Chapter 15

692 153 0
                                    

[Name] menatap Ayato dengan tatapan intens, berharap cemas kepadanya. Entah kenapa baru kali ini dia merasa sangat gugup dengan pria ini.

Jantungnya semakin berdetak kencang setiap kali Ayato menggeser halaman demi halaman syair kaligrafi yang ditulisnya, takut ia akan tertawa lagi atau memberikan komentar yang mungkin tidak beda jauh dengan pengajarnya itu.

Saat Ayato meletakkan kertas-kertas itu di atas meja, dia tersenyum gembira dan berkata, "semuanya bagus. Tidak ada masalah."

"Syukurlah, Kakak Ipar!"

Ingin rasanya [Name] menangis saat ini, tapi tentu itu tidak akan jadi tangisan kelelahannya melainkan tangisan penuh syukur karena dia bisa berhenti untuk melakukan ini lagi.

"Terima kasih banyak, Ayaka," ucap [Name] polos, dia terlihat benar-benar hampir menangis.

Ayaka tertawa kecil menatapnya. Lalu Ayato menambahkan, "kalau seperti ini, sudah tidak ada masalah. Selain belajar untuk memainkan shamisen, semuanya baik-baik saja. Apa ada kendala lainnya?"

"Tidak ada. Hanya yang tadi sudah Anda sebutkan, Tuanku."

"Aku tidak terlalu memikirkan itu karena memang aku tahu itu lebih sulit dari ini, jadi tidak masalah untuk melakukannya perlahan."

[Name] merasa terenyuh sebentar dan menyunggingkan senyuman di wajah. "Baiklah."

"Untuk tugas interaksi sosial, akan kuberikan setelah aku secara resmi memperkenalkanmu ke seluruh keluarga cabang Yashiro Commission."

Tiba-tiba [Name] merasa baru saja disambar petir, kini ia menjadi lebih diam daripada sebelumnya tepat ketika Ayato berkata seperti itu. Lebih tepatnya yang membuatnya terkejut adalah bagian memperkenalkannya ke seluruh keluarga cabang, bukan memperkenalkannya secara resmi.

"Itu... kapan lebih tepatnya?" tanya [Name] hati-hati.

"Saat pesta perkumpulan keluarga besar. Sepertinya itu tidak lama lagi," Ayaka menjawab ringan.

"Benar," sahut Ayato. "Aku juga akan meminta seseorang untuk membantu mempersiapkanmu untuk pesta itu."

"Maafkan ketidaksopanan saya, Tuanku. Tapi menurutku Nyonya masih belum siap," Nyonya Sakamoto menginterupsi, ekspresinya terlihat sangat serius. "Masih banyak pelajaran yang belum ia kuasai. Nyonya hanya sekedar bisa, bukan menguasainya."

"Itu benar!" Orang yang mengatakan ini tidak lain adalah [Name] sendiri. "Aku masih belum cukup untuk debut atau semacamnya itu, jadi aku tidak bisa muncul di sana begitu saja."

Untuk kali ini, [Name] sangat bersyukur dengan keberadaan Nyonya Sakamoto karena dia bisa satu suara dengannya. [Name] bukannya tidak ingin, dia hanya merasa tidak memerlukan itu. Status pernikahan sudah cukup untuknya, kalau sampai harus diperkenalkan dengan keluarga besarnya seperti itu sementara dia akan meninggalkan Klan Kamisato dalam satu tahun, dia tidak bisa membayangkan betapa sulitnya nanti.

Selama pendidikannya ini cukup untuk mengisi posisi Nyonya Rumah yang kosong sementara, menurutnya itu sudah sangat cukup. Dia tidak perlu diperkenalkan secara resmi apalagi ke keluarga cabangnya. Namun saat itu, ekapresi Ayato berubah muram. Bahunya turun dan sorot matanya sedikit redup. "... begitu, ya?"

Entah kenapa, ada perasaan tidak enak yang menggerogotinya melihat pria itu memberikan muka air seperti itu. Tanpa sadar, [Name] mencengkram kimononya.

Di waktu yang sama, matanya bergulir pada selembar kertas yang penuh tulisan di atas meja sang Komisaris. Tulisan yang tidak asing itu—

Kenapa kertasnya ada di sana!?

—itu adalah tulisan yang penuh dengan umpatan kepada Ayato Kamisato, tentang betapa menjengkelkannya dia hingga membuat gadis ini ingin memukul belakang kepalanya.

✅️ [21+] The Commissioner Who Loved Me | Ayato Kamisato x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang