31 | Menjalankan Misi

2.2K 161 15
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Setelah menghancurkan semua kertas yang ada di dalam kotak paket tadi, Rudi pun bergegas meraih kunci mobilnya dan segera pergi dari SMP GENTAWIRA. Zuna melihat pergerakan Rudi dari tempatnya memantau saat itu. Ia benar-benar tidak memakai mobilnya sendiri, sehingga Rudi jelas tidak akan tahu kalau Zuna mengikuti dirinya.

"Na, Rudi benar-benar bergerak seperti yang sudah kamu duga. Sekarang adalah waktu yang tepat jika kamu ingin melakukan tugasmu yang lain," ujar Zuna, merekam voice note untuk Diana.

Pria itu kemudian memosisikan mobil yang dibawanya tepat di belakang mobil Rudi yang tengah melaju. Rudi jelas tidak sedang menuju ke arah rumahnya pada saat itu, karena Zuna sudah tahu ke mana arah rumah Rudi setelah menyelidikinya beberapa hari lalu. Rudi terlihat terburu-buru sekali. Laju mobilnya yang sedang diikuti oleh Zuna hampir menyentuh angka seratus empat puluh kilometer perjam. Entah akan menuju ke mana laki-laki itu. Namun yang jelas tentunya dia akan menuju ke tempat penting, sehingga tidak ingin menurunkan kecepatan. Dia tidak mau ada yang berhasil mengikuti dirinya, jika ada yang berusaha mengikuti.

Balasan voice note dari Diana baru saja masuk. Zuna langsung menekan tanda play pada WhatsApp miliknya.

"Awasi dia terus dan jangan sampai lolos. Aku akan ke ruangannya, lalu berpura-pura tidak tahu kalau dia keluar. Saat ini di Ruang Guru hanya ada beberapa orang Guru yang belum mengajar. Jadi sudah jelas aku akan aman ketika masuk ke ruangannya."

"Tetap berhati-hati, Na. Pastikan tidak ada Mita di Ruang Guru. Kalau dia ada, batalkan saja tugasmu. Dia akan menjadi pengadu kalau kamu sampai masuk ke ruangan milik Rudi ketika dia ada di sana," saran Zuna.

"Oke. Aku paham."

Mobil milik Rudi mulai menurunkan kecepatan, ketika hampir sampai ke tempat yang ditujunya. Zuna ikut menurunkan kecepatan, lalu mencoba menjaga jarak dari mobil itu agar Rudi tidak curiga bahwa dirinya sedang diikuti. Rudi membelokkan mobil pada sebuah tempat yang belum Zuna ketahui latar belakangnya. Laki-laki itu keluar dari mobilnya lalu berjalan menuju pintu masuk. Zuna juga keluar dari mobil yang ia bawa, lalu memakai tudung hoodie dan masker agar Rudi tidak mengenalinya. Hari itu Zuna tidak memakai seragamnya yang biasa, karena tugas mengikuti seseorang yang sedang ia lakukan jelas menuntutnya agar tidak ketahuan oleh target.

Zuna ikut masuk ke tempat tersebut, setelah memastikan bahwa dirinya tidak akan dapat dikenali oleh Rudi. Saat masuk ke sana, Zuna bisa melihat bahwa tempat itu berisi loker-loker bersusun yang biasa disewakan untuk tempat penyimpanan bagi orang-orang tertentu. Ia berjalan menyusuri jalan di bagian tengah di antara deretan loker-loker di tempat tersebut. Ia mencoba untuk tidak terlihat mencolok di antara orang-orang yang sedang mengurus loker masing-masing. Sampai akhirnya ia menemukan sosok Rudi pada salah satu lorong dan tengah menatap sebuah loker yang terletak paling ujung. Zuna segera berjalan dari dua lorong sebelumnya menuju ke ujung, agar ia bisa melihat sendiri dari belakang, tentang apa yang saat itu tengah disembunyikan oleh Rudi.

ZUNA
Rudi ke tempat penyewaan. Tempat penyewaan ini memiliki banyak loker di dalamnya. Entah dia yang menyewa loker itu atau Almarhum Helmi, aku belum tahu. Nomor loker yang Rudi tuju adalah 441.

Pesan itu ia kirim beserta foto Rudi yang berhasil diambilnya dari belakang. Rudi kini akan membuka loker tersebut. Zuna memperhatikannya dengan seksama, karena kunci pada loker itu ternyata menggunakan kunci elektrik yang memerlukan kata sandi. Dengan cepat Zuna menghafal kata sandi loker tersebut, lalu mengirimnya pada Diana.

ZUNA
Kata sandi pada loker yang Rudi datangi adalah 19072006. Sama persis dengan yang kita dapatkan dari buku agenda milik Almarhum Helmi.

Rudi terlihat membuka loker tersebut, lalu terdengar bernafas lega. Laki-laki itu seakan merasa sangat lega setelah melihat semua yang disembunyikan oleh Almarhum Helmi masih berada pada tempatnya. Rudi pun segera menutup kembali loker tersebut. Zuna berhenti mengamatinya dan berjalan menuju pintu keluar kembali. Balasan dari Diana baru saja masuk, ketika dirinya sudah sampai di mobil. Rudi terlihat kembali ke mobilnya dan akan langsung pergi lagi ke suatu tempat.

DIANA
Aku masih di ruangannya Rudi. Sebentar lagi tugasku selesai. Aku akan meminta izin pulang cepat hari ini, lalu mendatangi tempat penyewaan itu untuk mengambil isi di dalam loker yang telah disewa oleh Almarhum Helmi.

ZUNA
Aku akan kembali mengikuti Rudi, Na. Entah mau ke mana dia sekarang. Nanti akan kulaporkan lagi padamu.

Setelah membaca pesan dari Zuna, Diana pun segera menuntaskan tugasnya di ruang kerja milik Rudi. Ia kemudian segera keluar kembali dari ruangan itu dan duduk di mejanya sendiri, sebelum para Guru berdatangan. Bahkan Reza pun tidak tahu bahwa Diana punya misi hari itu. Diana sengaja tidak memberi tahu Reza, karena baginya Reza mungkin saja sedang tidak ingin membahas soal Rudi terlalu jauh. Diana ingin hal itu menjadi tugasnya dan Zuna, agar Reza hanya perlu fokus pada menyabarkan diri ketika bertemu dengan Rudi meski sudah tahu kebenaran soal Sekar.

Mita menatap Diana ketika tiba di ruang Guru, begitu pula dengan Beni. Beni masih merasa bahagia karena Diana merangkul lengannya tadi pagi. Hatinya merasa berbunga-bunga, sehingga lupa kalau Diana sudah menegaskan bahwa tidak akan ada jalan bagi Beni untuk mendekat. Reza masuk tak lama kemudian dan langsung menuju ke meja milik Diana.

"Kamu baik-baik saja, 'kan? Mau minum obat, Na?" tanya Reza.

Diana menatap Reza selama beberapa saat. Ia segera paham, bahwa Zuna pasti meminta tolong pada Reza agar membantu Diana meminta izin mengajar setengah hari saja.

"Masih kurang enak badanku, Za. Entah kenapa kepalaku mendadak pusing begini. Aku rasa migrainku kembali kumat akibat lelah," jawab Diana.

"Pulang saja kalau begitu, Na. Nanti akan kusampaikan pada Pak Rudi kalau kamu sakit dan butuh istirahat karena mengalami migrain," saran Reza.

"Tapi bagaimana dengan jam mengajarku, Za? Aku ...."

"Nanti aku yang isi sisa jam mengajarmu hari ini," potong Reza dengan cepat. "Akan aku beri tugas mencatat dan tugas menjawab beberapa soal pada anak-anak yang kelasnya akan kamu ajar. Kamu tandai saja di buku peganganmu itu, nanti akan kusampaikan pada mereka bagian mana saja yang harus dicatat dan dikerjakan. Untuk buku peganganmu sendiri, akan aku titip pada Zuna setelah pulang nanti. Aku akan datang ke kantornya Zuna."

Diana pun menyetujui saran itu pada akhirnya, lalu menitipkan tugas untuk anak-anak kepada Reza. Mita merasa sebal sekali karena Reza begitu baik pada Diana sampai sejauh itu. Padahal dulu Reza bahkan tidak pernah sama sekali mau membantunya, meski sedang dalam keadaan terdesak.

"Enak sekali menjadi 'pick me girl'. Sakit sedikit langsung dapat perhatian," sindir Mita.

Reza segera mendorong Diana untuk segera pergi dan mengabaikan ucapan Mita. Setelah Diana benar-benar pergi, Reza langsung menatap dingin ke arah Mita.

"Ingin diperhatikan juga, Bu Mita? Kalau begitu cobalah belajar untuk tidak menjadi wanita berhati busuk," saran Reza, yang langsung disambut dengan tawa tertahan dari Guru-guru lain yang ada di sana.

* * *

SAMPAI JUMPA MINGGU DEPAN 🥰

Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang