65 | Mita Diusir

1.5K 130 37
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Mita terdiam dengan perasaan takut usai mendapat balasan yang cukup keras dari Rosna. Tatapan tajam yang Rosna layangkan ke arahnya menambah rasa takut itu sehingga membuatnya gemetaran. Reza segera menarik lengan Diana pelan-pelan, agar memberi ruang pada Rosna yang tampak ingin sekali menerkam Mita yang sudah berani menghina Diana.

"Kamu pikir karena kamu Guru senior, terus kamu bisa seenaknya memberi keputusan pada saat yang genting? Kalau nyawa anak saya melayang pada saat kamu masih berdiskusi dengan Guru senior lainnya, apakah kira-kira kamu sudah siap mendapat pembalasan dari saya?" tanya Rosna, semakin menyudutkan Mita.

"Sa--saya ... sa--saya hanya ... saya hanya berusaha untuk ...." Mita langsung menatap ke arah Reza. "Pak Reza, tolong bantu saya menjelaskan."

Reza menaikkan salah satu alisnya, pertanda bahwa dirinya merasa tidak senang dengan permintaan tolong yang Mita layangkan. Wajah Mita mulai memucat, karena tampaknya ia sadar bahwa dirinya tidak akan mendapatkan pertolongan dari siapa pun setelah membentak dan menghina Diana di depan umum. Reza sepertinya tidak sudi menolongnya meski ia memohon atau bersujud di kaki pria itu sekalipun. Mita jelas menyadari hal tersebut, meski hanya melihat ekpresi Reza secara sekilas.

"Apa yang harus saya jelaskan pada Dokter Rosna, Bu Mita? Tindakan anda terhadap Bu Diana sudah jelas sangat kasar dan tidak bisa dibenarkan dari sudut pandang mana pun oleh Dokter Rosna sebagai Ibu kandung dari Pak Rudi, maupun oleh saya sebagai rekan sesama Guru di SMP GENTAWIRA. Apa yang Bu Diana lakukan untuk menyelamatkan nyawa Pak Rudi adalah murni tindakan spontan yang terjadi saat seseorang melihat orang lain mengalami keadaan kritis, dan hal itu bisa dianggap hal yang wajar bagi semua orang yang memiliki simpati terhadap orang lain. Sementara teguran kasar anda layangkan terhadap Bu Diana serta mengatasnamakan kesenioran di SMP GENTAWIRA, sama sekali tidak bisa dianggap sebagai hal yang wajar. Kalau pun Bu Diana memang harus mendapat keputusan atau izin dari Guru senior lebih dulu sebelum membawa Pak Rudi ke rumah sakit, saya rasa keputusan dan izin dari saya sudahlah cukup. Saya adalah salah satu Guru senior di SMP GENTAWIRA dan sudah lebih lama mengajar di sana daripada anda, serta sejak tadi saya sudah mendampingi Bu Diana untuk mengantar Pak Rudi ke rumah sakit ini. Jadi apabila Dokter Rosna marah terhadap tingkah laku, ucapan kasar, serta hinaan yang anda layangkan terhadap Bu Diana, saya rasa itu adalah hal yang sangat wajar terjadi dan bisa dibenarkan," tutur Reza, tidak berbasa-basi sama sekali terhadap Mita.

Rosna pun langsung tertawa sinis setelah mendengar semua yang Reza jabarkan. Tawa sinis itu membuat Mita kembali tersadar, bahwa dirinya benar-benar akan jatuh ke dalam kubangan lumpur paling busuk. Tatapan tajam Rosna pun kembali terarah hanya kepada Mita yang semakin gemetar dan pucat.

"Jadi ... siapa sebenarnya yang cari muka saat ini? Siapa itu? Kenapa kamu melakukan hal tadi? Kamu ingin dituduh dan dipuji-puji sebagai orang yang menolong anak saya serta begitu peduli padanya, saat anak saya bangun nanti? Iya? Begitu? Lalu, kamu pikir saya buta dan tidak bisa bersaksi soal siapa yang ada di sisi anak saya sejak awal sampai dia sadar?" ejeknya.

Mita menatap ke arah Diana, berharap bisa melampiaskan amarah atas rasa malu yang ia terima saat itu melalui tatapannya. Sayangnya, Diana ternyata lebih memilih memperhatikan Rudi yang masih berada di dalam ruang ICU daripada mendengarkan cecaran yang Mita terima dari Rosna maupun Reza. Diana tidak mau peduli dengan drama yang Mita buat, dan hal itulah yang membuat Mita semakin terpuruk dalam jurang rasa malu.

"Dengar, ya, siapa pun nama kamu! Saya tidak suka dengan tingkah lakumu dan juga keberadaanmu di sekitar anak saya! Jadi jangan coba-coba cari muka ataupun membuat-buat gayamu agar anak saya merasa tertarik terhadap kamu! Sebelum saya memanggil satpam, sebaiknya kamu pergi dari sini dan jangan pernah kembali! Oh ya, satu lagi ... kalau sampai saya dengar bahwa kamu mencoba menjelek-jelekkan Bu Diana di sekolah dan menyebar gosip yang tidak-tidak tentang dia, maka saya akan pastikan bahwa kamu akan langsung dipecat oleh anak saya tanpa perlu banyak pertimbangan! Catat itu baik-baik!" tegas Rosna, tidak main-main.

Setelah diusir dengan cara yang begitu memalukan, akhirnya Mita benar-benar angkat kaki dari rumah sakit tersebut. Perempuan itu tadinya hanya ingin sedikit menggertak Diana, agar dirinya bisa memiliki waktu berbasa-basi dengan Reza. Sayangnya, ia ternyata datang pada waktu yang salah dan juga sama sekali tidak membuat Reza bersimpati ataupun memihak kepadanya. Diana menang telak dan Mita--lagi-lagi--tidak bisa menerima hal itu. Ia merasa begitu terhina, padahal dirinya sangat yakin bahwa tidak seharusnya ia terhina di depan orang banyak.

"Sialan kamu, Diana! Kenapa harus selalu kamu yang menjadi pusat perhatian orang lain? Kenapa aku yang sudah berusaha keras menarik perhatian orang lain justru harus selalu tersisih dari kamu? Dulu saat masih remaja, kamu sudah menarik perhatian semua orang termasuk Zuna. Aku mendapat perhatian Zuna, hanya karena kamu akhirnya memilih Kalingga! Kamu tetap menjadi yang paling bersinar pada waktu itu! Sekarang, kenapa harus terulang lagi? Zuna sudah jelas akan terus ada di sisi kamu dan tidak akan pernah pergi, setelah dia kecewa terhadapku. Reza, yang baru saja mengenalmu pun juga langsung memberi semua perhatiannya padamu! Lalu, kenapa sekarang harus ditambah dengan tertariknya orang lain kepadamu? Kapan kamu bisa berhenti membuat orang lain memperhatikan kamu, Diana? Kapan???" ungkap Mita, merasa sangat frustrasi.

Perempuan itu mendendam begitu dalam terhadap Diana, namun tidak bisa melampiaskannya secara langsung sehingga memilih mengamuk pada diri sendiri. Reza--yang tadi diam-diam mengikuti langkah Mita--akhirnya tahu bahwa sebenarnya Zuna menaruh hati pada Diana sudah sangat lama dan bahkan sebelum Diana memilih Kalingga. Zuna memutuskan berpacaran dengan Mita pun hanya karena merasa sudah tidak ada lagi kesempatan yang bisa ia dapatkan untuk berada di sisi Diana. Jika bukan karena Kalingga dan Mita, maka seharusnya Zuna sudah berada di sisi Diana sejak awal.

"Mita adalah penghalangnya, sementara Kalingga adalah alasannya menyerah atas hati Diana. Tapi takdir Allah jelas tidak akan pernah salah mempertemukan jika memang mereka sudah jodoh. Akhirnya Zuna bertemu lagi dengan Diana setelah putus dari Mita, dan akhirnya Diana bertemu lagi dengan Zuna untuk menjadi pelipur lara bagi pria itu serta untuk melepaskan rasa sakitnya atas kesalahpahaman dengan Kalingga. Semuanya sudah takdir. Semuanya sudah berjalan pada tempat yang seharusnya," batin Reza.

* * *

Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang