67 | Mengawasi Dari Dekat

1.5K 127 8
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Setelah Zuna pergi dari ruangan tersebut, Diana segera bangkit dari kursinya dan menatap ke arah Reza.

"Kira-kira kamu keberatan atau tidak, jika aku memintamu untuk menemani Rudi? Aku mau pulang sebentar untuk mandi dan ganti baju," ujar Diana.

Rudi tampak kaget saat tahu kalau Diana akan pulang. Reza sudah memperhatikannya sejak tadi, jadi ia tahu kalau ekspresi Rudi baru saja berubah drastis. Ia tahu persis kalau Rudi sebenarnya hanya ingin ditemani oleh Diana seorang. Jadi ketika Diana memutuskan akan pulang, laki-laki itu merasa sedikit kecewa.

"Mm. Pulanglah, Na. Aku tidak masalah sama sekali menemani Pak Rudi di sini sampai kamu selesai dengan urusanmu. Aku bisa bilang pada Bapakku agar dia tidak cemas di rumah, karena aku sedang menunggui atasanku yang sakit di rumah sakit. Kamu tenang saja," tanggap Reza.

"Dan jangan lupa kabari juga pacarmu tentang keberadaan serta keadaanmu. Dia perlu tahu tentang kedua hal itu. Jangan pernah kamu buat dia merasa cemas," saran Diana.

Diana pun mengalihkan tatapannya kepada Rudi yang masih terbaring lemah di atas ranjang. Wanita itu sengaja tersenyum begitu manis untuk tetap mengelabui pikiran Rudi dan membuat segala tindak-tanduknya terlihat tulus.

"Aku pulang dulu sebentar, ya, Rud. Insya Allah nanti setelah selesai urusanku di rumah, aku akan datang ke sini lagi dan menemani kamu," janji Diana.

Mendengar janji itu terucap dari mulut  Diana, perasaan kecewa yang tadi Rudi rasakan mendadak lenyap. Rudi jelas tahu persis kalau Diana bukan tipe orang yang suka ingkar terhadap janjinya. Maka dari itulah ia meyakini seratus persen, bahwa Diana memang akan kembali lagi ke rumah sakit dan menemaninya seperti tadi.

"Iya, Na. Pulanglah. Aku akan tunggu kamu datang kembali ke sini," balas Rudi yang masih bersuara serak.

Setelah berpamitan, Diana pun segera keluar dari ruangan tersebut menyusul langkah Zuna yang sudah duluan pergi. Zuna masih ada di rumah sakit itu dan terlihat baru selesai bicara dengan Dokter Rosna ketika ia menjauh dari kamar perawatan VVIP yang Rudi tempati. Pria itu tidak mencoba menyamai langkah Diana selama masih berada di dalam area rumah sakit, karena ia tidak ingin Dokter Rosna curiga terhadap gerak-gerik Diana dan pada akhirnya akan merugikan Diana ketika berada di dekat Rudi. Setelah mobil mereka keluar dari area rumah sakit, barulah Zuna mencoba mengejar mobil milik Diana dan membuatnya berhenti di rest area.

"Ada apa, Zu?" tanya Diana, ketika akhirnya keluar dari mobil.

"Kamu sudah punya rencana, Na?" Zuna bertanya balik.

"Ya, aku punya. Rencana itu akan kamu jalankan bersama Reza. Tadinya aku sendiri yang akan menjalankan rencana itu sama kamu. Tapi berhubung Rudi sedang tergolek lemah tak berdaya setelah mendapat serangan membabi buta dari arwahnya Helmi, aku rasa kamu harus bergerak bersama Reza. Aku harus tetap berada di sisi Rudi, agar membuatnya tidak mencurigai kita bertiga. Jangan lupa nanti segera berkoordinasi dengan Pak Septian, agar Pak Septian bisa membuat keberadaanmu dan Reza seakan tidak ada sangkut pautnya dengan hal yang akan terjadi di rumah sakit itu," jawab Diana.

"Maksudmu, aku dan Reza akan memeriksa ruangan khusus jenazah yang mencurigakan itu? Benar?"

"Ya, kamu dan Reza akan berperan penting malam ini dalam hal itu. Selebihnya, biarkan Pak Septian yang mengurus."

Keduanya segera kembali menaiki mobil masing-masing setelah berdiskusi singkat. Zuna langsung pergi menuju SMP GENTAWIRA dan Diana pergi menuju rumahnya. Di rumah sakit, Reza kini benar-benar hanya berduaan saja dengan Rudi yang seharusnya ia jauhi agar tidak memancing emosinya soal Sekar. Namun entah kenapa saat itu Reza justru sama sekali tidak merasakan emosi apa pun terhadap Rudi. Entah karena dirinya sudah bisa mengendalikan diri sejak mengenal Diana dan Zuna, atau memang karena ia merasa begitu puas melihat Rudi yang terbaring lemah tak berdaya akibat menerima serangan gaib di sekolah tadi.

"Arwahnya Helmi menyerang Rudi hingga membabi buta seperti tadi. Tidak mungkin Sekar yang melakukannya, karena Sekar lebih suka mengerjainya sedikit daripada membuat Rudi menderita begini," batin Reza. "Lagipula, Sekar jelas lebih ingin Rudi menerima hukumannya seumur hidup daripada hukuman instan yang bisa membuatnya mati lebih cepat. Kematian yang cepat tidak akan sepadan dengan apa yang telah Rudi perbuat pada Sekar belasan tahun lalu."

Rudi menggeliat perlahan di atas ranjang dan terlihat berusaha meraih gelas berisi air di bagian samping. Dengan sigap, Reza segera mendekat dan membantu Rudi untuk minum. Rudi merasa terbantu sekali dengan keberadaan Reza di sisinya saat Diana sedang tidak ada. Bagi Rudi, Reza tampak tidak merasa terbebani sama sekali meski harus membantu menjaganya atas permintaan Diana.

"Padahal tadi Pak Reza bisa saja menolak dan pulang lebih dulu daripada Diana," ujar Rudi, masih serak seperti tadi.

"Kalau aku melakukan hal egois seperti itu, Diana nanti akan jadi tidak nyaman selama menunggui Pak Rudi di sini. Dia jelas butuh mandi, berganti pakaian, makan, dan juga membawakan Pak Rudi makanan tambahan karena bisa saja Pak Rudi akan merasa kelaparan saat tengah malam nanti.  Kalau Diana sudah selesai dengan semua urusannya, maka aku baru akan pulang untuk mengurus keperluanku. Setelah itu, barulah aku kembali ke sini dan ikut menemani Pak Rudi. Keadaan Pak Rudi masih belum stabil ataupun membaik. Jadi kami akan berusaha membantu menjaga Pak Rudi di sini sebagai ganti tidak bisa hadirnya kedua orangtua Pak Rudi," jelas Reza, setenang biasanya.

"Tapi Ibuku adalah Kepala Rumah Sakit ini, Pak Reza," sanggah Rudi, sambil tertawa pelan.

"Tetap saja Ibunya Pak Rudi tidak akan punya waktu seratus persen seperti Diana dan aku. Ibunya Pak Rudi juga memiliki banyak hal yang harus diurus, sehingga tidak bisa berlama-lama menjaga Pak Rudi di sini."

"Ya ... ya ... Pak Reza jelas benar mengenai hal itu. Sejak kecil aku memang jarang dijaga oleh kedua orangtuaku karena mereka terlalu sibuk. Baru kali ini ada yang menjagaku saat sakit. Maka dari itulah aku sedikit merasa tidak enak karena harus merepotkan Pak Reza dan juga Diana, meski Diana adalah teman lamaku," jelas Rudi.

"Jangan merasa repot, Pak Rudi. Jangan juga merasa sungkan."

Rudi hanya tersenyum dan kemudian menutup kedua matanya. Reza memilih untuk tetap duduk di kursi yang tadi ditempati oleh Diana, karena ingin mengawasi Rudi dari jarak yang lebih dekat.

"Tidak perlu sungkan sama sekali, Rudi Herbowo. Karena semakin dekat jarakku mengawasimu, maka akan semakin mudah aku bisa menemukan jasad Adikku bersama Diana dan Zuna," lanjut Reza, kembali membatin.

* * *

SAMPAI JUMPA MINGGU DEPAN 🥰

Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang