82 | Pengejaran

1.1K 121 17
                                    

- TIGA EPISODE TERAKHIR
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Reza saat ini masih didampingi oleh Polisi lain yang tersisa di rumah sakit, ketika Zuna meninggalkannya untuk membantu mengejar Rudi. Pengawalan terhadap jasad Sekar akan dilakukan untuk dibawa ke laboratorium forensik, karena jasad tersebut akan segera diautopsi oleh pihak kepolisian. Pria itu berusaha keras untuk kembali bangkit, setelah sejak tadi terus saja merasa terpuruk ketika menatap jasad Sekar di sisinya. Ia mencoba menyeka airmatanya yang tidak bisa berhenti mengalir. Meskipun rasanya sulit, tapi ia berusaha keras dan memaksa diri untuk melangkah ke depan.

"Sekarang aku harus memikirkan cara untuk memberi tahu, Bapak. Sekarang hanya Bapak yang belum tahu bahwa Sekar sudah lama tiada," batin Reza, terasa semakin teriris-iris.

Pria itu melangkah gontai ketika brankar berisi jasad Sekar mulai didorong keluar oleh Polisi. Ia terus berusaha menguatkan diri, namun akhirnya tetap saja kembali berhenti melangkah dan bersandar sebentar pada ambang pintu ruang perawatan. Lia tiba di rumah sakit tepat ketika jasad Sekar sedang didorong keluar oleh para Polisi. Sosok Sekar muncul di sisinya dan tersenyum begitu cantik hanya untuk menyambut Lia. Tatapan Lia tertuju ke arah brankar dan hatinya tergerak untuk menahan brankar tersebut agar berhenti. Ia kemudian berusaha membuka kain putih yang menutupi jasad Sekar dengan tangan gemetar. Kedua matanya berkaca-kaca, hatinya tahu bahwa itu adalah Sekar meski netranya belum melihat secara langsung. Reza menatapnya dalam tangis dari ambang pintu ruang perawatan. Hati pria itu semakin tertusuk ketika melihat duka mendalam di wajah Lia untuk Sekar.

"Ya Allah, Sekar," ratapnya, tak tertahankan.

Tangis Lia pecah begitu saja saat melihat wajah cantik Sekar yang sangat pucat. Kedua tangannya mengusap lembut wajah itu dengan penuh rasa sesak dalam dada. Ia benar-benar tidak bisa menahan diri akibat masih merasa bersalah karena telah meninggalkan Sekar sendirian di sekolah, belasan tahun yang lalu. Ia menyesal begitu dalam dan tak bisa lupa satu detik pun mengenai masa lalu kelam tersebut.

"Astaghfirullah, Dek. Maafkan aku. Maaf karena aku meninggalkan kamu sendirian waktu itu. Harusnya aku tidak pulang lebih dulu, Sayang. Harusnya aku memilih untuk menetap sampai kita bisa pulang bersama. Sekar ... maafkan aku," mohonnya.

Reza segera meraih tubuh Lia ke dalam dekapannya. Kain putih tadi kembali dirapikan oleh Reza agar jasad Sekar bisa segera dibawa oleh Polisi menuju laboratorium forensik. Pria itu kini ikut menangis bersama Lia. Tidak ada yang bisa menahan perasaan duka mendalam di antara mereka. Menatap jasad Sekar seakan telah merobohkan kuatnya pertahanan yang selama ini mereka bangun dalam hati masing-masing. Rasa sakit itu benar-benar terasa sangat jelas, sehingga sulit bagi Reza ataupun Lia untuk kembali membangun sebuah pertahanan.

"Kenapa harus begini keadaannya, Kak? Kenapa kita berdua harus bertemu dengan Sekar pada saat dia sudah tiada begitu lama?" Lia masih belum berhenti meratap dalam pelukan Reza.

"Sabar, Dek. Mari kita sama-sama bersabar atas apa yang sudah terjadi. Intinya sekarang Sekar sudah bersama kita lagi. Dia sudah kembali pada kita, meski hanya jasadnya saja," jawab Reza, mencoba menenangkan keadaan.

Lia membalas dekapan Reza dengan erat. Ia berusaha keras untuk berhenti menangis, meski Reza masih menangis dalam pelukannya. Ia sadar bahwa dirinya harus menopang Reza agar tidak berlarut-larut dalam duka kepanjangan. Ia juga ingat, bahwa tujuan kehadirannya saat itu adalah untuk membuat Reza tetap baik-baik saja setelah jasad Sekar ditemukan.

"Ru--Rudi lari, Dek. Di--Diana da--dan Zu--Zuna sedang ... mengejar di--dia sa--saat ini," ujar Reza, menyampaikan kabar itu dengan terbata-bata.

"Lari? Maksud Kak Reza, manusia biadab itu saat ini sedang berusaha melarikan diri agar tidak dihukum? Begitu?" tanya Lia, tampak begitu kaget.

Lia langsung menyeka airmatanya dengan kasar, lalu menarik tangan Reza agar ikut dengannya keluar dari gedung rumah sakit tersebut. Saat mereka tiba di luar, Rudi baru saja berhasil mendapatkan sebuah mobil yang bisa membuatnya segera keluar dari area rumah sakit. Hal itu membuat Lia langsung berlari bersama Reza menuju mobil yang dibawa oleh Lia. Para Polisi kini akan melakukan pengejaran. Mereka berdua bahkan bisa melihat Diana dan Zuna memasuki mobil masing-masing dengan wajah penuh amarah.

"Kita mau ikut mengejar, Dek?" tanya Reza, agak kaget dengan keputusan Lia.

"Iya. Aku jelas tidak mau manusia biadab itu kabur dan lolos dari hukuman, Kak. Kalau dia tidak berhasil ditangkap, maka akan ada kemungkinan kalau nanti dia bisa melakukan hal keji lainnya terhadap orang lain di tempat lain," jawab Lia.

Lia menginjak gas sedalam-dalamnya, lalu mengambil arah memutar dari arah yang Rudi ambil. Reza mengetatkan seat belt yang dipakainya, karena Lia kali itu mengemudi secara gila-gilaan akibat tidak ingin Rudi berhasil lolos.

"Zu! Itu mobilnya Lia dari arah depan sana!" lapor Diana, melalui handy talkie miliknya.

"Astaghfirullah! Apa yang Lia pikirkan saat ini, Na? Dia mau mobilnya adu banteng dengan mobil Rudi atau bagaimana?" kaget Zuna.

Rudi menyetir dengan kedua tangan yang masih terpasang borgol. Laki-laki itu terus menginjak gas tanpa berniat mengurangi kecepatannya. Saat mobil milik Lia berada di depannya dan datang dengan kecepatan yang sama tingginya, ia masih sempat melihat wajah Reza, Lia, dan juga wajah sosok Sekar yang ada di belakang kedua orang itu. Beberapa kali Rudi berusaha mengerejapkan kedua matanya, demi memperjelas apa yang sedang dilihatnya saat itu. Tapi nyatanya, ia benar-benar melihat hal yang sama berulang-ulang kali. Sosok Sekar memang ada bersama Reza dan Lia di dalam mobil yang mendatanginya dengan kecepatan tinggi, sehingga akhirnya Rudi mendadak merasa gemetar akibat rasa takut yang ditebarkan oleh sosok Sekar. Laki-laki itu memutuskan membanting setir ke arah kiri, karena tidak mau menghadapi tatapan Sekar yang penuh amarah. Mobil yang dia kemudikan menabrak pembatas jalanan begitu keras, hingga akhirnya terbanting dan terbalik di bagian seberang jalan.

BRUAKKHHH!!! BRAKKK!!! BRAKKK!!!

Semua mobil Polisi yang melakukan pengejaran berhenti mendadak, begitu pula dengan mobil yang Lia kemudikan dari arah berlawanan. Zuna dan Diana segera berlari menuju mobil milik Rudi, sementara Lia dan Reza tetap diam di tempat masing-masing sambil menatap ke arah mobil Rudi yang terbalik. Reza masih berusaha mengatur nafasnya setelah ikut serta dalam aksi nekat yang Lia lakukan. Jantungnya masih berdebar hebat, namun ia segera berusaha mengendalikan diri dan menatap ke arah Lia yang saat itu hanya diam saja.

"Dek, tolong lain kali ...."

"Dia tidak boleh mati, Kak," potong Lia, penuh amarah. "Dia harus tetap hidup agar bisa menerima hukuman atas semua kebiadabannya terhadap Sekar. Jadi sekarang berdoalah agar laki-laki sinting itu tetap selamat."

* * *

Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang