7 | Pertikaian Paling Ringan

2.5K 172 36
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Mendengar jawaban yang Diana berikan jelas membuat Mita sangat geram. Sosok Sekar yang masih ada di sisi Diana tampaknya tahu, bahwa Mita saat ini sedang berpura-pura saja di hadapan Diana. Diana bisa melihat kalau sosok Sekar mulai menunjukkan rasa marahnya terhadap Mita. Namun Diana dengan cepat memberi tanda untuk tetap tenang kepada sosok itu, agar Mita tak perlu diberi pelajaran sedikit pun oleh Sekar.

"Kamu masih ingat pada Kalingga, Diana?" tanya Mita, dengan sengaja.

Diana jelas sudah tahu ke mana arah pembicaraan itu akan tertuju. Saking cemburunya Mita terhadap hubungan Diana dan Zuna, maka Mita bersedia menghadirkan seseorang yang bisa membuat Diana mengingat masa lalu.

"Siapa yang bisa lupa dengan pengkhianat macam Kalingga, Mit? Jelas sekali aku masih mengingat dia dan pengkhianatannya terhadapku. Maka dari itulah aku mengabaikannya, meski tahu bahwa dia ada di sekitarku saat jam makan siang tadi," jawab Diana, seraya tersenyum begitu indah.

Kecantikan pada wajah Diana terpancar saat wanita itu tersenyum. Mita tidak bisa memungkiri bahwa Diana jelas lebih cantik daripada dirinya, dan Zuna mungkin saja tidak lagi merasa tertarik pada Mita karena sudah terlalu sering menatap kecantikan Diana yang begitu apa adanya.

"Oh ... aku pikir kamu sudah lupa padanya. Melupakan mantan kekasih memang adalah hal tersulit yang harus dilalui oleh seorang wanita. Terutama, jika mantan kekasih itu adalah yang terbaik baginya atau yang terburuk baginya," ujar Mita, berusaha ingin terdengar bijak.

"Ya, kamu benar. Maka dari itulah sebaiknya seorang wanita tidak menyia-nyiakan seorang pria yang tulus ketika memiliki hubungan dengannya. Karena satu kali saja pria itu dikecewakan, maka tidak akan pernah ada kesempatan kedua untuk wanita itu meski berusaha sangat keras agar bisa kembali. Karena hal paling sulit yang harus dihadapi oleh wanita adalah, menghilangkan bekas luka yang dia torehkan di hati pria," balas Diana.

Mita sudah kehabisan kata-kata dan merasa buntu, sehingga tidak lagi bisa melanjutkan obrolan. Diana tahu bahwa dirinya baru saja berhasil membungkam Mita, sehingga kini hanya ada keheningan di antara mereka berdua.

"Ah, di sini ternyata kelas yang harus aku ajar," ujar Diana, seraya menghentikan langkahnya.

Mita yang masih merangkul lengan Diana pun segera melepaskan lengan tersebut, agar Diana bisa masuk ke kelas yang dituju. Diana masih tersenyum ramah saat menatap ke arah Mita.

"Mari kita mengobrol lagi dilain kesempatan, Mit. Mungkin masih ada banyak hal bijak yang bisa kita bagi satu sama lain," ajak Diana.

"Mm ... ayo kita mengobrol lagi pada kesempatan berikutnya. Karena terkadang ada kalimat-kalimat bijak yang harus didengar oleh seseorang, agar bisa menikam tepat di hatinya hingga membuatnya sadar akan kesalahannya," tanggap Mita, tidak ingin memberikan penolakan.

"Lagi-lagi kamu benar, Mita. Namun kalimat bijak hanya akan berhasil menikam hati seseorang, jika orang itu memiliki kesalahan besar pada masa lalunya. Terkadang ada saja hal kecil yang benar-benar tidak disadari oleh si bersalah dan justru si bersalah memilih untuk menyalahkan keberadaan orang lain yang tidak ada sangkut pautnya, demi menutupi kesalahannya sendiri di masa lalu. Manusia harus selalu introspeksi diri, bukan? Jadi ... mari kita saling introspeksi diri sebelum mengobrol lagi pada kesempatan selanjutnya," saran Diana.

Diana kemudian berbalik dan masuk ke dalam kelas yang akan diajarnya. Mita hanya bisa mengepalkan tangannya erat-erat secara diam-diam, saat Diana berusaha menyinggung soal kesalahannya di masa lalu terhadap Zuna. Ia merasa kesal setengah mati karena harus kalah bicara dari Diana yang dulu hanyalah siswi biasa di angkatannya. Dulu Diana tidak menarik sama sekali dan bahkan hanya beberapa orang saja yang bisa dekat dengannya. Zuna dulu tidak pernah tertarik untuk mengenal dekat siapa Diana dan tidak pernah terpikirkan untuk menjalin persahabatan dengan wanita itu. Tapi siapa sangka kalau kini Diana akan menjadi semenarik itu. Bahkan Mita--yang dulu paling populer di angkatannya--kini tampak tidak bisa menyaingi kecantikan wanita itu.

"Dia bisa melawanku bukan hanya soal penampilan, tapi juga soal kecerdasan. Dia tahu bagaimana caranya membuatku jatuh dan kalah. Aku harus berhati-hati jika memang ingin menghadapinya untuk mendapatkan perhatian Zuna seperti dulu," batin Mita.

Septian menatap ke arah Zuna yang menunjukkan padanya soal beberapa letak memar pada jasad Helmi ketika dilakukan autopsi. Septian memeriksa semua bagian itu dan sadar bahwa memang ada kemungkinan kalau Helmi disiksa lebih dulu sebelum akhirnya meninggal dunia. Jadi meskipun penyebab kematiannya adalah akibat kehilangan jalan nafas setelah lehernya terlilit pada kabel, bukan berarti Helmi meninggal karena bunuh diri.

"Apakah sudah ada kabar dari Diana mengenai semua hal yang dia hadapi di sekolah itu?" tanya Septian.

"Diana mengatakan pada saya bahwa Kepala Sekolah dan para Guru berusaha untuk tidak membahas mengenai perkara meninggalnya korban. Seakan-akan, mereka ingin melupakan begitu saja perihal kematian korban yang begitu ditekankan sebagai peristiwa bunuh diri oleh Kepala Sekolah. Diana akan melaporkan lagi kepada saya jika ada hal lainnya yang dia temukan, Pak Septian," jawab Zuna.

"Bagus sekali. Usahakan penyamarannya jangan sampai terbongkar, meski kamu sering ada di sisinya. Keberadaan Diana di sekolah itu jelas menguntungkan bagi kita, jika ada hal-hal yang memang ingin disembunyikan oleh Kepala Sekolah di sekolah tersebut. Diana akan lebih leluasa menggalinya tanpa ketahuan, jika dia adalah bagian dari sekolah. Kamu tahu sendiri kalau Diana memang ahli membongkar rahasia seseorang, bukan?"

"Iya, Pak. Saya paham akan hal itu dan tahu betul bahwa Diana memang ahli membongkar rahasia seseorang."

"Kalau begitu kembalilah mencari informasi yang terkait dengan korban. Laporkan lagi pada saya secara berkala," perintah Septian.

"Siap, Komandan," tanggap Zuna.

Saat Zuna akhirnya keluar dari ruangan milik Septian dan melihat ponselnya, perasaannya mendadak begitu gelisah. Pesan dari Diana yang ia baca benar-benar membuat jantungnya berdebar cukup cepat. Diana memang wanita yang sulit untuk dilarang. Semakin dilarang, maka Diana akan semakin bersemangat untuk mencari tahu. Ia sudah memperingatkan Diana, untuk tidak mencari tahu soal arwah gadis remaja yang dilihatnya pada ruang kelas tempat Helmi meninggal dunia. Tapi sekarang, Diana justru sudah sampai pada tahap mengetahui siapa nama sosok gadis remaja itu.

"Ya Allah, kenapa aku benar-benar merasa sulit saat berada jauh darinya? Kenapa dia terus membuat aku kepikiran?" gumam Zuna, sambil mengusap wajah dan menjambak rambutnya sendiri.

Zuna terdiam selama beberapa saat, lalu setelah itu ia langsung meraih kunci mobil miliknya dan berjalan keluar dari kantor.

"Tidak bisa begini terus. Aku tidak bisa diam saja di sini, sementara Diana ada di sana sendirian tanpa aku. Aku akan menyusulnya lagi. Untuk urusan alasan, nanti akan kupikirkan," batin Zuna.

* * *

SAMPAI JUMPA MINGGU DEPAN 🥰

Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang