- MINGGU INI AKU UPDATE 4 BAB SEKALIGUS, KARENA BESOK (RABU) AKU HARUS MENJALANI OPERASI. INSYAALLAH MINGGU DEPAN KEMBALI UPDATE HARI KAMIS DAN JUMAT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
"Hah? Apa kamu bilang? Lima puluh juta? Kamu mau pinjam uang lima puluh juta sekarang juga, Mit?" Rudi terdengar kaget dengan permohonan Mita kepadanya.
"I--iya, Rud. I--ini mendesak. Aku butuh uang itu hari ini juga. Makanya aku mencoba meminjam sama kamu," jelas Mita.
Rudi terlihat semakin heran dengan tingkah Mita. Tidak biasanya Mita terlihat begitu gelisah dan ketakutan. Mita biasanya selalu ingin terlihat sangat tak terkalahkan jika sedang berada di hadapan orang lain--khususnya jika orang tersebut adalah orang yang dia kenal sejak lama. Tapi kali itu gelagat Mita sangat mencurigakan bagi Rudi. Bukan hanya karena perkara dia mendadak meminjam uang dengan jumlah fantastis, tapi juga karena terlihat sekali sedang berusaha menyembunyikan sesuatu. Hal tersebut tentunya membuat Rudi menjadi ragu untuk menyetujui permohonan Mita.
"Memangnya kamu butuh uang sebanyak itu untuk apa? Kamu mau bayar hutang? Atau kamu terlilit hutang pinjaman online?" duga Rudi.
"Rud, aku ... aku ... aku benar-benar tidak bisa jelaskan sama kamu soal apa yang sedang aku hadapi saat ini. Intinya aku butuh uang itu, Rud. Kalau aku enggak berhasil meminjam uang itu, kehidupanku akan terancam. Aku mohon, Rud. Bantu aku kali ini saja," jawab Mita.
Wajah Mita semakin memucat. Rudi semakin tidak yakin ingin memberi bantuan untuk perempuan itu, meski sepertinya Mita memang sangat membutuhkan bantuan. Entah kenapa Rudi malas membantunya, terlebih karena dirinya kembali ingat bahwa Mita sempat menjambak rambut Diana hanya karena cemburu dengan kedekatan Diana dan Zuna. Melihat Mita memohon seperti itu membuat Rudi merasa ingin mengejeknya daripada memberinya bantuan.
"Kamu ternyata bisa juga menjatuhkan harga dirimu sendiri, ya, Mit?"
Mita menatap tak percaya ke arah Rudi, setelah mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut laki-laki itu serta senyum penuh ejekan yang dilayangkan untuknya. Ia tidak menyangka kalau Rudi tidak menanggapi permohonannya dengan cara yang positif, tapi justru malah mengejeknya dan membahas soal harga diri.
"Sejak kita masih SMP, kamu itu adalah orang yang sifat sombongnya paling menonjol. Kamu selalu menekankan pada setiap orang yang mengenalmu, bahwa kamu adalah seekor Merak yang cantik. Padahal faktanya, kamu sama sekali tidak terlihat seperti Merak. Kamu itu tidak menarik secara alami. Orang-orang tertarik padamu, karena kamu terus saja melakukan hal-hal yang bisa membuat orang lain terheran-heran. Tapi kamu menyangka, bahwa orang-orang itu memperhatikanmu karena merasa kamu menarik bagi mereka. Padahal tanpa kamu tahu, kamu itu hanya tontonan bagi orang-orang yang memperhatikanmu. Seharusnya kamu sadar itu, Mita. Seharusnya kamu tidak banyak gaya."
Kedua tangan Mita mengepal erat-erat usai mendengar yang Rudi jabarkan. Ia merasa geram, namun sedang dalam posisi tidak bisa memberikan perlawanan. Ia butuh mendapat pinjaman uang dari Rudi. Jadi apa pun yang Rudi katakan untuk menjatuhkan harga dirinya, ia tetap tidak akan melawan.
Rudi hendak berlalu dari hadapan Mita saat melihat kedatangan Zuna, Diana, dan Reza. Ia ingin segera mendekat pada ketiga orang tersebut, agar dirinya bisa bicara dengan Diana. Namun langkahnya langsung dicegah oleh Mita yang merasa urusan mereka belum selesai. Hal itu membuat Rudi menjadi kesal, hingga akhirnya ia menatap Mita dengan tajam.
"Minggir kamu!" geramnya.
"Bagaimana dengan urusanku, Rud? Bagaimana dengan uang yang ...."
"Aku enggak mau meminjamkan kamu uang satu sen pun! Kalau kamu punya masalah, urus sendiri masalahmu! Siapa suruh buat masalah!"
Rudi langsung menepis tangan Mita dengan kasar, lalu meninggalkan perempuan itu tanpa mau melihat wajahnya lagi. Mita benar-benar merasa marah saat Rudi lebih memilih menghampiri Diana yang baru saja di antar oleh Zuna. Andai saja dirinya sedang tidak berada dalam masalah, maka ia akan langsung mengamuk dan melampiaskan amarahnya pada Diana yang telah merebut perhatian semua orang. Sayangnya, kali itu ia harus menahan diri sementara waktu. Ia harus menyelesaikan masalahnya lebih dulu, baru kembali mengurus urusan dengan Diana.
Tatapan Mita terarah pada Reza yang segera memisahkan diri saat Rudi mendekat pada Diana. Reza segera masuk ke Ruang Guru, sehingga membawa sedikit angin segar untuk Mita yang tadi tak sengaja mendengar pembicaraan pria itu dengan Diana. Reza tahu kalau dirinya diikuti oleh Mita. Namun sebisa mungkin ia berpura-pura tidak tahu, agar Mita tidak menaruh curiga terhadapnya. Keadaan di sekitar meja Reza sangatlah dingin ketika pria itu akan duduk. Ia tahu persis bahwa Sekar sedang ada bersamanya pada saat itu. Mita tiba di Ruang Guru tak lama kemudian, bertepatan dengan munculnya arwah Helmi di depan pintu ruangan milik Rudi. Diana dan Rudi masuk ke Ruang Guru dari pintu berbeda dengan yang Mita gunakan. Tatap mata Diana tentu saja langsung terarah pada kemunculan arwah Helmi yang mendadak memberikan serangan tidak terduga.
BRUAKKHHHH!!!
"ASTAGHFIRULLAH HAL 'ADZIM!!!" teriak semua orang.
Sebuah laci melayang dan terarah kepada Rudi. Membuat semua Guru kaget setengah mati, termasuk Reza yang tadinya sedang tersenyum untuk Sekar. Pria itu langsung melompat dari balik mejanya, saat melihat Diana ikut terkena akibat, dari serangan gaib yang mendadak terjadi barusan.
"Na! Kamu enggak apa-apa 'kan, Na?" tanya Reza, khawatir.
Diana tidak menjawab dan hanya sedikit meringis karena bahunya sempat terkena serangan laci melayang tadi. Tatapan Diana masih terarah pada arwah Helmi yang sedang menyeringai bengis ke arah Rudi. Serangan selanjutnya akan datang, dan hal itu membuat Diana segera mendorong Reza agar menjauh dari Rudi yang berada tak jauh dari mereka berdua.
BRUAKKHHHH!!!
"ARGGGGHHHH!!!"
Rudi lagi-lagi tidak dapat menghindari serangan tersebut. Pelipis laki-laki itu akhirnya berdarah, hingga darah itu menetes begitu banyak dan mengotori kemeja mahalnya.
BRUAKKHHHH!!!
BRUAKKHHHH!!!
BRUAKKHHHH!!!
Hampir semua laci dari meja para Guru melayang dengan sendirinya dan terlempar ke arah Rudi. Hanya Diana yang tahu apa sumber dan sebab semua itu terjadi. Reza pun paham meski Diana belum mengatakan apa-apa. Ia tahu persis kalau kemungkinan arwah Helmi sedang mengamuk saat itu dan ingin dendamnya terbalas pada Rudi.
"Keluar!!! Semuanya keluar dari sini!!!" perintah Reza, agar Guru-guru lain aman dari serangan arwah Helmi.
Rudi akhirnya terkapar di lantai. Laki-laki itu terlihat seakan sedang memohon pertolongan pada Diana dan Mita yang masih tersisa di dalam Ruang Guru. Mita jelas enggan membantu Rudi, setelah apa yang tadi diucapkan oleh laki-laki itu kepadanya. Mita memilih keluar begitu saja dan tidak mau ambil pusing. Akhirnya, Diana--yang tidak mau Rudi curiga terhadapnya jika tidak memberi pertolongan--terpaksa segera menolong laki-laki itu setelah memberi tanda pada Sekar untuk membantunya. Sekar paham bahwa Diana tidak ingin Rudi kehilangan nyawa, agar semua kejahatannya bisa terbongkar dengan mulus. Maka dari itulah dengan senang hati ia membantu untuk menghentikan arwah Helmi.
BLAMMM!!!
Hanya satu kali memberi serangan, semua serangan dari arwah Helmi terhentikan dalam sekejap. Helmi menatap marah pada sosok Sekar, namun tahu bahwa Sekar bukanlah tandingannya. Diana memangku tubuh Rudi dan berusaha membuatnya tetap sadar.
"Rud, bertahan. Reza sedang memanggil ambulans. Tolong bertahan, Rud," mohon Diana.
"N-Na ..." lirih Rudi. "Te ... te-ri-ma ... ka ... ka-sih."
"Nanti saja bicarakan itu. Sekarang tetaplah sadar, Rud. Ayo, terus bicara denganku."
Tim medis pun masuk ke sana tak lama kemudian. Rudi segera dilarikan ke Rumah Sakit agar bisa segera mendapat perawatan. Diana dan Reza segera mengikut di belakang ambulans, sementara Mita hanya bisa menatap mereka dengan tatapan penuh kebencian.
"Cih! Kalau aku jadi mereka, akan kubiarkan si Rudi mati kehabisan darah!" batinnya.
* * *
SAMPAI JUMPA MINGGU DEPAN 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)
Horor[COMPLETED] Kematian seorang Guru di SMP GENTAWIRA membawa Zuna dan Diana kembali ke sekolah lama mereka. Awalnya hanya Zuna yang ditugaskan untuk mengusut kematian Guru tersebut, karena Zuna adalah alumni di SMP GENTAWIRA. Diana--yang sebenarnya ad...