44 | Mereka Saling Mengetahui

1.7K 135 9
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Pagi-pagi sekali--sebelum ada siapa pun di Ruang Guru--Diana meletakkan dia buah kotak, satu ke atas meja milik Mita dan satu pada meja milik Beni. Ia kemudian segera keluar kembali dari sana dan memilih untuk berdiam di mobilnya yang sengaja menumpang parkir di dalam bengkel milik Kalingga yang belum buka. Ia sengaja melakukan itu, agar dirinya tidak dicurigai sebagai orang yang telah meletakkan kotak-kotak di meja Beni dan Mita. Ia ingin kedua orang itu mulai menduga-duga soal siapa yang sedang mengancam mereka.

Kalingga menatap Diana yang telah kembali lagi ke bengkelnya. Diana menghadapinya dengan tenang, tanpa harus memikirkan bagaimana hal yang telah berlalu di belakang mereka. Begitu pun dengan Kalingga. Pria itu tidak lagi menaruh harapan kepada Diana, karena sadar bahwa Diana tidak akan bisa ia raih seperti dulu saat masih remaja. Semua sudah berubah, masing-masing dari mereka harus mulai melangkah menuju ke arah yang baru.

"Sudah selesai, Na? Kamu benar-benar cuma menyimpan kedua kotak tadi di atas meja milik Beni dan Mita?" tanya Kalingga.

"Mm, sudah selesai. Sekarang aku hanya perlu menunggu di sini sampai semua Guru tiba di sekolah. Aku akan datang sedikit terlambat, agar mereka berdua tidak curiga padaku meski akan melihat rekaman CCTV. Aku sudah menyamar semaksimal mungkin, jadi mereka tetap tidak akan mengenali aku dalam rekaman CCTV di Ruang Guru," jawab Diana.

"Kamu mau cerita, soal apa isi kedua kotak tadi?"

"Kotak untuk Mita adalah masalah antara Mita dengan Zuna yang akan aku selesaikan. Sementara kotak untuk Beni adalah masalah antara kita berdua dengan Beni dan Silmi. Aku harus menyelesaikan kedua masalah itu dalam waktu bersamaan, karena pada akhirnya aku harus fokus pada urusan yang jauh lebih penting," jelas Diana.

Kalingga terdiam sejenak.

"Masalah antara kita berdua dengan Beni dan Silmi? Kamu mau membahas masa lalu?"

"Ya, aku mau membahas masa lalu dan mengakhirinya, Kal. Aku tidak bisa lagi berdiam di tempat yang sama, karena sekarang aku punya tujuan untuk melanjutkan hidup."

"Zuna?" tebak Kalingga.

Diana pun tersenyum.

"Ya, pada akhirnya Zuna adalah tempat yang aku tuju untuk melanjutkan hidup. Bertahun-tahun aku hanya membatasi diri saat sedang bersamanya. Tapi saat Reza mulai menyinggung dan menyindir setiap kali bicara denganku ataupun Zuna, kami akhirnya sadar bahwa selama ini sudah terlalu lama menutupi perasaan masing-masing. Maaf, Kal, pada akhirnya aku harus memutuskan begitu."

Kalingga pun mengangguk pelan seraya tersenyum.

"Enggak apa-apa, Na. Aku juga yang salah dimasa lalu. Kalau boleh jujur, aku memang sempat akan tergoda oleh Silmi ketika dia datang ke hadapanku waktu itu. Kamu tidak bisa lagi mempercayakan hatimu kepadaku dan aku paham soal alasannya. Aku sendiri pun tidak yakin akan mampu menjaga hati kamu, jika seandainya kamu memberiku kesempatan kedua. Beda halnya dengan Zuna. Dia jelas jauh berbeda denganku dan kamu pasti merasakan perbedaan itu setiap kali sedang bersamanya. Dia jauh lebih mampu menjaga kamu dan hatimu, tidak seperti aku," ungkap Kalingga, penuh rasa lega.

"Ya, aku jelas bisa merasakan perbedaannya. Mana mungkin aku tidak merasakan perbedaannya, Kal. Bertahun-tahun aku dan dia menempel seperti permen karet. Sudah pasti aku tahu bagaimana rasanya saat dia ada dalam hidupku, baik itu saat kami sedang berjauhan ataupun saat kami bersama. Tapi yang paling inti adalah, dia lebih sering bersikap menyebalkan sehingga aku jadi hobi memberi ceramah padanya. Aku enggak mendapatkan itu saat bersamamu, jadi aku merasa hubungan kita dulu terlalu monoton," balas Diana.

Reza membuka pintu bengkel dan sukses membuat Diana maupun Kalingga merasa kaget. Pria itu segera masuk dan menutup pintu kembali seperti tadi, lalu mendekat pada Diana.

"Kamu itu muncul kok tiba-tiba sekali, sih, Za? Aku jantungan, nih," protes Diana.

"Kamu bisa ketuk pintu dulu sebelum masuk. Lain ketuk dulu pintu itu, jangan bikin orang lain kaget," tambah Kalingga, sambil mengusap-usap dadanya.

"Kenapa kalian harus kaget? Kalian tidak sedang selingkuh, 'kan?" goda Reza, sengaja.

"Wah ... kunci inggris mana kunci inggris? Butuh kugetok kepalanya ABG tua satu ini!" omel Diana.

Kalingga mendelik dan langsung menatap ke arah Diana dengan kedua mata membola.

"Jangan cari masalah, Na. Jangan berbuat kriminal di bengkelku," saran Kalingga.

Reza pun terkikik geli, lalu segera merangkul Diana untuk membuat wanita itu kembali santai seperti biasanya.

"Maaf, Na. Aku cuma bercanda, kok. Lagian kalau kamu mau selingkuh sama Kalingga, mana mungkin kamu izin dulu sama Zuna sebelum bersembunyi di sini. Aku tahu kamu ada di sini pun karena Zuna yang memberi tahu. Dia bilang padaku untuk menemani kamu, biar tidak diterkam oleh Kalingga," ujar Reza, apa adanya.

Kalingga langsung merengut sebal, usai mendengar yang Reza katakan. Diana dan Reza sendiri kini balas menatapnya, seakan tahu bahwa pria itu akan meledak.

"Wah, tampaknya Zuna-lah yang butuh sekali aku terkam dan kucabik-cabik wajahnya. Bisa-bisanya dia berpikir begitu tentangku, padahal dia tahu persis kalau aku tidak pernah berani macam-macam dengan wanita manapun di dunia ini," ujar Kalingga.

"Maklumi saja, Kal. Namanya juga Zuna khawatir sama aku. Wajarlah kalau dia sampai harus mengirim orang untuk menjagaku meski aku ada bersamamu. Bagaimana pun, kamu 'kan mantan pacarku. Jadi ... bolehlah Zuna sedikit cemburu," Diana membela Zuna secara terang-terangan.

"Bela terus! Mentang-mentang baru resmi jadian, sedikit-sedikit langsung dibela," sindir Reza, sambil menahan tawa.

Saat Kalingga baru saja akan melancarkan aksi protes selanjutnya, terdengarlah suara gaduh dari arah SMP GENTAWIRA. Kalingga segera mengajak Diana dan Reza untuk mengintip dari bagian samping dalam bengkelnya yang memiliki kaca paling gelap. Mereka sama-sama menatap ke arah SMP GENTAWIRA, lalu melihat kalau Mita dan Beni sedang adu mulut di halaman depan sambil memegangi kotak di tangan masing-masing.

"Yes! Usahaku berhasil!" seru Diana, sepelan mungkin.

"Kalau isi kotak itu adalah masalah yang berbeda, kenapa Mita dan Beni jadi adu mulut seperti itu? Bukankah mereka seharusnya marah pada orang yang mengirim kotak itu ke sekolah?" tanya Kalingga.

"Kalau menurutku, itu bisa terjadi karena mereka sama-sama berpikir bahwa kotak itu adalah kiriman dari diri mereka masing-masing. Maksudku ... Mita berpikir kalau Beni adalah yang mengirim kotak itu padanya, sementara Beni juga berpikir kalau Mita adalah yang mengirim kotak itu padanya," jelas Reza.

"Eh? Berarti Mita tahu, dong, soal apa yang Beni lakukan untuk memisahkan aku dengan Diana?" kaget Kalingga.

"Dan berarti Beni juga tahu, tentang apa yang Mita lakukan untuk membunuh seluruh anggota keluarga Zuna bertahun-tahun lalu," sahut Diana, tampak mulai kembali tersulut amarah.

* * *

Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang