66 | Peringatan Soal Mita

1.4K 119 10
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Zuna tiba di rumah sakit setengah jam setelah Rudi kembali sadar. Laki-laki itu sudah ditempatkan di ruang perawatan VVIP. Diana dan Reza masih menemaninya, sehingga Zuna bisa melihat dengan jelas kalau Diana kini sedang duduk tepat di sisi ranjang yang Rudi tempati. Ia merasa cemburu--itu sudah jelas--dan bahkan Reza pun menyadari kecemburuan tersebut. Namun Zuna memilih segera mengalihkan perhatiannya pada kondisi Rudi yang tampaknya belum benar-benar stabil.

"Rud, bagaimana keadaanmu saat ini? Maaf aku baru bisa datang. Banyak hal yang harus aku urus di kantor hari ini," Zuna menunjukkan rasa simpati di hadapan Rudi.

Rudi mengangguk lemah. Kondisinya benar-benar parah setelah mendapat serangan gaib tadi, sehingga membuatnya sulit untuk berinteraksi seperti biasanya.

"Rudi terkena serangan yang parah dari hal yang tidak bisa kami lihat, Zu. Dia tadi sampai tidak sadarkan diri setelah terkena serangan laci yang melayang dan terlempar sendiri ke arah kami. Aku dan Rudi tadi masuk ke Ruang Guru bersama-sama, lalu tiba-tiba terjadilah serangan gaib itu," jelas Diana, seakan sedang mencoba mewakili Rudi.

Zuna pun langsung menatap ke arah Reza.

"Dan kamu membantu Guru-guru lain agar bisa keluar dari sana, Za?" tanyanya.

Reza mengangguk.

"Ya, itulah yang segera aku lakukan. Aku tidak mau banyak korban yang berjatuhan. Tapi aku tidak kepikiran kalau Rudi dan Diana-lah yang justru akan menjadi korban. Aku terlambat menyadari itu dan Rudi sudah terlanjur terkena serangan yang sangat parah," jawab Reza.

Zuna pun segera memeriksa kondisi Diana, setelah mendengar dari Reza bahwa wanita itu juga terkena serangan. Rudi jelas membiarkan hal tersebut dan tidak terlihat ingin protes. Karena setahunya, Zuna jelas akan merasa sangat khawatir terhadap Diana sebagai sahabat yang paling dekat.

"Kamu juga terkena serangan, Na? Bagian mana yang kena?"

"Hanya bagian pundak saja, Zu. Sekarang sudah tidak sakit, kok. Kondisi Rudi yang terparah dan harus lebih kita perhatikan," jawab Diana.

"Syukurlah kalau sekarang sudah tidak terasa sakit. Kalau begitu, aku akan coba tanya pada Dokter yang menangani Rudi mengenai kondisinya secara menyeluruh. Setelah itu aku akan pergi ke SMP GENTAWIRA untuk menelusuri semua hal aneh yang terjadi tadi," ujar Zuna, lalu mengalihkan tatapannya ke arah Rudi. "Kali ini kamu setuju 'kan, Rud, kalau aku menelusuri hal aneh yang sudah menyerangmu habis-habisan seperti ini?"

Rudi kembali mengangguk pelan. Laki-laki itu jelas tidak punya pilihan lain selain setuju dengan apa yang Zuna katakan. Selain karena dirinya tidak mau dianggap menghalangi penyelidikan untuk kedua kalinya, ia juga tidak ingin citranya terlihat buruk di hadapan Diana. Dia takut kalau Diana akan kecewa padanya jika sampai melihat caranya menghalangi langkah Zuna. Zuna adalah sahabat Diana dan Diana tadi sudah menolongnya sampai benar-benar mengantarnya ke rumah sakit bersama Reza. Maka dari itulah Rudi tidak ingin Diana merasa bahwa pertolongan yang dilakukannya menjadi sia-sia hanya karena dirinya kembali menghalangi Zuna untuk menyelidiki yang sebenarnya terjadi. Padahal tanpa Rudi tahu, Zuna sudah pergi ke SMP GENTAWIRA lebih awal meski tidak mendapat persetujuannya sama sekali. Permintaan izin barusan hanyalah omong kosong yang sengaja Zuna keluarkan di hadapan Rudi dan hanya Reza yang tahu faktanya.

"Oke. Kalau begitu, aku akan pergi dulu ke SMP GENTAWIRA," pamit Zuna.

"Ah ... satu lagi, Zu," Reza mencegah Zuna sesaat. "Jauh-jauh dari Mita. Entah kenapa dia hari ini bertingkah sangat aneh dan tampaknya harus selalu dijauhi."

Rudi memberikan tanda pada Reza dan Zuna. Ketika kedua pria itu menoleh ke arahnya, Rudi pun mulai mencoba bicara.

"Mita memang bertingkah aneh sejak jam istirahat berlangsung," jelas Rudi, meski suaranya masih serak dan kurang jelas. "Dia bahkan mencoba meminjam uang padaku dan sedikit memaksa."

"Meminjam uang sama kamu dan sedikit memaksa? Berapa jumlah uang yang ingin dia pinjam dan kenapa dia memaksa, Rud?" tanya Diana, seolah merasa kesal saat mendengar hal itu.

Rudi kembali merasa senang karena berhasil membuat Diana mengkhawatirkan dirinya. Hanya saja, dia juga berupaya untuk tidak memperlihatkan hal itu di depan Reza dan Zuna.

"Dia mau pinjam uang sebesar lima puluh juta, Na. Katanya, dia harus membayar hutang yang begitu mendesak besok malam," jawab Rudi.

"Hutang? Apakah dia terjerat pinjaman online, ya? Kok bisa sampai begitu mendesak dan harus dibayar cepat? Aneh," nilai Zuna, blak-blakan.

"Maka dari itulah aku tidak memberikan pinjaman kepadanya meski dia mengemis," sahut Rudi.

"Oh ... pantas saja dia terlihat berupaya mendekati aku setelah jam istirahat berakhir," Reza ikut berakting.

"Maksudnya?" Zuna ingin tahu.

"Aku dan Diana tadi sempat membicarakan mengenai rencana untuk melamar pacarku di Bali. Tapi Diana menyarankan aku untuk melamarnya di Gili Trawangan sekalian langsung menikah di sana. Kami juga membahas soal berapa banyak tabungan yang aku punya, dan aku rasa Mita tidak sengaja mendengar berapa isi tabunganku yang tersedia saat ini. Nah, setelah jam istirahat berakhir, aku dan Diana segera memisahkan diri karena Pak Rudi ingin bicara berdua dengan Diana. Dan karena aku sampai lebih dulu di Ruang Guru, maka Mita mencoba mendekat ke arahku. Tapi belum sempat dia benar-benar mendekat, terjadilah serangan gaib tadi secara mendadak. Lalu, setelah aku dan Diana mengantar Pak Rudi ke rumah sakit ini, Mita mendadak menyusul. Padahal tadi, dia langsung meninggalkan Ruang Guru saat Pak Rudi merintih kesakitan di lantai, sehingga Diana-lah yang harus menolong Pak Rudi seorang diri. Dia sepertinya menyusul ke sini karena tahu bahwa aku akan mendampingi Diana yang akan menunggui Pak Rudi sampai keadaannya stabil."

"Ah ... jadi dia juga ingin mencoba untuk meminjam uang padamu," tanggap Diana, yang langsung paham dengan maksud cerita Reza. "Wah, untung saja tadi dia langsung kena semprot oleh Dokter Rosna, sehingga akhirnya dia pergi dengan cepat. Kalau tidak, maka dia mungkin akan memaki Reza di depan umum, kalau sampai Reza tidak akan memberinya pinjaman uang."

"Kamu kenal dengan Dokter Rosna?" Zuna ingin tahu.

"Ya, tadi Dokter Rosna sendiri yang memperkenalkan diri padaku ketika aku panik dengan kondisi Rudi, Zu. Beliau adalah Ibunya Rudi. Beliau adalah pemimpin rumah sakit ini," jelas Diana.

"Oke kalau begitu. Aku akan menemui Dokter Rosna terlebih dahulu sebelum pergi ke SMP GENTAWIRA. Aku harus tahu bagaimana kondisi Rudi secara menyeluruh, sebelum aku mencoba mencari tahu sumber serangan gaib yang tadi terjadi di sekolah," tanggap Zuna.

Ketika Zuna baru melangkah menuju pintu, pria itu kembali berbalik dan menatap ke arah Reza.

"Dan tidak usah khawatir, Za, aku tidak akan pernah mau dekat-dekat dengan Mita meski dia berada dekat sekali denganku. Bagiku dia itu seperti hama yang benar-benar harus kujauhi seumur hidup," imbuhnya.

"Ya ... ya ... aku dan Reza jelas percaya hal itu, Zu. Karena kami sama-sama tahu betapa alerginya kamu terhadap Mita," Diana menimpali sambil meringis secara terang-terangan.

* * *

Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang