- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Diana berjalan dari Ruang Guru dan segera memasuki ruang kelas 2-B. Ia baru saja selesai memberi salam dan menyapa seluruh siswa-siswi di kelas itu, saat kedua matanya tertuju pada sosok Helmi yang sedang berdiri di ujung depan kelas--dekat dengan meja Guru. Sosok Helmi terlihat seperti ingin membuat Diana takut, setelah semalam dia menyerang Diana tanpa alasan. Sayangnya, Diana justru tersenyum ketika berjalan mendekat ke meja Guru yang akan ditempatinya. Hal itu membuat sosok Helmi cukup merasa bingung, karena seharusnya saat itu Diana merasa sangat takut usai menerima serangan.
"Kerjakan soal-soal yang ada di halaman 78. Nanti kumpulkan buku kalian dan Ibu akan memberi nilai," titah Diana.
Saat semua siswa dan siswi mulai sibuk menjawab soal-soal yang ada pada buku panduan, Diana pun segera bersandar dengan santai pada kursinya.
"Kamu tidak perlu berpura-pura tidak takut padaku."
"Aku memang tidak perlu takut padamu. Baik itu pada saat kamu hidup ataupun saat kamu sudah mati, kamu tetaplah pengecut yang sama. Kamu hanya bisa menyerang secara diam-diam. Kamu tidak pernah berani menyerang secara terang-terangan, karena takut akan menerima balasan. Termasuk kepada Rudi. Meski kamu tahu kebusukannya, kamu tetap tidak berani menyerang dia secara langsung. Kamu memilih memerasnya diam-diam, lalu bertingkah seakan kamu tidak pernah ikut serta dalam kejahatan yang Rudi perbuat," bisik Diana, sambil mencoba menahan geram.
"Kamu tidak akan bisa mengalahkan Rudi. Aku sudah mencoba. Dia tidak bisa dikalahkan."
"Aku bukan kamu. Kamu memiliki pikiran yang terbatas, sementara aku memiliki pikiran yang tidak pernah terbatas. Kamu hanya tahu bagaimana caranya memakan uang haram. Sementara aku ... aku tidak peduli dengan uang, kekuasaan, maupun kegilaan seseorang. Saat kubilang bahwa aku akan menghukum yang bersalah, maka tidak akan ada orang yang bisa menghalangi jalanku. Apa pun akan kulakukan, termasuk untuk membuat namamu ikut tercoreng bersama nama baik Rudi," balas Diana.
Sosok Helmi merasa sangat marah. Dia langsung berusaha kembali untuk menyerang Diana seperti semalam, namun usahanya tidak berhasil karena Sekar sudah lebih dulu memberi perlindungan untuk Diana.
BLAAMMMM!!!
Serangan yang Sekar layangkan menimbulkan suara yang cukup keras, sehingga para siswa dan siswi di kelas itu merasa kaget. Mereka semua mulai mencari-cari sumber suara yang mereka dengar, sehingga Diana dengan sigap segera menenangkan mereka.
"Tenang anak-anak. Tenang. Itu hanya suara benda yang menjatuhi atap di luar sana. Jangan panik, jangan takut. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi di dalam kelas ini," ujar Diana, seraya tersenyum cerah seperti biasanya.
Siswa dan siswi pun kembali tenang seperti tadi. Mereka kembali mengerjakan soal yang sudah Diana perintahkan. Sosok Helmi sendiri saat ini sudah tidak ada di kelas itu. Hanya Sekar yang tersisa dan kini sedang berada di dekat Diana.
"Kamu kalau marah cukup menyeramkan, ya, ternyata. Apakah Kakakmu tahu soal itu?" tanya Diana, kembali berbisik.
Sosok Sekar tersenyum malu-malu di sisi Diana, lalu mengangguk tak lama kemudian. Diana merasa gemas dan ingin sekali mencubit kedua pipi gadis itu, andai saja ia tidak ingat bahwa Sekar hanyalah arwah yang belum sempurna kematiannya.
"Kamu bisa keluar dari area sekolah ini ternyata. Semalam Zuna mengatakan padaku bahwa kamu membantunya mengambil kardus yang ada di mobil laki-laki sinting itu. Sudah lamakah kamu bisa keluar dari area ini dan pergi ke mana saja?"
Sekar kembali mengangguk untuk menjawab pertanyaan Diana. Hal itu membuat Diana semakin yakin dengan pikirannya semalam. Namun bagaimana pun, Diana jelas harus merundingkannya lebih dulu dengan Zuna dan mencoba mencari tahu apakah Zuna juga berpikiran sama dengannya atau tidak.
Zuna duduk bersama Kalingga di depan bengkel milik pria itu. Kalingga memperlihatkan ponselnya kepada Zuna, yang mana saat itu ponsel tersebut menampilkan sebuah papan chat yang berasal dari Mita.
"Mita sudah sering menghubungi kamu seperti ini dan mengajakmu bekerja sama untuk memisahkan Diana dari sisiku?" tanya Zuna.
"Sejak Diana dan kamu muncul kembali di kota ini, ya ... sesering itulah dia menghubungiku. Tapi meski aku tidak pernah menanggapi, dia terus saja mencoba mengajak aku untuk membantunya memisahkan kamu dan Diana. Akhirnya, karena aku muak melihat isi pesannya yang bertujuan sama, akupun memutuskan memblokir nomornya agar tidak bisa lagi menghubungiku," jawab Kalingga.
"Terus, kenapa sekarang kamu mendadak memperlihatkan isi chatnya Mita kepadaku?"
Kalingga diam sebentar sambil menghela nafasnya dalam-dalam. Pria itu terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu yang cukup berat, sehingga merasa tak lagi bisa memikirkannya sendirian.
"Entah Diana sudah bilang padamu atau belum, intinya saat ini aku merasa terusik dan penasaran soal apa yang Diana dan Reza simpulkan mengenai Mita dan Beni," ujar Kalingga.
Zuna pun langsung mengerenyitkan keningnya usai mendengar yang Kalingga katakan.
"Belum, sih. Diana ataupun Reza belum ada yang mengabari aku sejak pagi. Mereka mungkin terlalu fokus menjalani peranan setelah memberikan kotak berisi rumusan masalah kepada Beni dan Mita. Jadi ... kalau aku boleh tahu, apa yang mereka simpulkan dan membuatmu terusik hingga penasaran?"
"Tadi pagi akhirnya Beni dan Mita bertengkar cukup hebat di halaman sekolah, setelah mereka menerima kotak yang Diana simpan di meja mereka masing-masing. Aku langsung merasa heran dengan pertengkaran mereka. Karena sebelumnya Diana mengatakan kalau kotak untuk Mita berisi soal masalah antara kamu dan Mita dimasa lalu, sementara kotak untuk Beni berisi masalah mengenai aku dan Diana yang ada sangkut pautnya dengan Beni dan Silmi. Jadi, aku langsung bertanya pada saat itu juga, kalau isi kotak itu adalah masalah yang berbeda, kenapa Mita dan Beni jadi adu mulut seperti itu? Aku bingung, karena mereka seharusnya marah pada orang yang mengirim kotak itu ke sekolah." jelas Kalingga.
"Dan jawaban dari Diana atau Reza, adalah?"
"Menurut Reza, itu bisa terjadi karena Mita berpikir kalau Beni adalah yang mengirim kotak itu padanya, sementara Beni juga berpikir kalau Mita adalah yang mengirim kotak itu padanya. Lalu saat aku berpikir bahwa Mita sebenarnya tahu soal apa yang Beni lakukan untuk memisahkan aku dengan Diana, Diana pun langsung melanjutkan dengan tegas, bahwa artinya Beni juga tahu tentang apa yang Mita lakukan untuk ...." Kalingga diam sejenak, "membunuh seluruh anggota keluarga kamu, bertahun-tahun lalu."
Wajah Zuna terlihat sangat shock, usai mendengar kalimat terakhir yang Kalingga ucapkan. Kalingga akhirnya paham, bahwa kemungkinan Zuna tidak tahu kalau Mita telah dengan sengaja membunuh seluruh anggota keluarganya.
"Jadi, hanya Diana yang tahu bahwa Mita telah membunuh seluruh anggota keluargamu? Kamu baru tahu sekarang?" tanya Kalingga.
"A--aku ... aku cuma ... aku cuma tahu kalau Mita berusaha menghalangiku agar tidak bisa menyelamatkan Adikku dari kobaran api, Kal. Aku ... aku enggak tahu sama sekali soal yang barusan kamu sebutkan," jawab Zuna, apa adanya.
"Diana sudah tahu, Zu. Mungkin dia mencari tahu tanpa sepengetahuan kamu, karena dia tidak mau kamu kembali membuka luka lama. Diana bilang, Mita memang dalangnya dan dirinya hanya perlu menemukan satu bukti lagi agar bisa membuat perempuan itu menerima hukuman yang setimpal atas kehilangan yang kamu alami."
* * *
SAMPAI JUMPA MINGGU DEPAN 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)
Terror[COMPLETED] Kematian seorang Guru di SMP GENTAWIRA membawa Zuna dan Diana kembali ke sekolah lama mereka. Awalnya hanya Zuna yang ditugaskan untuk mengusut kematian Guru tersebut, karena Zuna adalah alumni di SMP GENTAWIRA. Diana--yang sebenarnya ad...