What Kind of Future
Happy Reading
...
Ketika merasa tak ada lagi harapan untuk hidup, maka manusia akan cenderung mencari siapapun untuk menemaninya menghabiskan sisa kehidupannya. Namun, apa yang terjadi jika tak ada lagi yang bisa diajak bicara bahkan disaat-saat terakhir kehidupan?
Sakit?
Tentu saja.
Itulah yang dirasakan oleh remaja bernama Ryuzi Valerian atau lebih akrabnya disapa Ryu.
Kehidupan tak memberikannya kesempatan untuk bahagia. Dirinya di diagnosis mengidap penyakit CIPA atau Congenital insensitivity to pain with Anhydrosis. CIPA sendiri merupakan penyakit yang sangat langka, di mana seseorang mengalami ketidakpekaan bawaan terhadap rasa sakit. Jadi bisa disimpulkan seumur hidupnya Ryu tak pernah merasakan apa itu rasa sakit.
Namun, walau Ryu tak bisa merasakan sakit fisik, Ryu tentu masih bisa merasakan sakit dihatinya. Rasa kecewa, sakit, terbuang, dan kesepian sudah Ryu rasakan sejak kecil. Meski semua kebutuhan hidup termasuk biaya pengobatan Ryu ditanggung orang tua, namun anak mana yang tak ingin disayang?
Disaat penyakit Ryu memburuk dan dokter mengatakan ia tak memiliki lagi harapan, tak ada seorang pun yang ada disamping Ryu saat itu.
Dia sendirian, bahkan disaat-saat terakhir hidupnya.
Karena rasa sakit dan kecewa itu Ryu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat dari atap gedung rumah sakit di siang hari yang cerah. Ia merasa bahwa lebih baik dirinya mati hari ini daripada mati perlahan tanpa siapapun disisinya.
Semua rencananya berjalan dengan lancar. Walau terdengar keributan karena perbuatannya, namun Ryu tak peduli. Yang penting, ia tak merasakan sakit dan ia bisa menghadapi kematian mulus seperti yang ia rencanakan.
Semua orang mengerubungi tubuh Ryu yang sudah tak berdaya, dan petugas medis pun telah melakukan pertolongan darurat untuk Ryu yang hampir kehilangan kesadarannya.
Ryu tersenyum samar karena mengira sebentar lagi ajal akan menghampirinya.
Namun, setiap rencana manusia tak pernah berjalan semulus seperti yang mereka perkirakan. Walau saat ini Ryu merasa jika kematiannya benar-benar berjalan sesuai rencana, Tuhan tak akan pernah tinggal diam dengan seseorang yang mengakhiri hidup dengan alasan apapun.
"Kematian bukanlah lelucon anak-anak. Dan jika kau memiliki keberanian untuk mengakhiri hidup, maka kau pasti juga memiliki keberanian yang cukup besar untuk hidup kembali.."
Diakhir kesadarannya, Ryu mendengar bisikan itu ditelinganya. Ryu yang tak mengerti mencoba untuk mencari siapa kiranya yang membisikkan kata-kata itu. Namun, belum juga menemukan siapa orangnya telinga Ryu berdengung kencang. Nafas Ryu juga perlahan berhembus satu-satu.
Detik berikutnya tubuh Ryu sudah tak lagi bergerak. Tenaga medis yang menolong Ryu di tempat juga telah menyerah dan menunduk memberikan penghormatan terakhir untuk sosok Ryu yang saat ini tubuhnya telah kosong tak bernyawa.
. . .
Terima Kasih sudah membaca
Dan sampai jumpa❤❤❤
Hai hai Halo~
Ryuu si penulis gaje datang lagi dengan cerita baru bertema Transmigrasi.
Eh? Iyakah Transmigrasi?
Intinya kalian ikutin aja ya kisahnya si Ryu yang pengen mati tapi malah hidup lagi di raga orang wkwkwk..Oh ya, soal cerita Ryuu yang So Far Away : Dream itu dah tamat ya. Udah segitu aja tamatnya emang.
Jadi, Ryuu bikin ini cerita udah rampungin satu cerita. Jadi nggak banyak utang deh..Jangan lupa kasih dukungan kalian ya.
Pencet bintangnya, nggak susah kok. Kalo bisa tambah Komen, Ryuu maksa soalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind of Future? [END]
General FictionRyuzi Valerian adalah Remaja pengidap penyakit CIPA yang sudah parah. Ryuu seorang pasien tetap, dan keadaannya terus menurun waktu demi waktu. Disaat keterpurukannya karena penyakit itu, tak ada siapapun disisinya. Orang tuanya tak peduli padanya...