Bab XXX

331 22 98
                                    

Ketika Anisa dan Cahya sampai di parkiran, kini ia tidak sengaja melihat dosennya sekaligus calon suaminya sedang berada di caffe dekat dengan toko gramedia bersama dengan seorang perempuan yang Anisa tidak kenali.

"Cay, itu pak Arga bukan si?" tanya Anisa kepada Cahya.

"Mana?" tanya Cahya balik.

"Itu, yang lagi duduk di caffe sama perempuan, dari belakang kayanya cantik dari poster tubuhnya juga langsing," ucap Anisa sambil menunjuknya.

"Owh, iya Nis, itu pak Arga, dia lagi ngapain ya?" tanya Cahya sambil memicingkan matanya.

"Mana gue tahu," ungkap Anisa sambil mengedikkan bahunya.

"Apa sebenarnya dia udah ada pasangan ya," seloroh Cahya dengan kagetnya dan menutup mulutnya.

"Enggak usah ngadi-ngadi," ujar Anisa sambil memutar bola matanya malas.

"Yey, kan gue cuman nebak, bisa aja kan, atau enggak itu cuman temennya," kata Cahya sambil menyenggol lengan Anisa.

"Udah lah, kita pergi aja, ngapain liat tu orang," imbuh Anisa sambil berlalu meninggalkan Cahya.

"Cemburu ya," sahut Cahya sambil berlari menghampiri Anisa dan mencolek pipinya.

"Apaan si, enggak lah ya." Anisa yang mendengarnya berucap demikian dan membukakan pintu mobil lalu masuk ke dalamnya.

Setelah itu, Anisa dan Cahya sudah berada dalam mobil dan Anisa langsung menancap gas kan dan berlalu pergi.

Di dalam perjalanan seperti biasa, tidak ada obrolan sama sekali. Anisa yang sibuk menyetir dan Cahya yang sibuk berhias. Memang, Cahya sebenarnya anak yang suka bersolek, tetapi hanya jika ia sedang bepergian keluar, jika di campus ia hanya bersolek dari rumahnya saja.

Ketika sedang menyetir, tiba-tiba ada notifikasi dari handpone milik Anisa. Anisa yang mendengar notifikasi kini ia menoleh kepada Cahya dan berucap, "Cay, coba lu liat hp gue, siapa yang chat."

Cahya yang mendengarnya kini ia mengambil handpone tersebut dan membacakannya.

"Chat dari aunti Lufi Nis, katanya, ate nanti mau sama temen dulu pergi ke majelisan, jadi enggak usah di jemput," ucap Cahya sambil menoleh kepada Anisa.

Anisa yang mendengarnya kini berucap, "Oh iya, bales aja, oke te."

"Udah," imbuh Cahya setelah mengetikkan apa yang diperintahkan Anisa dan menaruh hp Anisa ke tempat semula.

"Makasi."

"Sama-sama."

***

Anisa dan Cahya sudah berada di depan pekarangan rumah Cahya, Cahya pun langsung membukakan pintu mobil. Namun, sebelum ia menutupkan mobilnya ia berucap, "Mampir dulu, sini Nis."

"Nanti kapan-kapan aja Cay," ucap Anisa tersenyum manis.

"Yaudah, hati-hati di jalan ya," imbuh Cahya melambaikan tangannya dan menutup pintu mobil.

Anisa pun kini menjalankan mobilnya, tak lupa ia menyalakan radio dan memutar lagu yang pas untuk didengarnya, karena hari ini nampak melelahkan ditambah ia melihat dosennya yang akan menjadi suaminya berduaan di caffe bersama wanita lain.

"Kenapa si, ada aja yang bikin sakit hati," batin Anisa prustasi sambil memukul-mukul setir.

Beberapa saat ...

Setelah ia sampai di rumah, ia langsung pergi ke kamar tanpa menyapa ibunya yang sedang menonton televisi dengan kakaknya.

"Itu anak kenapa ya kak?" tanya ibunya kepada sang putra sulungnya, Arka.

Dosen my HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang