti memikirkan [Name] pada siang hari seperti ini, atau mencari cara menyelinap masuk ke kamar istrinya pada malam hari mengingat Nenek Furuta kerap kali menguncinya begitu gadis itu sudah di dalam.

"Ayato, apa aku mengganggu?"

Tidak, tentu saja tidak. Ayato sudah menunggunya kembali dengan tidak sabar sedari tadi.

"Sama sekali tidak. Masuklah, [Name]," jawabnya. "Apa ada sesuatu?"

[Name] memandang Ayato, memperhatikan tumpukan dokumen dan buku-buku yang terlungkup disekitarnya. "Sungguh? Aku akan kembali saja nanti," katanya, ekspresinya terlihat kurang nyaman.

"Tidak apa-apa," ucap Ayato meyakinkannya. Dia berdiri dan menghampiri [Name]. "Ada masalah apa?"

"Tentang permintaan Chisato," jawab [Name] tanpa basa basi. "Aku... tidak bisa melakukannya."

"Permintaan? Apa yang dia inginkan?"

"...."

[Name] mengatupkan bibirnya rapat-rapat, pertanda bahwa percakapan dia dengan kepala keluarga sementara Klan Hiiragi cukup berat untuknya.

Jadi Ayato memeluknya, mencium puncak kepala istrinya itu. [Name] terasa sangat memabukkan untuknya, dia merasa candu padanya. "Katakan saja padaku," Ayato menambahkan.

Saat Ayato menangkup wajah gadis itu, dia mencium bibir dan pipinya singkat. Lalu turun ke leher gadis itu.

"Ayato, hentikan!" [Name] memekik, dia memberontak dari pelukan Ayato.

"[Name]," tanya Ayato. Nada suaranya terdengar sangat berhati-hati. "Ada masalah apa sebenarnya?"

"Ada masalah apa?" [Name] mengulang. Ia mengembuskan napasnya singkat, matanya berkilat berbahaya. "Kau pikir apa yang kau lakukan sekarang!?"

✅️ [21+] The Commissioner Who Loved Me | Ayato Kamisato x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang