- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Zuna berhasil mengejar langkah Diana dan langsung merangkulnya.
"Aku kaget karena kamu berpenampilan secantik ini. Biasanya saat memakai seragam kepolisian, kamu terlihat sederhana sekali, Na. Kamu selalu menggelung rambut panjangmu dengan rapi, karena tidak mau memiliki rambut pendek. Hari ini aku kaget karena kamu mendadak menggerai rambutmu dan membiarkannya membingkai wajahmu sehingga terlihat begitu cantik. Apa kamu enggak was-was Kalingga akan kembali kena tancap panah asmara, Na, kalau melihatmu secantik ini?" tanya Zuna, berbisik.
"Enggak usah bahas-bahas Kalingga, Zu. Usahakan kita terlihat natural saja saat ini. Entah itu di depan Kalingga yang akan kita lewati bengkelnya, ataupun di depan Mita yang saat ini berada sepuluh langkah di belakang kita," balas Diana, ikut berbisik.
Zuna pun tersenyum begitu manis, saat menatap ke arah Diana kembali. Pria itu tahu bahwa dirinya harus mengimbangi akting yang Diana lakukan, untuk membuat keberadaan Diana di SMP GENTAWIRA berjalan mulus tanpa ada hambatan.
"Jadi, kamu mau makan apa siang ini? Soto ayam, tongseng, atau bakso?" tanya Zuna, kembali memperbesar volume suaranya.
"Aku kepingin makan tongseng saja, Zu. Sudah lama aku tidak mencicipi tongseng, dan di kota ini tongsengnya memiliki rasa terbaik yang pernah aku coba," jawab Diana, kembali ceria seperti biasanya.
"Oke, kita akan makan tongseng siang ini. Aku yang traktir. Anggap saja, traktiranku hari ini adalah hadiah penyambutan untuk kamu karena baru saja pindah kembali ke kota ini," ujar Zuna.
"Oke, Komandan! Siap! Akan kuhabiskan tongsengnya dan akan tambah terus sampai uang di dompetmu habis!" balas Diana, konyol seperti biasanya.
"Eh ... jangan sampai isi dompetku habis, dong! Waktunya gajian masih lama, Na!" protes Zuna.
Mereka benar-benar melewati bengkel milik Kalingga ketika sedang berbincang. Kalingga melihat Diana dan tentu saja mengenalinya tanpa perlu meyakinkan diri bahwa dirinya tidak sedang bermimpi. Sumardi--teman dekat Kalingga sejak kecil yang juga bekerja di bengkel itu--mendekat pada Kalingga sambil ikut menatap ke arah Diana dan Zuna yang baru saja melintas.
"Itu Diana, 'kan? Dia pindah lagi ke kota ini?" tanya Sumardi.
"Enggak tahu, Sum. Aku baru lihat dia hari ini," jawab Kalingga.
Mita dan Beni sengaja berhenti tepat di depan bengkel milik Kalingga, karena tahu bahwa Kalingga akan sedikit shock saat melihat Diana lagi setelah enam belas tahun berlalu. Kalingga dan Sumardi kini menatap ke arah Beni dan Mita, karena mungkin kedua orang itu tahu soal munculnya Diana di kota tempat mereka tinggal.
"Diana ... kembali tinggal di kota ini?" tanya Kalingga.
"Iya, Kal. Diana baru saja pindah kembali ke kota ini dan sekarang mengajar di SMP GENTAWIRA bersama kami. Statusnya memang masih Guru sementara, karena hanya untuk menggantikan posisi Almarhum Helmi yang baru meninggal kemarin. Tapi kalau kinerjanya bagus, ada kemungkinan kalau Diana akan diangkat menjadi Guru tetap," jawab Mita.
"Diana pindah kembali ke sini karena Zuna dipindahtugaskan ke kota ini. Itu yang dia ceritakan padaku saat kami mengobrol sebentar pagi tadi, sebelum mengajar. Dia dan Zuna ternyata bertemu kembali pada tahun dua ribu sepuluh, saat Zuna pindah ke Jakarta. Mereka bertetangga selama tinggal di Jakarta, sehingga hal itu membuat mereka semakin dekat dan memiliki hubungan persahabatan yang erat. Aku yakin kamu bisa lihat sendiri bagaimana eratnya hubungan persahabatan mereka barusan, saat mereka melintas. Kebiasaan Zuna yang tidak pernah terlalu dekat terhadap lawan jenis sepertinya tidak berlaku, jika lawan jenis yang dia hadapi adalah Diana," tutur Beni, sengaja memanas-manasi Kalingga dan Mita pada saat bersamaan.
Beni ingin kedua orang itu segera mengusik hubungan Zuna dan Diana. Karena saat hubungan itu renggang, maka Beni akan dengan mudah masuk di tengah-tengah hubungan mereka dan mencoba untuk memiliki Diana. Mendengar yang Beni katakan berdasar cerita dari Diana secara langsung, jelas membuat Kalingga ataupun Mita merasa cemburu berat. Kedua orang itu kemudian langsung mengalihkan perhatian dengan caranya masing-masing. Mita langsung berjalan pergi dari posisinya, sementara Kalingga kini tampak kembali memperhatikan mobil yang sedang ia perbaiki. Beni menyusul langkah Mita, sementara Sumardi mendekat pada Kalingga.
"Mau apa kamu? Simpan itu peralatan dan cepat susul Diana. Kalau kamu memang masih punya rasa sama dia, sekaranglah saat yang tepat untuk memperbaiki semuanya atas kesalahpahaman yang terjadi dulu. Dia dan Zuna hanya bersahabat. Diana sendiri yang menegaskan itu pada Beni. Ayo, cepat pergi dan susul dia," dorong Sumardi.
Kalingga pun segera menyimpan peralatannya dan mencuci tangan agar tidak ada jejak-jejak oli yang tersisa. Laki-laki itu segera menyusul Diana seperti yang Sumardi sarankan. Ia kini menuju warung tongseng di dekat SMP GENTAWIRA, karena tadi ia sempat mendengar keinginan Diana yang diutarakan kepada Zuna untuk makan tongseng siang itu.
Zuna dan Diana duduk satu meja berdampingan di warung tongseng yang mereka datangi. Mita dan Beni duduk di meja lain, namun keduanya tetap bisa menatap ke arah meja yang ditempati oleh Zuna dan Diana. Kalingga tiba tak lama kemudian dan juga memilih duduk di meja lain. Zuna dan Diana tampak begitu akrab saat berbincang ketika sedang menunggu pesanan mereka diantar. Zuna jadi lebih sering tersenyum dan tertawa ketika bersama dengan Diana. Sangat berbeda dengan sosoknya saat masih remaja dulu. Zuna tampak tidak merasa canggung sama sekali terhadap Diana, seakan Diana adalah pusat dunianya yang tidak bisa dijauhi.
Ketika pesanan tongseng mereka tiba, Zuna langsung mengeluarkan ponselnya untuk mengambil foto bersama Diana. Diana tampak santai saja ketika Zuna kembali merangkulnya dan bahkan saat kepala mereka saling bersentuhan saat berfoto. Kedua orang tersebut tampak benar-benar tidak berjarak dalam hal apa pun.
"Kirim fotonya ke WhatsAppku, Zu. Biar aku bisa buat story seperti biasanya," pinta Diana dengan sengaja, demi memancing Mita dan Beni agar meminta nomor teleponnya nanti.
Diana ataupun Zuna jelas tahu bahwa mereka saat itu sedang diperhatikan oleh Mita, Beni, ataupun Kalingga. Tujuan Diana adalah ingin mengetahui semua kegiatan Mita, Beni, dan bahkan Rudi setelah kematian Helmi. Maka dari itu ia harus memberi umpan agar mereka tertarik untuk meminta nomor teleponnya.
"Siap, Bu Guru. Akan langsung aku kirimkan fotonya sekarang juga ke ponsel milik Ibu," sahut Zuna, mengimbangi permainan yang Diana buat.
"Sudah ah, aku mau makan. Terus bicara sama kamu akan membuat asam lambungku kumat," ujar Diana, yang kemudian langsung berdoa sebelum menikmati makanannya.
Zuna tidak bisa menahan rasa gemasnya pada Diana, sehingga membuatnya mencubit pipi kiri wanita itu tanpa basa-basi. Tidak peduli jika Kalingga akan cemburu padanya saat ia melakukan itu pada Diana. Yang ia tahu, dirinya memang tidak bisa menahan diri jika sudah berhadapan dengan Diana yang selalu konyol dimatanya.
"Astaghfirullah, Zu! Sakit!" omel Diana, lalu menggebuk lengan Zuna dengan penuh keikhlasan.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)
Terror[COMPLETED] Kematian seorang Guru di SMP GENTAWIRA membawa Zuna dan Diana kembali ke sekolah lama mereka. Awalnya hanya Zuna yang ditugaskan untuk mengusut kematian Guru tersebut, karena Zuna adalah alumni di SMP GENTAWIRA. Diana--yang sebenarnya ad...