77 | Bersiap

1.5K 141 19
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Diana benar-benar memasak makanan enak seperti yang sudah ia janjikan di rumah sakit, tadi. Zuna terus berada di sampingnya sambil mencicipi sedikit demi sedikit hasil masakan yang Diana buat. Sejak tadi pria itu terus saja menggerutu, saat tahu kalau Diana sudah berjanji pada Rudi akan memasakkan sesuatu untuk laki-laki itu.

"Kenapa, sih, kamu harus membuat janji akan membawa makanan hasil masakanmu untuk Rudi? Dia 'kan punya jatah makan siang dari rumah sakit. Seharusnya dia tidak perlu lagi menerima asupan makanan enak, terutama jika makanan enak itu adalah hasil masakanmu," protes Zuna, yang merasa tidak rela karena Rudi akan memakan makanan yang Diana masak.

Diana berupaya keras untuk tidak tertawa terbahak-bahak, atas nada-nada cemburu yang tersirat dalam kalimat protes dari Zuna. Pria itu sejak dulu memang tidak pernah menutup-nutupi apa pun dari Diana, termasuk pada saat sedang cemburu jika ada laki-laki lain yang berusaha mendekat. Dulu, Diana jelas tidak menyadari hal itu sebagai bentuk sebuah kecemburuan. Ia hanya berpikir kalau Zuna--sebagai sahabat--hanya merasa tidak suka jika Diana asal memilih pasangan yang akan dijadikan pasangan hidup. Namun sekarang, Diana jelas tahu kalau itu adalah bentuk rasa cemburu Zuna terhadapnya, yang mana artinya pria itu sudah lama sekali memendam perasaan terhadapnya namun lebih memilih diam.

"Ayolah, Sayangku. Berbelas hatilah sedikit. Hari ini adalah terakhir kalinya Rudi akan makan enak secara bebas. Jadi biarkan dia makan sepuasnya hasil masakanku, agar dia selalu ingat bahwa akulah orang yang telah membuatnya terperosok ke dalam jurang dosanya sendiri tanpa dia sadari," ujar Diana, seraya tersenyum manis.

Zuna masih juga menekuk wajahnya tanpa ada niat berhenti, meski sudah mendengar soal tujuan Diana melalui makanan yang dimasaknya kali itu. Ia benar-benar tidak bisa merelakan Rudi mencicipi hasil masakan Diana, karena baginya Diana hanya boleh memasak sesuatu yang enak untuk dirinya seorang.

"Tapi tetap saja aku tidak suka dengan hal itu. Seharusnya 'kan hanya aku yang boleh ...."

"Berhentilah protes, Zuna Adiwilaga, dan Insya Allah aku akan membiarkan kamu menikahi aku setelah tugas kita kali ini selesai," janji Diana.

"Oke! Siap, calon Nyonya Adiwilaga! Laksanakan!" sahut Zuna, yang kemudian langsung berguling-guling bahagia di atas permadani ruang tengah.

Semua hal sudah dipersiapkan dengan matang. Zuna sudah menyimpan tas berisi rantang makanan ke mobil milik Diana, ketika wanita itu akhirnya keluar dari rumah setelah memakai seragam lengkapnya. Zuna menatapnya seraya tersenyum bahagia. Ia cukup merindukan Diana yang sudah agak lama tidak berpenampilan seperti itu. Rambut Diana yang biasa terurai kini sudah tergelung dengan rapi. Hal itu jelas membuat Zuna merasa tidak sabar ingin kembali bertugas bersama dengan Diana setelah kasus kematian Helmi dan Sekar benar-benar dituntaskan.

Zuna menyerahkan sebuah jaket berukuran besar kepada Diana, agar wanita itu bisa menutupi pakaian seragamnya dari pantauan Rudi. Diana segera memakainya dan kemudian kembali memeluk Zuna sebelum mereka berpisah lagi untuk menjalani tugas masing-masing.

"Insya Allah nanti kita bertemu lagi di rumah sakit. Tapi sudah jelas, kita akan bertemu dengan keadaan yang sangat berbeda dari kemarin," ujar Zuna.

"Ya, jelas sekali kita akan bertemu di sana dalam keadaan yang sangat berbeda. Nanti mungkin kamu akan bertugas menenangkan Reza agar tidak perlu bertindak anarkis terhadap Rudi, sementara aku adalah orang yang akan menyeret Rudi dari tahta teramannya menuju ke penjara," tanggap Diana.

"Hm, kamu benar. Aku harus berhasil membuat Reza tetap tenang, agar dirinya tidak perlu melakukan apa pun terhadap Rudi. Dia harus tenang, agar semuanya berakhir tanpa perlu terjadi hal yang tidak diinginkan."

Keduanya pun berpisah. Diana pergi lebih dulu menggunakan mobilnya untuk menuju ke rumah sakit. Sementara Zuna menyusul tak lama kemudian dan akan langsung bergabung dengan Septian, untuk melakukan penggeledahan di rumah sakit yang dipimpin oleh Rosna. Diana terus bersikap tenang karena dirinya masih berada dalam tugas penyamaran. Ia masih terus menjaga penyamarannya sebagai seorang Guru Biologi sementara dari SMP GENTAWIRA agar tidak terbongkar sebelum waktunya.

Reza menyambutnya ketika ia tiba kembali di ruang perawatan. Pria itu langsung tahu bahwa Diana sudah siap dengan apa pun yang akan mereka hadapi, nanti, ketika melihat penampilannya yang berbeda dari biasa. Rudi sama sekali tidak curiga soal mengapa Diana memakai jaket yang cukup kebesaran kali itu. Rudi hanya berpikir kalau Diana merasa sangat kedinginan akibat suhu AC yang tinggi, semalam, saat sedang menjaganya bersama Reza dan Zuna. Maka dari itulah Rudi sama sekali tidak bertanya-tanya dan langsung menyambutnya seperti biasanya. Rudi benar-benar tidak bisa menyembunyikan perasaan sukanya terhadap Diana. Reza bisa melihat hal itu dengan jelas dari bagaimana cara Rudi menatap, memperhatikan, dan juga tersenyum ke arah Diana.

"Maaf, ya, Rud. Aku datang ke sini terlalu sore. Tadi aku harus mampir dulu ke supermarket untuk belanja bahan makanan. Eh, setelah itu aku malah sempat ketiduran sebentar akibat lelah menyetir. Jadilah akhirnya aku masak setelah shalat ashar dan baru bisa ke sini sekarang," ujar Diana, memberi penjelasan seakan sedang curhat kepada Rudi.

Rudi tertawa pelan saat mendengar semua itu. Ia senang sekali karena Diana selalu membicarakan banyak hal soal kehidupan yang dijalaninya sehari-hari. Ia merasa hal itu seakan adalah cara Diana untuk memberi tahu padanya soal apa saja kegiatannya setiap saat. Rudi merasa menjadi lebih dekat dengan Diana, jika wanita itu sudah mulai banyak bercerita.

"Enggak apa-apa, Na. Aku paham, kok, kalau kamu merasa lelah dan butuh sedikit istirahat. Kamu jelas tidak boleh kurang istirahat, karena kurang istirahat akan membuat daya tahan tubuh kamu menurun," tanggap Rudi.

Reza diam saja dan tidak menanggapi apa-apa. Melihat kesiapan Diana saat ia menyambutnya tadi, membuatnya teringat jelas pada jasad Sekar yang semalam ia temukan bersama Zuna. Ia tahu bahwa segalanya akan segera berakhir. Namun ia tidak tahu, bagaimana reaksinya nanti saat semua akan berakhir.

"Apakah aku harus terus diam saja? Atau apakah aku sebaiknya melakukan sesuatu terhadap Rudi sebagai bagian dari pembalasan dendam atas kematian Sekar?" batin Reza, penuh dilema.

Ponselnya bergetar tak lama kemudian. Sebuah pesan yang masuk kali itu membuat kecamuk dalam hatinya mereda dengan mudah. Jemarinya segera membuka pesan itu dan membacanya. Perasaannya yang sulit dikendalikan, mendadak kembali tenang tanpa syarat.

LIA
Assalamu'alaikum, Kak. Aku sudah dengar kabar dari Diana mengenai apa yang akan terjadi malam nanti. Aku harap, Kakak sebaiknya tetap menenangkan diri meski akan menghadapi hal yang paling berat. Aku sayang pada Kak Reza, seperti bagaimana Almarhumah Sekar menyayangi Kakak selama ini. Insya Allah aku akan mendampingi Kakak saat harus melewati masa terberat sekalipun. Aku akan selalu ada di sisi Kakak dan tidak akan pernah pergi. Mari kita bertemu saat semuanya akan berakhir.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang