Bab XXXIV

342 5 0
                                    

Selesai matkul dosen yang bernama Rangga, kini Anisa pun lantas bersiap-siap untuk pergi bersama calon suaminya. Cahya yang bersamanya kini menatapnya terheran-heran, karena tidak biasanya Anisa seperti ini.

"Lu gak kenapa-napa kan? pake farpum banyak amat, emang gak bikin enek apa," ujar Cahya sambil menatap Anisa.

Anisa yang mendengarnya kini menoleh dan menatap Cahya sambil berucap, "Gue gak kenapa-napa, tenang aja hehe ..."

"Owh gitu, yaudah gue duluan ya," ucap Cahya, "lu gak papa kan sendirian di sini?"

"Iya enggak papa, lagian pak Arga bentar lagi jemput kok, tenang aja."

"Okey yaudah see you," seloroh Cahya sambil cipika cipiki Anisa.

Setelah kepergian Cahya kini barulah tiba Arga datang dengan mobil sportnya berhenti di depannya. Anisa yang tahu itu mobil calon suaminya lantas masuk kedalamnya dan setelah itu mobil pun jalan.

Beberapa menit kemudian, mobil berhenti di suatu mall ternama. Anisa dan Arga lantas pergi ke mall tersebut. Mereka membeli beberapa barang, makanan, dan apapun yang Anisa inginkan Arga wujudkan.

Setelah dirasa cukup, Anisa dan Arga kini bergegas jalan ke parkiran untuk pulang dengan membawa barang-barang yang tadi mereka beli. Namun, pada saat mereka sedang jalan, tiba-tiba Arga mengajak Anisa untuk membeli ice cream yang terletak di depan mall dekat parkiran tersebut. Anisa yang sepertinya juga menginginkannya pun akhirnya mengiyakan ajakan dari Arga untuk membeli ice cream.

Anisa duduk di tempat tunggu, dan Arga memesan ice creamnya. Setibanya Arga di tempat Anisa menunggu sambil membawa ice creamnya, Arga langsung memberikannya kepada Anisa dan dibalas dengan senyuman.

Ketika Anisa sedang memakan ice cream, tiba-tiba ada yang menempel dibibirnya. Arga yang melihatnya pun tersenyum.

"Maaf, dibibirmu ada ice creamnya," ujar Arga sambil mengelap ice cream tersebut sambil tersenyum,"belepotan banget si kamu."

"Khm, makasih ya,"

"Iya, sama-sama," jawab Arga sambil tersenyum.

Anisa yang sedang memakan ice cream pun hanya menundukkan pandangannya, dikarenakan malu.

"Anisa, boleh aku berbicara?" tanya Arga sambil memandang Anisa.

"Boleh, mau bicara apa," ucap Anisa.

"Tegakkan kepalamu, aku ingin berbicara serius," kata Arga sambil mengusap pundaknya.

"Iya." Anisa pun lantas menegakkan kepalanya dan memandang Arga lekat.

"Aku mau minta maaf kalau aku punya salah sama kamu, aku mungkin orang pengecut yang cuman bisanya membelikan kamu barang-barang yang kamu mau agar supaya kamu bisa maafin aku, aku gak ngerti cara nyenengin perempuan, aku gak paham dan harus gimana, tapi satu hal yang ingin aku bilang, tolong kalau aku ada kesalahan bilang sama aku, agar aku bisa memperbaikinya, karena kalau kamu gak bilang aku gak ngerti aku tipe cowok yang bisa dibilang cowok gak peka," ungkap Arga sambil menatap Anisa.

Anisa yang mendengarnya kini tersenyum dan berucap, "Iya, aku maafin, dan maaf juga kalau aku orangnya pemarah, egois, ingin menang sendiri."

"Iya, aku maafin," ujar Arga," saling memaafkan aja ya."

"Iya," ucap Anisa sambil tersenyum dan langsung dipeluk oleh Arga, "tapi, aku pengen nanya sama kamu."

"Nanya apa?" tanya Arga sambil melepaskan pelukannya.

"Kamu udah gak ada hubungan lagi kan sama mantan kamu?" tanyanya.

"Enggak ada sayang, aku udah gak ada hubungan apa-apa, tenang aja, karena hati aku cuma buat kamu," ucap Arga menyentuh hidung Anisa sambil tersenyum.

"Awas aja ya, kalau masih berhubungan, soalnya aku orangnya cemburuan, dan posesif banget," imbuh Anisa sambil bersedekap dada dengan ekspresi wajah cemberutnya.

"Iya, gak bakalan kok, tenang aja," tutur Arga, "kalau perlu dan mau, biar kamu gak sensian terus, kita nikah aja yuk."

"Hih, aku masih kuliah ya," ucap Anisa.

"Ya enggak apa-apa lah," imbuh Arga sambil tertawa.

"Ish, kamu ya."

"Kenapa, heum?"

"Apa si, biasa aja kali tu matanya," ujar Anisa.

"Emang biasa sayang," sahut Arga.

"Udahlah, ayok pulang."

"Iya, yuk pulang yuk."

Dosen my HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang