57 | Mulai Menuntaskan Pelan-Pelan

1.7K 145 24
                                    

- UPDATE SETIAP HARI KAMIS & JUM'AT
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Rudi tiba di sekolah pagi itu dan langsung masuk ke Ruang Guru untuk memastikan keberadaan Diana. Diana terlihat lebih sibuk dengan laptopnya, sehingga terlihat seakan tidak menyadari kedatangan Rudi. Rudi ingin menyapanya, namun ia merasa sedikit tidak enak jika harus menyapa di hadapan Guru-guru lain yang sudah datang lebih awal. Maka dari itulah Rudi akhirnya memutuskan segera masuk ke ruangannya sendiri dan tidak merealisasikan keinginannya terhadap Diana. Diana sendiri diam-diam merasa lega karena Rudi tidak menyapanya. Ia sedang menahan diri untuk tidak meledakkan amarah terhadap laki-laki itu, sehingga dirinya sengaja mencari-cari kesibukan agar terlihat sedang sibuk.

Beni dan Mita juga memutuskan kembali mengajar. Meski keduanya masih saling mendiamkan dan sama sekali tidak bertegur sapa, nyatanya tidak ada satu orang pun yang peduli dengan masalah mereka. Guru-guru lain jelas tidak mau ikut campur dengan urusan kedua orang tersebut. Karena menurut mereka, kedua-duanya sama-sama tidak pantas dibela. Diana adalah alasan Guru-guru lain tidak ingin membela Mita ataupun Beni. Bagi mereka, Diana terlalu baik untuk dibebankan masalah tidak masuk akal yang dibuat oleh Beni ataupun Mita.

Reza menghirup udara sedalam-dalamnya dengan kedua mata terpejam, lalu mengembuskannya secara perlahan untuk mendapatkan rasa tenang dan damai dalam hatinya. Diana meliriknya sekilas dan hampir saja tertawa. Wanita itu sedang memikirkan, bagaimana reaksi Sekar seandainya melihat ekspresi konyol di wajah Kakaknya pagi itu. Mungkin sosok Sekar akan tertawa senang atau tertawa mengejek ekspresi yang Reza perlihatkan pada banyak orang.

"Ya Allah, berilah aku atmosfer paling sejuk yang bisa mendinginkan isi kepalaku," mohon Reza.

"Telepon saja pacarmu jika sedang butuh atmosfer, Za," saran Diana, sengaja menyenggol kejombloan Reza.

Reza pun membuka kedua matanya dan langsung menatap ke arah Diana seraya tersenyum.

"Mauku begitu, Na. Tapi kalau jam segini pacarku lagi sibuk di tempat kerjanya. Jadi dia sedang tidak bisa diganggu," balas Reza.

Diana pun langsung menatap heran ke arah pria itu, meski bibirnya tetap tersenyum. Baru kali itu ia mendengar soal pacar dari mulut Reza. Selama ini ia yakin sekali kalau Reza tidak pernah mengungkit soal pacar, jadi menurutnya Reza jelas belum memiliki pacar. Tapi kali ini pria itu terlihat bersungguh-sungguh saat membicarakan soal pacarnya, dan Diana sama sekali tidak menemukan adanya kebohongan dalam ucapan Reza.

"Wah, kamu itu pengertian sekali terhadap pacarmu. Kapan mau dilamar? Jangan lama-lama dan jangan tunda-tunda, Za. Lebih cepat lebih baik," saran Diana.

"Insya Allah secepatnya akan kulamar, Na. Aku hanya sedang menunggu satu urusan penting terselesaikan hingga tuntas," jawab Reza.

Diana tahu urusan penting apa yang Reza maksud. Sekarang ia paham, kalau Reza ingin hatinya merasa lega mengenai Sekar, sebelum akhirnya akan menjalani lembaran hidup yang baru.

"Kalau begitu banyak-banyaklah berdoa agar urusan penting itu segera selesai. Ayo, sebaiknya kita segera ke kelas pertama," ajak Diana.

Reza segera bangkit dari kursinya dan berjalan bersama Diana seperti biasanya. Beni hanya bisa menahan geram dalam diamnya, saat Diana tidak menyapanya sama sekali. Sementara Mita juga diam dalam kekesalannya karena hidup Diana selalu saja mulus tanpa ada masalah.

"Oh ya, kapan kamu mau memperkenalkan pacarmu padaku dan Zuna? Jangan disembunyikan terus. Nanti kami berdua bisa penasaran kalau kamu terus menyembunyikan dia dari kami."

Beni berjalan keluar dari Ruang Guru dan masih bisa mendengar obrolan antara Diana dan Reza. Mita juga keluar tak lama kemudian dan langsung menyalip langkah Beni. Perempuan itu hampir saja membuat Beni jatuh setelah menabraknya dengan sengaja. Hal itu jelas sedikit kembali menyulut amarah yang dipendam-pendam oleh Beni sejak tadi.

"Buta matamu, hah? Luasnya jalanan, bisa-bisanya kamu menabrak aku!" tegur Beni, cukup keras.

Mita pun berhenti dan berbalik menatap Beni dengan sengit.

"Makanya kalau jalan jangan sambil menguping pembicaraan orang lain! Jalan, ya, jalan saja! Pakai mata dan kakimu agar cepat sampai tujuan!" balasnya, tak kalah keras.

Diana dan Reza mendengar hal itu, namun memilih tidak peduli. Mereka langsung naik tangga menuju lantai dua dan tidak lagi menoleh ke belakang sama sekali. Reza sendiri saat ini sedang menatap Diana yang sibuk membalas pesan di ponselnya.

"Mereka berdua bisa caper juga, rupanya. Kamu acuh tak acuh pada mereka sejak tadi. Apa yang kamu lakukan membuat mereka malah jadi seperti cacing kepanasan, karena tidak mendapat sedikit pun perhatian darimu," ujar Reza.

"Biarkan saja kalau mereka seperti cacing kepanasan, Za. Biar mereka sadar, kalau mereka itu tidak ada penting-pentingnya sama sekali di dalam hidupku ataupun Zuna. Intinya, nanti siang aku dan Kalingga sudah ada rencana untuk membongkar kegilaan Beni dan Silmi. Pokoknya urusan dengan Beni akan aku selesaikan hari ini juga," tanggap Diana.

"Oh, ya? Kamu berencana begitu dengan Kalingga? Apakah Zuna sudah tahu?" tanya Reza.

"Ya, dia sudah tahu sejak semalam. Aku selalu membicarakan semuanya secara terbuka pada Zuna. Jadi kamu tenang saja, aku tidak akan merahasiakan apa pun meski hanya sedikit," jawab Diana.

Meski mereka masih ingin bicara lebih banyak, namun kenyataannya mereka harus mementingkan tanggung jawab pekerjaan di sekolah itu. Hal itulah yang membuat keduanya sama-sama berhenti di depan kelas yang akan Diana ajar pagi itu.

"Kamu tenang saja, Za. Bahkan urusan dengan Rudi pun akan segera kami selesaikan dalam waktu dekat. Hanya tinggal selangkah lagi dan kami akan membuatnya habis dalam sekejap. Semua kejahatan yang dia perbuat tidak akan bisa lagi dia sembunyikan. Insya Allah. Sekarang kamu doakan saja, agar semuanya lancar dan tidak ada hambatan," bisik Diana.

Reza pun hanya mengangguk pelan, lalu segera beranjak menuju kelas yang akan diajarnya. Keadaan mendadak terasa dingin di sekitar Reza. Hal itu membuatnya sadar, bahwa Sekar sedang ada bersamanya saat itu dan akan mengikutinya sepanjang hari. Perasaannya yang tadi hampir saja menjadi kusut usai mendengar soal urusan dengan Rudi yang akan diselesaikan Diana, mendadak berubah. Ia kembali merasa bahagia ketika Sekar ada di dekatnya. Ia benar-benar tidak bisa berhenti tersenyum, karena ingin Sekar melihat senyumnya.

Sosok Sekar sendiri juga ikut tersenyum ketika menatap senyum di wajah Kakaknya. Ia bahagia karena bisa melihat Reza yang tidak lagi murung seperti dulu. Senyum di wajah Sekar semakin mengembang, kala tatapnya jatuh pada gelang berwarna biru yang sangat ia kenali di tangan kiri Reza. Ia tahu pasti apa artinya itu. Akhirnya, hal yang ia harapkan terjadi juga dengan sendirinya dalam hidup Reza maupun Lia. Dan ia semakin yakin, bahwa waktunya untuk benar-benar pergi dengan tenang akan segera tiba.

* * *

Rahasia Di Sekolah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang