64 | Berhasil Memasuki Wilayahnya

1.4K 122 28
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Rudi dilarikan ke Rumah Sakit yang dipimpin langsung oleh Ibunya, Dokter Rosna Sari. Semua orang di Rumah Sakit itu mengenal siapa Rosna Sari dan juga Rudi. Sehingga ketika ambulans yang membawa Rudi mengabarkan tentang parahnya keadaan laki-laki itu, Rosna langsung turun tangan demi putra semata wayangnya. Diana sengaja memarkirkan mobil asal-asalan ketika tiba di Rumah Sakit tersebut. Ia dan Reza bergegas mendekat pada ambulans yang sudah lebih dulu berhenti di depan pintu ruang ICU. Saat brankar lipat yang memuat tubuh Rudi diturunkan, Diana langsung berdiri di sampingnya sementara Reza membantu petugas medis mendorong brankar tersebut agar bisa cepat masuk ke dalam ruang ICU.

"Rud, kita sudah di Rumah Sakit. Bertahan, Rud. Bertahan dan jangan menyerah," mohon Diana, agar terdengar sangat peduli terhadap laki-laki itu.

"Tenang, Na. Pak Rudi pasti akan baik-baik saja setelah ditangani oleh Dokter," tambah Reza, membantu menambah bumbu.

Rosna mendengar hal itu dengan jelas, karena dirinya saat ini juga ada di samping brankar yang tengah membawa tubuh Rudi. Ia sama sekali belum tahu kalau putranya tengah dekat dengan seorang wanita yang sangat cantik dan begitu perhatian. Rudi benar-benar belum membahas soal itu padanya, sehingga dirinya merasa sedikit kaget dengan perhatian dan kegelisahan yang dilihatnya pada diri Diana.

"Apakah Rudi sengaja tidak memberitahuku lebih dulu mengenai wanita yang dia sukai, karena ingin memperkenalkannya padaku dengan pantas?" batin Rosna, bertanya-tanya.

Saat brankar itu tiba di ruang tindakan darurat, Diana dan Reza akhirnya ditahan oleh perawat agar tidak ikut masuk. Rosna pun bisa melihat bahwa Diana tampak tidak rela jika Rudi harus berada sendirian di dalam ruang tindakan darurat tersebut.

"Kita tunggu saja di sini, Na," bujuk Reza.

"Tapi Rudi sendirian di dalam, Za. Kita bahkan enggak tahu nomor telepon orangtuanya. Siapa yang harus memberi kabar, Za? Siapa yang akan temani dia nanti?" protes Diana, sambil menahan tangis.

Rosna memutuskan untuk kembali mendekat ke pintu, sambil menggunakan sarung tangan lateks yang baru diambilnya dari sebuah kotak. Ia mendekat pada Diana dan Reza untuk membuat Diana merasa tenang selama Rudi sedang ditangani.

"Nak, tenang saja. Saya Ibunya Rudi dan Rudi akan saya tangani secara langsung di sini. Kamu tidak perlu gelisah lagi. Menunggulah dengan tenang di sini. Nanti akan segera saya kabari jika sudah ada perkembangan tentang Rudi setelah diberi penanganan," bujuk Rosna, seraya tersenyum ramah ketika menepuk-nepuk pundak Diana.

Diana pun langsung menunjukkan ekspresi lega di wajahnya usai mendengar Rosna berbicara. Reza sendiri kini sedang bertepuk tangan dan bersorak dalam hati. Ia benar-benar terpukau tentang betapa lihainya Diana menjalani peranan di depan siapa pun yang dia inginkan tanpa perlu adanya persiapan yang matang. Ia takjub, karena bahkan Ibunya Rudi sekalipun bisa langsung termakan dengan sandiwaranya.

"Oh, Ya Allah, leganya," ungkap Diana, yang kemudian langsung memeluk Rosna. "Maaf, Bu. Saya sudah berusaha membantu Rudi saat mendadak ada serangan tidak jelas di sekolah tempat kami bekerja. Tapi karena ada banyak orang yang juga harus saya bantu, akhirnya Rudi terkena serangan itu jauh lebih parah daripada Guru-guru lainnya yang saya coba selamatkan."

"Tidak apa-apa, Nak. Tidak apa-apa. Saya yakin kamu sudah melakukan yang terbaik untuk membantu Rudi. Sekarang menunggu dulu, ya. Nanti mari kita bicara lagi setelah saya menangani Rudi di dalam," ujar Rosna, yang kemudian mengarahkan Diana untuk duduk di salah satu kursi kosong.

Rosna pun akhirnya masuk ke dalam ruang tindakan darurat. Reza ikut duduk di samping Diana, lalu menatap ke arah wanita itu dengan tenang. Diana mengusap airmatanya sedikit, agar tidak terlalu membanjiri wajahnya. Isak tangisnya mulai ia kurangi, dan kini hanya berusaha terlihat sedih sepanjang waktu.

"Kalau aku tidak mengenal kamu dengan baik, aku jelas akan curiga kalau kamu benar-benar ada perasaan terhadap Rudi, Na. Sandiwaramu gila-gilaan sekali barusan. Sangat meyakinkan," bisik Reza.

"Oh, jelas aku harus begitu, Za. Toh Zuna pun sudah tahu kalau aku akan melakukannya. Pokoknya, apa pun yang menyangkut dengan Rudi, aku akan bersandiwara dengan sepenuh hati agar jalan kita selalu mulus. Karena aku tidak akan membiarkan dia lolos," ungkap Diana, ikut berbisik seperti yang Reza lakukan.

"Mm, aku juga tahu kalau Zuna pasti sudah tahu soal aktingmu kali ini. Oh ya, aku dengar rumah sakit ini adalah sasaranmu dan Zuna selanjutnya. Apakah benar begitu, Na?" Reza ingin tahu.

"Ya, itu benar. Kamu tenang saja, Za. Semuanya akan benar-benar berada dalam kendaliku dan Zuna. Maka dari itulah aku juga berusaha meraih hati Ibunya Rudi menggunakan aktingku," jawab Diana, benar-benar santai.

Diana pun bangkit dari kursi yang didudukinya, lalu menatap ke dalam dinding kaca yang menjadi pembatas antara ruang tunggu dan ruang tindakan darurat. Ekspresi gelisah tadi kembali terlihat di wajah Diana. Wanita itu sengaja terus memantau keadaan Rudi yang sedang ditangani, agar aktingnya semakin meyakinkan. Reza bicara dengan Zuna melalui chat seperti biasanya. Ia mengabari segalanya pada Zuna, termasuk soal keadaan Rudi setelah terjadinya serangan gaib tadi.

ZUNA
Mungkin arwahnya Helmi sudah tidak bisa lagi menahan diri terhadap Rudi. Makanya sampai ada kejadian mengerikan seperti itu di Ruang Guru.

REZA
Lalu, sebaiknya bagaimana? Apakah misteri kematian Helmi akan menjadi prioritasmu sekarang?

ZUNA
Misteri kematian Helmi dan Sekar terkait satu sama lain, Za. Jadi kalau misteri kematian Sekar terbongkar, maka misteri kematian Helmi yang ditutup-tutupi oleh Rudi pun akan terbongkar bersamaan. Kamu tenang saja.

REZA
Kalau begitu jangan lupa hari ini segera periksa ruangan yang tadi dikunjungi oleh Rudi di sekolah, sebelum jam makan siang berlangsung. Ini kesempatan emas untuk kamu menggeledah ruangan itu, karena Rudi sedang tidak berada di sekolah.

ZUNA
Aku sedang berada di lokasi saat ini, Za. Ruangan ini sudah aku buka menggunakan kunci cadangan yang dipegang oleh penjaga sekolah. Nanti akan aku kabari lagi jika ada hal-hal yang aku temukan.

Reza kemudian menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku celana. Dari jauh, ia bisa melihat kedatangan Mita ke Rumah Sakit itu seorang diri. Hal itu membuat Reza memberi tanda pada Diana agar menyadari keberadaan Mita. Diana menatap ke arah yang Reza tunjukkan, tepat pada saat Rosna keluar dari ruang tindakan darurat. Hal itu membuat Diana lebih memilih mengutamakan Rosna daripada keberadaan Mita. Rosna tersenyum saat dirinya kembali berada di hadapan Diana, Mita tampak mempercepat langkahnya ketika melihat Diana sudah bertemu dengan Ibunya Rudi.

"Keadaan Rudi sudah membaik setelah saya tangani, Nak. Dia akan segera dipindahkan ke ruangan VVIP setelah pakaiannya digantikan dengan pakaian khusus pasien oleh perawat," jelas Rosna.

"Alhamdulillah, Ya Allah. Alhamdulillah," ungkap Diana, seakan merasa lega luar biasa.

Mita akhirnya tiba di hadapan Diana dan Rosna. Perempuan itu berusaha melihat ke dalam ruang tindakan darurat, seakan ikut merasa khawatir terhadap keadaan Rudi.

"Heh, Guru baru! Gimana keadaan Pak Rudi? Kamu itu seenaknya saja membawa Pak Rudi ke Rumah Sakit tanpa berunding lagi dengan Guru-guru yang lebih senior! Mau cari muka kamu, ya?" tuduh Mita, tak segan-segan.

Rosna pun langsung melayangkan tatapan jengkelnya ke arah Mita, padahal Mita berharap kalau Rosna akan ikut setuju dengan tuduhannya kepada Diana barusan.

"Terus kalau anak saya satu-satunya kenapa-napa, kamu mau tanggung jawab sebagai Guru senior di sekolah? Memangnya kesenioranmu itu bisa menyelamatkan nyawa anak saya, hah?" sengitnya.

* * *

Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang