Chapter 18 : Wooin VS Jisuk {2}

1.4K 183 8
                                    

Langit malam tampak begitu indah dengan hamparan ribuan bintang yang bersinar di atas sana yang turut memperindah pemandangan langit malam yang sungguh menyejukkan mata untuk terus memandanginya tanpa lelah.

Sepasang netra beda warna dari gadis kecil bersurai kelabu terlihat menatap pemandangan langit malam dengan penuh binar di matanya.

Bulan purnama yang turut menampakkan dirinya malam ini pun semakin membuat sang gadis kecil terkagum-kagum oleh lukisan langit yang selalu berhasil menenangkan hatinya.

"Bisakah aku menjadi seperti mereka?" Tanyanya mengudara, memecahkan keheningan malam oleh suara lembut dari bibirnya yang jarang sekali menunjukkan senyuman.

"Bulan, bisahkah aku bersinar terang seperti dirimu nanti? Akankah aku dapat bebas seperti burung di pagi hari?"

Kesunyian malam menjadi jawaban atas pertanyaannya yang terlontar dengan penuh harapan, sorot mata sendu pada kedua manik indahnya yang selalu tersembunyi dari balik topeng bahagianya kini tertampil dengan bebasnya dihadapan sang rembulan malam.

Bintang, bulan dan sepinya malam selalu menjadi saksi bisu atas pengharapannya yang mungkin takkan pernah bisa terkabulkan.

Dia merasa sendirian meski memiliki keluarga yang utuh dan harmonis, namun keharmonisan itu hanyalah sebuah kebohongan semata untuk menipu orang-orang yang mengagumi keluarganya.

"Bintang, dapatkah aku bahagia?"

"Bulan, kemanakah aku harus mencari jawabannya?"

Bibir kecil itu tersenyum getir, wajah ayunya kini tertutup oleh tiap helai rambut yang jatuh dikala dia menundukkan kepala. Menatap sayu kedua telapak tangan kecilnya yang memiliki bekas luka sabetan dari sebuah rotan yang dilakukan oleh salah seorang keluarganya, hukuman yang diberikan hanya karena dia tak mendapatkan nilai sempurna dalam ujian fisika.

Padahal dia sudah berusaha dengan keras hingga berhasil mendapatkan nilai sempurna di mata pelajaran yang lain, namun karena satu pelajaran saja yang tak mendapat nilai sempurna dia pun berakhir mendapatkan hukuman menyakitkan seperti ini.

"Apakah... Aku memang anak yang gagal?"

Dasar anak sialan!

Anak bodoh!

Bocah pembawa sial!

Anak yang gagal sepertimu seharusnya bersyukur bisa hidup dengan mewah seperti ini.

Dasar anak yang menakutkan.

Semua kalimat itu bergema dikepalanya bagai kaset yang rusak membuat dadanya seketika bergerumuh sesak.

"A-aku... Aku hanya ingin dicintai."

Lagi, malam pun kembali menjadi saksi atas tangisannya malam ini.

Dan sesosok bayangan terlihat menatapnya dari jauh dengan pandangan yang dalam.

Tak bisa mendekat untuk meraih gadis itu ke dalam rengkuhannya, ataupun sekedar menenangkannya dengan untaian kalimat yang hangat.

Ada penghalang di antara mereka yang sulit untuk dia tembus, hanya harapan dan doa yang mampu dia lakukan sekarang untuk sang gadis yang begitu dia kasihi.

"Aster... Jangan menangis, kumohon..."

"Aku ada disini, selalu bersamamu."

_o0o_

Eleceed x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang