79 | Penggeledahan

1.4K 133 26
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Septian sedang memberi pengarahan kepada para anggota kepolisian yang akan terlibat, malam itu. Zuna masih memantau keberadaan Rudi melalui Reza yang selalu ada bersama Diana. Ia jelas tidak bisa langsung menanyakan semuanya kepada Diana, karena hal tersebut akan membuat Rudi merasa curiga ketika perhatian Diana hanya tertuju pada ponsel. Diana harus tetap fokus memperhatikan Rudi, agar Rudi tidak perlu berusaha pergi ke mana-mana dari ruang perawatan.

Setelah mendapat kabar dari Reza mengenai Rudi, Zuna pun segera mendekat pada Septian untuk memberikan kabar.

"Tersangka utama masih berada di ruang perawatan, Pak. Diana masih mengawasi dan menjaganya agar tidak keluar dari ruang perawatan itu. Kakak korban pun saat ini masih ada di sana. Dia akan keluar dari ruangan itu, saat nanti diberi aba-aba setelah kita menggeledah ruang khusus jenazah," lapor Zuna.

"Baik, Pak Zuna. Laporan anda saya terima. Mari kita segera menuju ke rumah sakit itu untuk menemui Dokter Rosna dan memberi tahu bahwa kita akan menggeledah ruang khusus jenazah yang ada di rumah sakitnya tersebut," ajak Septian.

Zuna berjalan bersama Septian dan juga para anggota kepolisian lainnya. Devan--sebagai Polisi khusus yang memantau dari jauh--sudah diminta oleh Zuna untuk memanggil wartawan. Zuna ingin mereka meliput penggeledahan itu secara terang-terangan, dengan tujuan untuk memastikan kalau Rosna tidak akan mencoba untuk menghalang-halangi. Rosna maupun suaminya--Martin Juanapraja Herbowo--sudah terlalu sering melindungi Rudi meski mereka tahu kalau laki-laki itu telah melakukan tindak kejahatan yang fatal. Maka dari itulah kali ini Zuna sudah menyiapkan taktik yang tepat untuk mereka, agar mereka tidak lagi bisa berkutik ketika Rudi akan ditangkap. Saat wajah mereka menghiasi layar televisi maupun media-media online, mereka jelas tidak ingin ikut hancur bersama Rudi. Mereka akan langsung mundur, karena tahu bahwa nama baik mereka akan dipertaruhkan.

Saat memasuki gedung rumah sakit, satpam yang berjaga sama sekali tidak berusaha untuk mencegah langkah mereka. Beberapa orang Dokter dan Perawat menatap ke arah mereka yang saat itu langsung menuju ruang kerja Rosna di rumah sakit tersebut. Rosna jelas merasa kaget setengah mati, ketika ruang kerjanya diterobos oleh para Polisi. Ia ingin sekali marah atas kejadian tersebut, ia ingin langsung meledakkan amarah. Namun saat melihat adanya beberapa orang wartawan yang meliput tepat ke arahnya, ia segera mengurungkan niat tersebut dan berupaya tampil sangat baik seraya memamerkan senyum.

"Selamat malam, Dokter Rosna Sari. Kami dari Kantor Polda Jawa Tengah. Kami datang ke sini untuk memperlihatkan surat izin penggeledahan atas ruang khusus jenazah di rumah sakit ini, yang mana di dalamnya dicurigai ada jenazah tanpa nama yang sudah lama kami cari. Surat izin penggeledahan ini keluar setelah kami menelusuri penemuan sebuah kardus berisi pakaian seragam korban yang ditemukan di suatu tempat, dan kardus serta seragam korban tersebut dipenuhi oleh sidik jari serta DNA dari Putra anda, yaitu Rudi Herbowo," tutur Septian, seraya menyerahkan surat izin penggeledahan ke tangan Rosna.

Kedua tangan Rosna langsung gemetar hebat ketika menerima surat izin tersebut dari Septian. Kamera para wartawan terus menyorot ke arahnya, serta beberapa ada yang mengambil potretnya dengan sangat jelas. Tatapan Rosna kemudian jatuh ke arah Zuna yang baru ia sadari berdiri di dekat Septian sejak tadi. Ia benar-benar sulit untuk berpikir jernih, padahal tahu kalau Zuna adalah sahabat Diana serta salah satu teman Rudi saat masih bersekolah di SMP GENTAWIRA.

"Ru--Rudi? Ti--tidak mungkin Rudi ada sangkut pautnya dengan kematian seseorang. I--itu jelas pasti sebuah kesalahpahaman, Pak," Rosna berupaya membela Rudi secara baik-baik.

Septian dan Zuna memperhatikan Rosna lebih jauh selama beberapa saat. Bagi mereka, Rosna terlihat mulai ingin mencoba menutupi sesuatu.

"Apakah hal itu terkait dengan jenazah gadis yang dulu pernah Rudi bawa ke sini? Kalau memang benar, maka aku jelas telah salah karena mengizinkan Rudi menyimpan jenazah itu sampai sekarang di rumah sakit ini," batin Rosna.

"Sayang sekali tampaknya kali ini andalah yang salah paham, Dokter Rosna," sahut Zuna.

Rosna kembali menjatuhkan tatapannya ke arah Zuna, saat pikiran sesaatnya berlalu.

"Rudi telah membunuh seseorang delapan belas tahun lalu, dan dia sengaja menyimpan jasadnya sebagai kenang-kenangan di rumah sakit yang anda pimpin. Dia melakukan pembunuhan itu, karena dia tahu bahwa dirinya tidak akan bisa memiliki gadis tersebut. Setelah itu, dia menyimpan jasadnya di sini selama belasan tahun karena dia tahu bahwa anda akan selalu melindunginya, meski dia telah melakukan hal yang keji."

Rosna pun terdiam dan tak bisa mendebat Zuna meski hanya satu kata. Dugaan Rosna benar seratus persen, bahwa perkara yang dibawa Polisi malam itu ke hadapannya memang menyangkut jenazah gadis yang pernah Rudi bawa delapan belas tahun lalu. Tapi ia jelas tidak akan mempertaruhkan reputasi baiknya dimata publik, hanya untuk melindungi Rudi yang sudah jelas melakukan kesalahan besar. Ia tetap berupaya untuk tersenyum, meski saat ini wajahnya sudah memucat dan kehilangan kendali.

"Kalau begitu mari kita buktikan bersama, Pak Zuna. Apakah tuduhan terhadap Putra saya benar adanya atau hanya perkiraan pihak kepolisian semata," ajak Rosna.

Rosna masih berharap bahwa tidak akan ada yang bisa menemukan jenazah gadis itu di ruang khusus jenazah. Ia berharap kalau Rudi sudah memindahkan jenazah itu dari sana, meski tak pernah melaporkannya kepada Rosna. Ia ingin Rudi tetap bisa lolos dari hukuman, meski tahu kalau dulu Rudi memang membunuh gadis yang hilang delapan belas tahun lalu tersebut.

Semua orang memberi jalan agar Rosna bisa keluar dari ruang kerjanya dan memimpin langkah menuju ruang khusus jenazah. Rosna membuka ruangan itu dengan kartu miliknya, lalu mempersilakan para anggota kepolisian menggeledah semua lemari penyimpan jenazah yang ada di dalam. Para anggota Polisi langsung membuka satu-persatu pintu lemari. Wartawan masih meliput, dan Septian sengaja menyebarkan foto wajah Sekar agar bisa dilihat oleh semua orang yang sedang melihat tayangan berita malam itu. Foto itu jugalah yang akan menjadi bahan perbandingan jika jasad Sekar berhasil dikeluarkan dari ruang khusus jenazah tersebut.

Rosna tampak begitu tenang, padahal sebenarnya ia sedang merasa sangat gelisah. Ia sudah menghubungi suaminya secara diam-diam, namun jelas butuh banyak waktu bagi Martin agar bisa tiba di rumah sakit untuk bisa mengeluarkan Rudi dari sana. Seorang anggota Polisi mendekat ke arah pintu tak lama kemudian. Jantung Rosna semakin berdebar tak karuan ketika melihatnya bicara dengan Septian.

"Jasad korban ditemukan, Komandan. Jasad korban atas nama Anindira Sekar ditemukan pada lemari penyimpan jenazah nomor enam, pintu paling terakhir."

Hancur sudah harapan Rosna untuk menyelamatkan Rudi malam itu. Seluruh tubuhnya gemetar karena tidak bisa melakukan perlawanan, padahal ia ingin sekali melawan habis-habisan terhadap semua Polisi yang datang malam itu. Baru kali ini ia kalah telak di kandangnya sendiri. Baru kali ini ada yang bisa menjatuhkannya, tanpa ia tahu kalau dirinya akan dijatuhkan. Biasanya, dirinyalah yang sering mengalahkan orang lain dan memenangkan sesuatu. Tapi kali itu, Zuna-lah yang mengalahkannya melalui wartawan yang terus meliput secara langsung kegiatan penggeledahan tersebut. Rosna kini hanya bisa menatap tajam ke arah Zuna, karena akhirnya ia merasa curiga bahwa Zuna adalah orang yang telah memata-matai Rudi serta menyelidiknya secara diam-diam.

Setelah mendapat kepastian soal jasad Sekar yang akan dikeluarkan dari ruang khusus jenazah, Zuna segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana dan menghubungi Reza.

"Halo. Sekarang bertindaklah seperti yang sudah direncanakan. Waktunya sudah tiba," titah Zuna, lirih, seraya membalas tatapan tajam dari Rosna tanpa ragu.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang