Bab XXXIII

315 5 0
                                    

Satu Minggu sudah Anisa mendiamkan Arga, dan di satu Minggu itu tak henti-hentinya Arga terus menanyakan kepada teman dekatnya Anisa dan pergi kerumahnya untuk meminta maaf. Namun, Anisa enggan membuka pintu. Sungguh Arga sangat bingung dengan sikap Anisa yang menurutnya itu seperti ke kanak- kanakan.

"Gue bingung Zi, calon istri gue seminggu ini gak ngasih kabar," ucap Arga sambil mengacak rambutnya, "dia kalau udah ngambek susah dibujuknya ternyata."

"Udah sabar aja, lu kan tau emosi umuran segitu masih terbilang labil," ujar Rizi.

Arga yang mendengarnya hanya menganggukkan kepalanya dan berucap, "Iya."

___

dilain sisi, Anisa yang sedang menonton drakor di kamarnya kini terhenti oleh ketukan pintu.

Tok ... tok ... tok ...

"Masuk."

Ceklek ...

Pintu dibuka dan masuklah Cahya sambil membawa tas ranselnya.

Anisa yang sedang menonton pun kini mata intensnya menoleh ke Cahya.

"Hai, Cay," sapa Anisa sambil melambaikan tangannya. "Duduk sini."

"Iya," kata Cahya sambil menundukkan bokongnya di kasur.

"Tumben ke sini, mau tidur lu dirumah gue?" tanya Anisa sambil menatap Cahya.

"Iya, gue mau nginep, udah minta izin juga kok sama ortu lu dan dibolehin," seloroh Cahya sambil tersenyum manis.

"owh, ya udah."

"Heum, ngomong-ngomong lu masih ngediemin pak Arga?" tanya Cahya bertanya dengan hati-hati.

"Iya," jawab singkat Anisa.

"Lu tau gak Nis? pak Arga tu suka nanyain terus ke gue tentang lu, gak sehari tapi tiap hari," ucap Cahya.

"Owh gitu."

"Udahan deh Nis, maafin pak Arga ya? kasian tahu," ujar Cahya sambil memegang tangan Anisa.

"Gimana nanti aja Cay, karena dia perlu diberi pelajaran," ungkap Anisa sambil tersenyum sinis, "biar dia tau sikap asli gue juga."

"Anisa dengan sikap asli harus dikeluarin, dan supaya dia gak tuman," tutur Anisa.

"Yaudah, gimana lu aja, gue ngikut aja," imbuh Cahya yang nampaknya sudah jengah.

"Iya."

Anisa dan Cahya pun kini bergurau dan bercanda ria, mereka sama-sama bercerita apa yang sekarang mereka alami.

Dilain sisi, Arga yang nampaknya sedang kebingungan lantas menanyakan kepada Ibundanya, cara apa agar Anisa tidak marah lagi kepadanya.

Ibundanya yang mendengarnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan berucap, "Coba kamu chat dia, dan bilang nanti besok kamu bakal ajak dia ke mall, apa yang dia mau kamu turutin, dan kemanapun yang dia mau kamu iyain.

"Memangnya itu akan berhasil Bu?" tanya Arga.

"Coba aja."

"Baik Bu, ya sudah terima kasih sarannya, Arga pamit ke kamar," imbuh Arga dan lekas pergi meninggalkan ibundanya.

"Sama-sama," ucap Ibundanya sambil menatap punggung anaknya.

Anisa🤍
terakhir dilihat pukul 19.00

Nis, nanti besok setelah selesai matkul kita jalan-jalan ke mall, apa yang kamu mau saya turutin, pokoknya seharian ini saya akan temani kamu.

Tumben amat, kenapa?

Gak papa, mau ya?

Yaudah.

Oke, makasi.
jangan marah lagi, Love you.

Iya.

Kok gak bales love you nya?

Emangnya harus ya?

Gak juga si, yaudah jangan lupa baca doa sebelum tidur, meet malem.

iya, meet malem juga.

***
Di pagi hari yang sangat cerah, Anisa dan Cahya pergi ke campus karena pak dosen yang bernama Rangga menyuruhnya untuk masuk pagi ini.

Anisa yang sudah siap dengan setelan kemejanya yang dipadukan dengan baju kaos putih di dalamnya kini nampak sangat gembira, tak lupa dengan senyuman manisnya di pagi hari ini yang bisa membuat kaum Adam terpesona menatapnya.

Cahya yang melihat Anisa sedaritadi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tumben hari ini beda banget, kenapa?" tanya Cahya sambil menatap Anisa.

"Enggak tu, beda darimananya," ucap Anisa.

"Senyam-senyum sendiri, awas kesambet," ujar Cahya sambil memutar bola matanya malas.

"Owh itu, gue di chat sama pak Arga, mleyot banget lagi ucapannya," ungkap Anisa sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Cih, gitu doang?" imbuh Cahya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bukan itu doang, nanti selesai matkul gue di ajak ke mall, apa yang gue mau dia bakal turutin, pokoknya seharian ini gue ditemani sama dia," kata Anisa tersenyum bersemu merah bak seperti kepiting rebus.

"Owh gitu, pantesan," seloroh Cahya.

"Yaudah kalau gitu, yuk jalan, lu gak mau kan kalau misal dihukum sama pak Rangga gara-gara telat masuk," ujar Cahya.

"Iya."

Dosen my HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang