- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Wahyu menatap ke arah Reza pagi itu, setelah Reza membukakan pintu untuk Zuna yang datang untuk menjemputnya. Wajahnya terlihat begitu serius, seraya menatap Zuna dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Bapak pikir kamu akan pergi keluar bersama pacarmu di hari minggu yang cerah ini. Lah, kok, ternyata kamu malah akan pergi keluar sama teman laki-laki? Dia yang bernama Diana? Bapak kira Diana itu perempuan loh," heran Wahyu.
Reza berusaha menahan tawanya sekuat tenaga, saat tahu bahwa Bapaknya mengira Zuna adalah Diana yang namanya ia sebut semalam ketika meminta izin. Zuna sendiri kini tampak sedang menatap sebal ke arah Reza sambil menyipitkan kedua matanya.
"Kamu cuma menyebut nama Diana, hah, saat minta izin keluar pada hari minggu?" sindir Zuna, blak-blakan.
"Memangnya kamu bukan Diana, Nak?" Wahyu kembali mengajukan pertanyaan.
Zuna pun tersenyum saat menatap ke arah Wahyu.
"Iya, Pak, bukan. Saya Zuna, bukan Diana. Diana itu sahabat saya dan juga rekan kerja Reza di SMP GENTAWIRA. Seharusnya memang Diana yang menjemput Reza pagi ini, tapi karena ada perkara mendesak yang harus dia kerjakan lebih dulu, maka dia meminta saya untuk menggantikan dirinya menjemput Reza. Nanti rencananya kami bertiga akan bertemu di MAXX Coffee, Pak," jawab Zuna.
"Oh, begitu rupanya. Ya sudah, segeralah berangkat. Jangan sampai nanti malah Diana yang menunggu kalian berdua terlalu lama. Kasihan. Perempuan tidak boleh dibiarkan menunggu sendirian terlalu lama. Takut terjadi sesuatu yang buruk," saran Wahyu.
Apa yang Wahyu katakan saat itu sangat jelas menyatakan sebuah penyesalan yang begitu dalam. Pria paruh baya itu pasti masih merasakan sesal yang tidak ada ujungnya, karena tidak segera menyusul Sekar ke sekolah untuk memastikan keberadaannya saat hujan deras terjadi tujuh belas tahun lalu. Dan tanpa sadar, Wahyu merefleksikan penyesalan itu terhadap keberadaan Diana yang memiliki kemungkinan akan menunggu sendirian terlalu lama. Zuna dan Reza menyadarinya. Namun mereka tetap berusaha tenang, agar Wahyu tidak curiga bahwa mereka sedang mengusut kasus soal Sekar.
Setelah berpamitan pada Wahyu, Zuna dan Reza pun segera berjalan menuju mobil yang diparkir pada halaman rumah tersebut. Reza masih saja diam meski kini sudah tidak lagi berada di hadapan Bapaknya. Zuna paham bahwa Reza sendiri pun sedang mencoba untuk menenangkan diri. Pria itu jelas kembali teringat pada Sekar dan apa yang sudah terjadi pada gadis itu tanpa ada yang tahu.
"Aku tahu rasanya berada di posisi kamu, Za. Aku juga pernah kehilangan dengan cara yang sangat tragis," ujar Zuna, membuka obrolan di tengah perjalanan mereka.
Reza pun menoleh ke arah Zuna dan mendapati kalau wajah pria itu terlihat seperti mendung yang begitu kelam.
"Aku pernah dengar sedikit mengenai hal itu dari Diana. Aku tidak berani bertanya lebih jauh padanya, karena itu adalah permasalahan pribadi kamu yang mungkin tidak ingin kamu bahas dengan orang lain. Ya, aku tahu kalau kamu juga pernah menempati posisi yang aku tempati. Sayangnya, tetap saja ada perbedaan yang begitu besar dalam masalah kita, Zu. Meski kamu kehilangan kedua orangtua dan juga Adik kesayanganmu dengan tragis, setidaknya kamu tidak pernah terombang-ambing seperti aku yang tidak pernah mendapat kepastian soal Sekar. Bahkan, aku baru tahu kalau Sekar sudah lama tiada setelah bertemu kamu dan Diana. Dan lebih buruknya lagi, aku masih belum tahu di mana jasad Sekar dikuburkan oleh Rudi dan Almarhum Helmi. Rasanya sakit, Zu. Rasanya sakit saat aku tahu soal fakta dan pelakunya, tapi aku hanya bisa diam dan membiarkan dia berjalan ke sana-ke mari dengan santai. Jadi aku harap kamu bisa maklum, kalau sesekali aku terlihat seperti sedang merenungi sesuatu. Aku hanya ... sedang merenungi rasa sakit yang bersarang dalam dadaku," jelas Reza, apa adanya.
Zuna pun menganggukkan kepalanya. Ia bisa memahami itu, karena dulu dirinya juga pernah melakukan hal yang sama seperti yang Reza lakukan. Hanya saja, dulu dirinya bisa cepat kembali menjalani hidup dengan normal, karena Diana tidak pernah membiarkannya terus berlarut dalam kesedihan. Diana ada untuk Zuna kapan saja pada saat Zuna merasa kosong. Hingga akhirnya Zuna benar-benar bisa kembali menjadi sosok yang lebih tangguh daripada sebelumnya.
"Kamu bisa coba berbagi perasaanmu sama Diana. Dulu aku selalu mengandalkan hal itu saat sedang kembali teringat dengan peristiwa buruk yang menimpa keluargaku," saran Zuna.
"Enggak mau," tolak Reza. "Bukan aku enggak mau berbagi sama Diana, tapi aku enggak mau menjadi sasaran kecemburuan Buaya rawa macam Beni ataupun Rudi. Lagi pula, aku jelas-jelas sudah melempar bara api ke tangan dua laki-laki itu kemarin. Masa iya, aku malah harus jadi sasaran kesintingan mereka hanya karena perkara aku terlalu dekat dengan Diana."
"Aku juga dekat dengan Diana. Tapi aku enggak takut menjadi sasaran kecemburuan laki-laki mana pun," sanggah Zuna.
"Itu karena kamu sahabat dekatnya sejak lama. Sudah pasti kamu akan selalu menempel padanya, tidak peduli ada hujan badai, halilintar, ataupun tsunami. Lagi pula, siapa juga yang akan berani memisahkan kamu dari Diana? Kalau ada yang berani, maka Diana jelas akan mengamuk duluan pada orang yang berusaha memisahkan kalian. Dia akan mencabik-cabik wajah orang itu dan tidak berbelas kasih meski hanya sedikit," sahut Reza.
Zuna langsung bergidik ngeri setelah mendengar gambaran Reza soal Diana.
"Kamu menggambarkan begitu atas dasar apa? Aku jadi berpikir bahwa Diana sangatlah mirip dengan seekor macan setelah mendengar gambaran dari kamu," protes Zuna.
Reza pun terkekeh geli saat melihat tampang Zuna. Zuna sendiri masih fokus pada jalanan di depannya, meski tahu bahwa Reza sedang menertawainya.
"Zu, kenapa kamu harus sekaget itu soal gambaran yang aku berikan? Gambaran itu bukan sesuatu yang aku karang-karang. Gambaran itu adalah hal yang benar-benar akan terjadi, kalau seandainya ada orang yang nekat mau memisahkan kamu dari Diana."
"Atas dasar apa kamu berpikir begitu? Kalau kamu berpikir seperti itu, kamu harus memiliki dasar yang bisa dijelaskan padaku agar aku memahami dan menerima pemikiranmu," tuntut Zuna.
"Karena Diana sayang sama kamu, Zu," balas Reza dengan cepat. "Dia sayang sama kamu, persis seperti kamu yang sayang sama dia. Ikatan persahabatan yang kalian bangun adalah jembatan bagi perasaan kalian masing-masing. Masa sih, kamu enggak paham dan enggak sadar? Sejak awal aku kenal Diana dan kamu, aku sudah tahu bahwa masing-masing dari kalian sudah lama menyimpan perasaan. Jangankan aku, bahkan semua orang yang melihat interaksi kalian berdua pun akan langsung sadar, bahwa hubungan kalian itu tidak bisa disebut persahabatan. Paham, 'kan?"
Lidah Zuna pun mendadak kelu.
* * *
SAMPAI JUMPA MINGGU DEPAN 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)
Horror[COMPLETED] Kematian seorang Guru di SMP GENTAWIRA membawa Zuna dan Diana kembali ke sekolah lama mereka. Awalnya hanya Zuna yang ditugaskan untuk mengusut kematian Guru tersebut, karena Zuna adalah alumni di SMP GENTAWIRA. Diana--yang sebenarnya ad...