Chapter 10

804 153 45
                                    

Diluc adalah orang yang cukup sibuk daripada kelihatannya.

Memang dia terbiasa menyerahkan bisnis kilang anggurnya kepada Elzer, tapi dia memiliki pekerjaan lain yang cukup penting baginya secara rahasia dan dia tidak dapat meninggalkan pekerjaannya yang satu ini begitu saja. Sementara Kaeya? Tetaplah Kaeya.

Namun hari ini mereka datang. Tepatnya sehari setelah [Name] menerima surat darinya.

"Terima kasih sudah datang ke tempat ini. Kami menyambut kalian sepenuh hati," sapa Ayato dengan ramah.

"Tidak perlu basa basi. Aku ingin bicara dengan [Name]."

Meskipun Diluc saat ini memberikan ekspresi terkesan tenang, tapi jelas pandangannya menuntut ke arah [Name] yang sedang berdiri di samping Ayato.

Namun Ayato, yang tengah mengabaikan sikap kurang menyenangkan dari Diluc, tetap tersenyum. Dia membalas, "aku yakin kalau kalian sangat lelah setelah perjalanan panjang untuk datang ke sini, jadi tolong izinkan aku menyambut kalian dengan makan malam bersama lebih dulu."

"Terima kasih, tapi aku punya urusan yang penting dan harus diselesaikan saat ini juga," kata Diluc, dia terdengar bersikeras. "Bisa kau beri kami waktu sebentar?"

"Tapi istriku sudah menyiapkan ini untuk kalian, kuharap kalian mengerti."

"Istriku ...?"

[Name] menatap Ayato tidak percaya ketika ia menyebutnya seperti itu di depan Diluc. Memang benar dia istrinya, tapi kenapa harus mengatakan itu di depan Diluc!? Dia sekarang seperti sedang menuangkan minyak ke dalam api!

Sebelum suasana kembali memanas, [Name] berkata, "sekarang, bagaimana kalau—"

"[Name] bukan istrimu. Aku tidak ingat pernah mengizinkanmu menikahinya," Diluc berkata tajam.

"Maafkan aku, tapi semua prosedur resmi sudah dijalani. Jadi sekarang [Name] adalah istriku."

Ayato! Kenapa kau juga jadi tidak ingin kalah!? Rasanya [Name] ingin berteriak saat ini juga.

Di tengah itu, Kaeya bersuara, "sudah, sudah. Ini memang sangat mengejutkan, tapi bisa kita makan dulu? Tuan rumah di sini sudah menyiapkannya dengan susah payah juga."

Bagus Kaeya! Terkadang [Name] benar-benar sangat bersyukur dengannya walaupun dia lebih sering tidak dapat memahami kakaknya yang satu ini.

"Betul," [Name] menimpali. "Setelah ini, aku pasti akan bicara denganmu. Aku akan mengatakan semua yang ingin kau dengar."

Diluc melirik ke arah [Name], menatapnya dalam diam. Sementara gadis itu terlihat cemas padanya tapi dia tetap tersenyum biasa seperti yang selalu ia lakukan. Lantas pria berambut kemerahan itu menghelakan napasnya panjang dan mengangguk. "Baiklah."

☆.。.:*・°☆.。.:*・°☆.。.:*・°☆.。.:*・°☆

[Name] mengira itu akan jadi makan malam yang walaupun tidak menyenangkan setidaknya terasa tenang, tapi nyatanya tidak begitu.

Diluc awalnya bersikap seperti biasa. Dia memang sering memberikan bagiannya ke atas piring [Name], memotongkan daging untuknya sebelum dia makan, bahkan rela memakan sayuran yang gadis itu tidak sukai. Namun saat itu, bukan hanya Diluc yang melakukannya, Ayato pun demikian sampai membuat [Name] mematung bingung.

[Name] dan Ayato tidak pernah makan malam bersama, alasannya karena pria itu terlalu sibuk dengan urusan pemerintahan di kantornya. Namun tiba-tiba dia melakukan itu hingga membuat Thoma yang melihatnya pun keheranan.

Setelah itu terjadi pertarungan kekanak-kanakan dimana keduanya seperti tengah berlomba tentang lauk siapa yang paling banyak dimakan oleh [Name] terjadi. Gadis itu yang menyadarinya segera berhenti makan ketika keduanya mulai melewati batas karena kini mangkuk nasinya terlihat sangat penuh.

✅️ [21+] The Commissioner Who Loved Me | Ayato Kamisato x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang