78 | Mimpi Buruk Rudi

1.3K 123 47
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

"Boleh aku tambah sambal goreng kentangnya, Na?" pinta Rudi.

"Kamu sudah makan semuanya, Rud. Lihat, sudah tidak ada lagi yang tersisa di dalam rantang ini. Bahkan tadi Reza hanya mengambil tiga sendok saja, loh," sahut Diana, sambil memperlihatkan rantang yang sudah kosong.

Rudi pun terkekeh pelan saat melihat bahwa sambal goreng kentang itu benar-benar sudah tidak tersisa. Reza pura-pura ikut tertawa di tengah keadaan itu. Ia jelas tidak boleh menunjukkan sikap yang berbeda, meski sebenarnya ia sangat ingin bersikap dingin terhadap Rudi. Sayangnya, masih ada jarak waktu yang harus ditunggu sebelum akhirnya nanti Rudi akan diseret ke penjara.

"Jangan mendadak lupa ingatan, Pak Rudi. Aku tahu kalau Bapak sangat suka dengan masakan yang Diana buat. Tapi tetap saja, Pak Rudi tidak boleh makan terlalu berlebihan," saran Reza.

"Biarkan saja, Za," tegur Diana, seraya tersenyum. "Toh hanya kali ini saja Rudi akan memakan makanan yang aku masak sendiri. Nanti-nanti 'kan belum tentu dia bisa makan semua makanan itu. Iya 'kan, Rud?"

"Mm ... iya, Na. Betul sekali. Nanti-nanti sudah jelas aku akan jarang bisa memakan makanan hasil masakanmu seperti saat ini. Kita jelas akan kembali sibuk dengan pekerjaan, sampai-sampai bisa lupa untuk meluangkan waktu bersama," balas Rudi, santai.

Rudi sama sekali tidak curiga dengan kalimat yang Diana ucapkan kepadanya. Padahal tanpa Rudi tahu, kalimat itu adalah kalimat yang akan menjadi kenang-kenangan pahit baginya sebelum dijebloskan ke penjara.

Diana segera kembali menyelimuti tubuh Rudi, setelah laki-laki itu selesai menikmati makanan yang ia masak. Rudi tampak begitu puas setelah mencicipi semua makanan itu, sehingga akhirnya tidak melawan sama sekali ketika akan dibantu minum obat oleh Reza.

"Sekarang kamu harus tidur, ya, Rud. Kamu harus banyak istirahat agar keadaanmu bisa cepat pulih," ujar Diana.

"Itu benar, Pak Rudi. Sebaiknya Pak Rudi lebih cepat tidur malam ini agar bisa pulih lebih cepat," Reza ikut setuju.

Rudi pun menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. Tatapnya terus saja tertuju kepada Diana, meski saat itu Reza juga ada di dekatnya. Reza rasanya ingin mencungkil kedua mata Rudi, karena entah kenapa ia mendadak geram saat laki-laki itu menatap ke arah Diana seperti binatang yang lapar.

Kedua mata Rudi perlahan tertutup, saat efek dari obat yang diminumnya menunjukkan reaksi. Ketika akhirnya laki-laki itu benar-benar tertidur, Diana pun segera menatap ke arah Reza sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam saku.

DIANA
Nanti saat Rudi bangun dan Zuna sudah memberimu tanda untuk keluar, kamu harus berpura-pura menerima telepon dari pihak kepolisian. Jangan lupa menyebut soal ditemukannya jasad Adikmu yang telah hilang selama delapan belas tahun. Tapi ingat, kamu jangan sebut nama Sekar secara langsung.

Reza membuka pesan yang Diana kirimkan. Mereka jelas tidak bisa mengobrol dengan bebas meski Rudi sudah tertidur. Rudi bisa saja mendengar pembicaraan mereka meski dalam keadaan tidur. Hal itu jelas membahayakan bagi penyamaran yang Diana lakukan dan juga membahayakan usaha untuk menyelesaikan kasus kematian Helmi serta hilangnya Sekar.

REZA
Oke. Aku akan lakukan hal yang kamu dan Zuna arahkan. Saat ini, aku benar-benar memilih untuk menjadi air yang mengalir saja, Na. Karena kalau tidak begitu, maka aku mungkin akan kehilangan kendali saat nanti kita membongkar kebiadaban yang Rudi lakukan.

DIANA
Ya. Sebaiknya memang begitu. Kamu harus menahan diri, Za. Kamu harus bertahan untuk Bapakmu dan juga Lia.

Rudi mendadak merasa gelisah. Perasaannya mendadak tidak enak dan tidak bisa tenang. Ia melihat seseorang berada jauh di depan dan sedang berdiri membelakanginya. Ia berusaha mendekat ke arah orang tersebut untuk mencari tahu siapa yang sedang ia tatap. Ketika langkahnya hampir tiba di dekat orang yang dituju, orang itu tiba-tiba berbalik dan menatapnya dengan penuh kemarahan. Rudi pun terlonjak kaget ketika menatap wajahnya. Ia langsung bertingkah tidak tentu arah, karena merasa terkejut. Ia ingin lari, namun kedua kakinya terasa dikunci oleh sesuatu sehingga tidak bisa lagi bergerak bebas.

"Mau lari ke mana kamu, Rudi? Setelah kamu membunuhku bertahun-tahun lalu, apakah menurutmu kamu masih bisa lari? Apakah kamu masih bisa menghindari dosa dari kebiadabanmu terhadapku?" tanya Sekar, sangat tajam.

"Ka--kamu ... kamu seharusnya sudah mati. Ke--kenapa ... kenapa kamu bisa ada di sini dan menemuiku???" Rudi gelagapan.

"Kenapa? Kamu merasa takut? Apa yang kamu takutkan, Rudi? Kamu takut bertemu lagi denganku, atau kamu takut semua kejahatan dan kebiadaban terhadapku terbongkar?" balas Sekar.

"TIDAK!!! TUTUP MULUTMU!!! AKU TIDAK TAKUT DENGAN APA PUN ATAU SIAPA PUN DI DUNIA INI!!! SEMUA HAL YANG AKU LAKUKAN PADAMU TIDAK AKAN PERNAH TERBONGKAR!!! JASADMU ADALAH MILIKKU!!! TIDAK ADA YANG BOLEH MEMILIKINYA SELAIN AKU, KARENA AKU CINTA SAMA KAMU!!!" Rudi mendadak histeris.

"Ya, teruslah berpikir begitu, Rudi Herbowo. Apa pun yang kamu katakan, nyatanya kamu tetaplah orang yang paling aku benci di dunia ini. Kamu telah merenggut kehidupanku yang bahagia. Kamu juga merenggut nyawaku dengan sadis. Kamu bahkan menahan jasadku dan memperlakukannya dengan cara yang menjijikan, sehingga aku tidak bisa mati dengan tenang. Teruslah berpikir bahwa kejahatanmu tidak akan terbongkar. Teruslah berpikir begitu, sampai Allah yang akan membongkarnya melalui orang-orang yang benar-benar menyayangi aku."

Sosok Sekar kemudian menghilang dari hadapan Rudi. Wajah terakhir yang Rudi lihat dari Sekar adalah wajah yang penuh kebencian terhadapnya.

Diana mengguncang tubuh Rudi beberapa kali, saat melihatnya begerak ke sana-ke mari tak tentu arah padahal sedang tertidur. Rudi pun terbangun dengan kedua mata membola akibat bermimpi buruk. Keringat dingin membanjiri pelipisnya dalam keadaan tidur. Laki-laki itu menatap begitu tajam ke arah Diana maupun Reza yang ada di sisinya. Hal itu jelas membuat heran kedua orang tersebut, karena tidak biasanya Rudi terlihat sangat ketakutan seperti itu.

"Rud? Ada apa? Kenapa tidurmu gelisah sekali sejak tadi? Apakah kamu bermimpi buruk?" tanya Diana, ingin memastikan.

Rudi merasa kembali tenang ketika akhirnya mendengar suara Diana. Ia tersadar bahwa hal yang tadi ia lalui hanyalah mimpi belaka. Detak jantungnya yang tadi tidak beraturan kini sudah mulai normal kembali. Perasaan gelisah dan tidak enak itu pergi begitu saja ketika Rudi terbangun dari tidurnya.

"Sekar sudah lama mati. Jadi tidak mungkin dia akan benar-benar muncul di hadapanku seperti tadi. Arwahnya yang masih penasaran mungkin hanya ingin menakut-nakuti aku. Aku jelas tidak boleh kalah dari arwah Sekar yang penasaran. Akan kucari cara untuk menyingkirkannya, agar dia tidak perlu lagi mengusik hidupku dan menuntut agar jasadnya aku kembalikan pada keluarganya," batin Rudi.

Diana kembali mengguncang pelan tubuh Rudi.

"Minum dulu, Rud. Biar perasaanmu jadi lebih tenang," sarannya, seraya menyodorkan gelas ke hadapan Rudi.

* * *

Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang