Awal

5.2K 382 3
                                    

Sebuah instrumen musik terdengar di salah satu ruangan yang ada di SMA Hyeonjang, alunan musik yang berasal dari piano yang sedang di mainkan seorang gadis bernama Han (Name) terdengar begitu indah dan menenangkan hati siapapun yang mendengarnya.

Tiap tuts mengeluarkan melodi yang merdu membuat sang pemain piano lantas memejamkan mata dan menikmati tiap alunan yang dibuat oleh jari-jari lentiknya yang begitu stabil dalam menekan setiap tuts piano yang begitu banyaknya.

"(Name)," Panggilan dari seseorang lantas menghentikan (Name) yang sedang bermain musik. Menoleh ke arah pintu dan menatap tajam sang pelaku perusak permainan musiknya yang seharusnya bisa terselesaikan dengan sempurna.

Sedangkan si pelaku tampak meneguk ludah dengan keringat dingin membasahi lehernya tatkala netra kelabunya bersitatap dengan manik heterocromia milik (Name) yang menatapnya begitu tajam.

Sadar kesalahannya dia lantas segera membungkuk meminta maaf. "M-maaf!(Name)-ssi t-tapi diluar ada orang yang sedang m-mencarimu." Katanya dengan terbata-bata bahkan sampai tak lagi berani untuk mendongak ke arah (Name) yang memancarkan aura yang begitu menyeramkan untuknya.

Mendengar itu (Name) lantas berdiri dan berjalan ke arah jendela di ruangan musik tersebut dan melihat pada luar gerbang sekolah dimana ada sesosok pria paruh baya tengah berdiri disana sambil menyandar pada mobilnya.

Tatapan (Name) pun seketika berubah dingin saat melihat pria tersebut, berbalik dan meraih tasnya (Name) pun melangkah keluar ruangan tapi sebelum itu ia berbicara kepada siswa yang telah memberitahunya perihal orang yang ada diluar sekolah.

"Lain kali ketuk pintunya sebelum masuk." Ucap (Name) dingin dan setelahnya gadis itu beranjak pergi dari sana meninggalkan si pemuda yang sehabis kepergiannya kini terduduk lega di lantai ruangan.

"Huft selamat, ku pikir aku tidak akan bisa keluar dari ruangan ini dalam keadaan sehat saat melihat tatapannya tadi."

"Sang dewi kematian, julukan itu memang sangat cocok untuknya."

Kembali kesisi (Name).

Kini gadis dengan manik heterocromia (merah&ungu) tersebut tengah berjalan menuju ke arah gerbang sekolah setelah dirinya selesai meminta persetujuan dari sang wali kelas untuk pulang lebih cepat dibanding murid lainnya.

"Ck sebenarnya kenapa dia datang kemari?" Gumam (Name) yang berhenti beberapa jengkal dari gerbang sekolah seraya menatap sosok pria yang telah mencarinya hingga datang ke sekolahnya.

(Name) kembali berjalan dan menemui sang pria yang kini telah melihat keberadaannya yang mendekat dengan ekspresi tak senang.

"Apa?" Tanya (Name) tanpa berbasa-basi sebab tak ingin berlama-lama dengan pria di depannya ini.

Si pria pun lantas memangkas jarak di antara mereka seraya menatap (Name) dengan tajam. "Kau, kenapa tidak pulang?" Tanyanya.

"Karena aku benci berada disana." Jawab (Name) yang membuat si pria yang merupakan ayahnya itu terdiam seketika.

"Sudahkan? Pergilah jika tidak ada urusan lagi. Aku sibuk." Kata (Name) seraya hendak beranjak pergi namun sang ayah segera mencekal tangannya.

"Ibumu mencarimu (Name), pulanglah."

Mendengarnya (Name) sontak kembali berbalik menghadap ayahnya dengan tatapan yang lebih dingin dari sebelumnya. "Ibu yang mana? Ibuku telah mati tuan Lee Yeonjun yang terhormat." Balas (Name) tanpa sedikit pun berniat untuk memanggil pria di depannya dengan sebutan 'ayah' sebab pria bernama Lee Yeonjun tersebut tidak lagi (Name) anggap sebagai ayahnya semenjak pria itu menikah lagi setelah seminggu kematian ibunya.

(Name) benci, sangat membenci pria di depannya ini yang bisa-bisanya menikah kembali setelah seminggu ibunya meninggal karena kecelakaan. Semudah itukah dia bisa melupakan ibunya? Bukankah dia selalu mengatakan kepadanya bahwa dia sangat mencintai ibunya dan akan selalu setia kepada ibunya saja, tetapi apa yang di dapatkan (Name)? Ayahnya menikah lagi bahkan kematian ibunya saja baru terlewat tujuh hari.

Semua perkataannya selama ini apakah hanya kebohongan? Cinta pria ini kepada ibunya apa hanya sebuah kepalsuan? Dan apakah kehadirannya juga merupakan suatu kesalahan yang tidak diinginkan yang membuat mereka bersatu dalam pernikahan tanpa cinta? Ataukah di dalam hubungan tersebut hanya ibunya yang mencintai dengan tulus?.

Semua terasa menyakitkan untuk (Name) hadapi, kepergian ibunya meninggalkan kesedihan yang mendalam untuknya dan pernikahan ayahnya menciptakan luka di hati (Name) yang sampai sekarang masih membekas dan kian menyakitinya.

"Lee (Name)." Kata Yeonjun menekan, tidak senang akan perkataan (Name) barusan.

Namun (Name) memilih abai seraya menarik tangannya dari genggaman tangan Yeonjun yang sadar atau tidak telah menggenggamnya begitu kuat hingga kini meninggalkan bekas kemerahan disana.

Lihat? Pria ini kembali menyakitinya. Orang yang seharusnya menjadi cinta pertama untuknya seperti halnya anak perempuan lain tetapi pria ini malah menjadi sumber luka di kehidupannya.

"Lee (Name)," Ucap (Name) pelan. "Ya itulah nama yang kau berikan untukku, tapi nama itu telah lama ku singkirkan. Sekarang hanya ada Han (Name), hanya Han (Name)." Lanjutnya menekan setiap kalimat yang terlontar dari mulutnya agar pria di depannya ini paham bahwa dirinya tak lagi membutuhkan sosok 'ayah' yang dulunya sempat menjadi panutan bagi (Name) yang pernah mengagumi sikap bijaksana pria itu semasa ibunya masih hidup.

"Pergilah dan jangan pernah kembali lagi untuk menemuiku. Karena aku sama sekali tidak ingin melihatmu lagi." Ucap (Name) menatap dingin Yeonjun untuk beberapa saat sebelum akhirnya ia kembali melangkah menjauh dari sana, membiarkan pria tersebut kini merenungi setiap kalimat yang di dengarnya dari (Name) atau masih pantaskah dirinya menyebut (Name) sebagai putrinya?.

TINNNNNN

BRAKK!

Suara klakson mobil yang nyaring dan disusul dengan suara benturan yang begitu keras sontak mengejutkan Yeonjun yang sedang termenung. Membalikkan diri dan melihat apa yang terjadi di depan sana dan seketika itu juga Yeonjun langsung membelalakkan mata kala manik heterocromia miliknya yang menurun kepada (Name) melihat sosok korban tabrakan ternyata adalah (Name) sendiri.

Kedua kakinya pun lantas bergerak cepat menghampiri kerumunan orang-orang yang telah lebih dulu mengeliling (Name) yang terbaring tak berdaya dengan tubuh yang telah bersimbah darah.

"(NAME)!!!"

Itu adalah teriakan terakhir yang bisa (Name) dengar sebelum akhirnya kegelapan merenggut kesadarannya dan mungkin beserta nyawanya juga.

Eleceed x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang