19 | Tersenyum Untuk Sekar

2K 152 28
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Reza sudah berada di halaman sekolah pagi-pagi sekali demi menunggu kedatangan Diana. Kemarin ia akhirnya memutuskan untuk tidak memberi tahu Bapaknya, mengenai yang ia tahu tentang Sekar. Ia tidak mau Bapaknya shock, jika sampai tahu bahwa Sekar sudah meninggal dunia dan saat ini hanya arwahnya saja yang berada di SMP GENTAWIRA. Kini hanya Bapaknya yang ia miliki. Jadi bagaimana pun caranya, ia harus menyimpan hal itu sampai ada bukti yang bisa menyertainya.

Seharusnya ia tidak percaya dengan ucapan Diana ataupun Zuna, ketika sedang menceritakan soal Sekar yang mereka lihat. Tapi ia bukan bagian dari orang-orang yang selalu mengejek kemampuan melihat hal tak kasat mata. Ia tahu bahwa memang ada orang-orang yang memiliki kemampuan itu. Jadi saat Zuna dan Diana menyatakan bahwa mereka melihat sosok Sekar di sekolah selama dua hari berturut-turut, dirinya pun tidak merasa ragu dengan pernyataan tersebut. Terlebih, Zuna bahkan memperlihatkan pesan antara dirinya dan Diana yang membahas soal nama lengkap Sekar yang akhirnya Diana ketahui. Ia menjadi semakin yakin, bahwa kedua orang tersebut tidak mungkin membohonginya.

Mita dan Beni tiba tak berapa lama kemudian. Mereka menyapa Reza dan Reza hanya membalas seadanya dengan senyuman. Belum seberapa jauh Mita dan Beni melangkah dari tempat Reza berada, mobil milik Diana datang dan parkir di halaman SMP GENTAWIRA. Hal itu membuat Beni dan Mita berhenti sejenak untuk memperhatikan Diana. Diana turun dari mobilnya dan langsung melambaikan tangan ke arah Reza seraya tersenyum. Reza balas tersenyum dan berjalan mendekat ke arah Diana. Beni jelas merasa kaget dengan keakraban kedua orang tersebut, begitu pula dengan Mita yang ada di sampingnya.

"Zuna langsung ke kantor?" tanya Reza.

"Iya, dia langsung ke kantornya setelah berceramah padaku soal penampilan yang tidak boleh terlihat mencolok. Entah kenapa dia semakin hobi berceramah akhir-akhir ini," jawab Diana.

"Mungkin dia berceramah karena takut kalau kamu dilirik oleh laki-laki lain," ujar Reza.

"Halah! Siapa yang mau melirik aku, Za? Aku bahkan tidak berupaya untuk tebar pesona sama sekali," sanggah Diana, sambil memasang ekspresi sebal di wajahnya.

Reza pun tertawa pelan saat melihat ekspresi Diana saat itu. Mereka berdua berjalan melewati Beni dan Mita begitu saja. Diana tidak menyapa Beni karena ada Mita di sampingnya. Ia malas melihat Mita serta malas menyapanya setelah tahu kebusukannya.

"Ben! Kok sepertinya langkahmu semakin jauh tertinggal? Setelah Zuna, sekarang ada Reza juga yang sepertinya senang berada di dekat Diana. Wah ... kamu jelas akan kesulitan mendapatkan Diana jika membiarkan Reza terus berada di sisinya. Menyingkirkan Zuna saja sudah sulit, apalagi jika ditambah dengan Reza," Mita mengompori dengan sengaja.

Beni pun langsung mengepalkan kedua tangannya erat-erat akibat merasa kesal, karena kembali keduluan oleh pria lain dalam urusan mendekati Diana.

"Sialan! Dulu Kalingga, terus Zuna, sekarang ditambah oleh Reza! Uh! Rasanya aku benar-benar stress karena terus keduluan oleh laki-laki lain!" ungkap Beni, dengan suara pelan.

"Kalau begitu tunggu apa lagi? Maju, dong. Halalkan segala cara. Jangan sampai kamu benar-benar tidak akan mendapatkan jalan sedikit pun untuk bisa memiliki Diana," saran Mita.

Diana meminta Reza berhenti, ketika dirinya melihat sosok Sekar yang telah menunggu di dekat papan mading. Reza ikut melihat ke arah yang sedang ditatap oleh Diana saat itu, lalu berharap akan mendapat penjelasan dari wanita tersebut. Diana tersenyum begitu lembut, lalu menganggukkan kepalanya.

"Ternyata kamulah alasan kenapa Sekar bisa tersenyum secantik itu, setiap kali kami bertemu. Dia tersenyum untuk kamu, Za," lirih Diana.

Reza pun mencoba untuk tersenyum, meski hatinya sedang merasakan sakit dan begitu perih.

"Dia sedang tersenyum, Na?" tanya Reza.

Diana pun mengangguk.

"Aku juga bahagia karena tahu bahwa dia ada di sini selama ini. Andai aku tahu lebih awal, pasti aku akan lebih sering tersenyum untuk menghiburnya," bisik Reza.

"Sabar, Za. Jangan tunjukkan kesedihanmu di sini. Tetaplah rahasiakan siapa dirimu, sampai aku dan Zuna bisa menemukan sumber masalahnya," bujuk Diana.

Mita dan Beni baru saja akan masuk ke Ruang Guru. Diana dan Reza kini berusaha untuk terlihat seperti sedang mengobrol santai, tanpa melihat lagi ke arah tempat di mana sosok Sekar berada.

"Kalian mau sampai kapan berada di situ? Sebentar lagi waktu mengajar akan dimulai," tegur Beni, sedikit lebih ketus.

Mita tersenyum diam-diam saat Diana dan Reza ditegur oleh Beni. Banyak mata yang menyaksikan saat itu, dan ia jelas ingin tahu bagaimana reaksi kedua orang tersebut. Diana tampak melihat jam tangannya ketika Mita berbalik.

"Mari, Pak Reza. Sebaiknya kita langsung saja menuju kelas pertama yang akan kita ajar," ajak Diana.

"Ya. Mari, Bu Diana," tanggap Reza, mengikuti arahan Diana untuk mengabaikan teguran Beni.

Beni dan Mita tampak kaget saat melihat reaksi santai seperti itu dari Diana ataupun Reza. Beberapa Guru yang tadinya menatap ke arah mereka kini tidak lagi menatap, karena merasa tidak ada yang salah dari keputusan Diana dan Reza untuk langsung pergi menuju kelas pertama. Hal itu jelas membuat Mita kehilangan kesempatan untuk mengejek Diana, serta membuat Beni semakin merasa cemburu dengan kedekatan mereka berdua.

"Kurang ajar! Bisa-bisanya mereka mengabaikan teguranku!" geram Beni.

"Tenang, Ben. Aku punya cara lain. Tunggu saja saat waktu istirahat tiba," bisik Mita.

Reza dan Diana sama-sama naik ke lantai dua. Sosok Sekar terus melayang-layang di sekeliling keduanya, sehingga Diana tersenyum begitu senang sambil berpura-pura melihat ponsel agar tidak dicurigai oleh siapa pun.

"Sekar masih bersama kita?" tanya Reza, kali ini seraya tersenyum bahagia.

"Iya, Za. Makanya aku pura-pura lihat ponsel, biar tidak ada yang menyangka aku gila karena tersenyum-senyum sendiri," jawab Diana.

"Aku ingin ada di posisimu dan Zuna, Na. Aku ingin bisa melihat dia. Aku ... merasa sangat rindu padanya," ungkap Reza.

"Sabar, Za. Terkadang bisa melihat hal tak kasat mata itu bisa juga menjadi suatu yang buruk. Harapanmu bisa melihat Sekar adalah untuk menjadi pelipur lara. Tapi itu belum tentu yang akan terjadi, jika kamu bisa melihat dia seperti aku atau Zuna melihatnya. Bisa jadi, kamu akan semakin menderita jika sampai bisa melihat sosoknya. Karena ... sosok Sekar yang kami lihat tidak seperti bagaimana terakhir kali kamu melihatnya. Aku dan Zuna sengaja tidak memberi tahu kamu detail dari sosok Sekar yang kami lihat. Karena kami takut kalau di dalam hatimu akan mulai tumbuh bibit-bibit kebencian terhadap orang yang sudah berbuat jahat pada Sekar."

Reza sekarang mulai memahami, bahwa Diana ataupun Zuna sama-sama ingin dirinya tetap waras meski menerima berita terburuk sekalipun. Mereka bukan hanya menjaga diri Reza, tapi juga menjaga kewarasannya.

* * *

SAMPAI JUMPA MINGGU DEPAN 🥰

Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang