Thank You In The Cold Snow

245 28 4
                                    

Jika mempunyai kesalahan typo dan bahasa, maafkan saya. Happy reading. Hope you guys enjoy this story ! Don't forget to comment, vote and share. Thank you.

" Gill ? "

Bergetar suara Flavio menyebutkan nama tersebut. Tangannya menggigil kecil, berusaha cuba mengekalkan kedudukan telefon.

Suasana hening. Dia dapat mendengar bunyi deruan nafas Gillbert yang teratur dari seberang sana. Hatinya berdenyut-denyut, nyeri. Sakit. Dadanya berasak amat sesak saat ini.

" Gill ? "

Lagi sekali, Flavio memanggil nama Gillbert apabila jejaka tersebut tidak kunjung mengeluarkan suara. Dahinya berkerut, kebingungan.

" Vio... "

Entah mengapa, mendengar Gillbert memanggil namanya membuatkan dia berasa sebak, ingin menangis. Dia menengkup mulutnya dengan tapak tangan yang bebas.

" Iya. Aku.. "

Keluhan dilepaskan, " Vio, saya ingin mengatakan sesuatu dekat awak sebelum saya pergi "

" Kau betul-betul akan pergi meninggalkan aku ? " tanya Flavio dengan dada yang sempit. Tangannya mengenggam dengan erat, menahan kesedihan di dalam dirinya.

" Iya. Maafkan saya "

Flavio berdecit. Dia menyepak salji untuk melampiaskan kemarahan dan kesedihan yang bergaul di dalam jiwanya, " What a fucking selfish fuckboy, you are ? "

" Saya tahu awak marah dekat saya. Kalau awak mahu melepaskan kemarahan, waktu sekarang ini, sebelum saya pergi "

Pemuda manis itu mengeluh perlahan. Kepala tertunduk ke bawah. Kemarahan yang menggunung, menghilang begitu sahaja digantikan oleh kemurungan.

" Apa yang kau ingin bicarakan dengan aku ? " tanyanya sambil memandang ke hadapan, membayangkan bahwa jejaka tampan itu sedang berdiri di depannya.

" Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada awak "

" Terima kasih ? Untuk apa ? "

" Saya tidak tahu mahu mengatakannya macam mana kepada awak tetapi.. apakah awak sedar, selepas saya berubah, saya tidak pernah mengucapkan kata-kata cinta kepada awak ? "

Saliva ditelan, kesat seperti dia menelan segumpalan pasir. Dia mengetap bibirnya, " Iya... Ak... Aku sedar.. Apakah kerana kau sudah... tidak mencintai aku ? " tanyanya, terbata-bata. Hatinya seperti direnggut kasar dengan kata-katanya sendiri.

" Bukan begitu, Vio.. "

" Habis itu ? "

Gillbert senyap di dalam talian. Suara halus nan berat itu lenyap begitu sahaja. Hanya kedengaran helaan nafas yang panjang.

[ BL ] LOVE FETISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang