32 | FIGY

151 14 0
                                    

"Yang benar saja."

Hanbin menghela napas berat. Ia menatap pada Jiwoong dan Taerae yang sedang asik meminum bir mereka.

Taerae terkekeh tipis, "Selama kau sudah melakukan pendekatan, pasti kau memiliki peluang meyakinkan, Kak. Percaya dirilah."

"Tetap saja. Aku harus membuat momen ini menjadi spesial untuk Kak Jimin," dengus Hanbin dengan kepala yang sudah Ia letakkan di meja.

"Kau bisa mengajaknya makan malam romantis, pergi ke Sungai Han, melihat matahari terbenam di pantai, atau lainnya," Jiwoong ikut angkat suara, "Banyak hal yang bisa kau lakukan."

"Kalau kau sendiri melakukan yang mana, Kak?" tanya si pria Kim sembari menoleh pada Jiwoong.

Yang tertua mengangkat wajahnya untuk sesaat, lantas menjawab pertanyaan Taerae, "Aku menyatakan perasaanku pada Sakura di pasar malam."

"Nah, jangan lakukan itu, Kak. Atau kau akan berakhir diselingkuhi seperti dirinya."

"Taerae, brengsek."

Lagi-lagi Hanbin hanya bisa mengusap kepalanya pening. Sepertinya bertanya pada dua manusia di hadapannya ini tak memberinya sedikitpun pencerahan. Sekali lagi, pria itu membuang napas berat, lantas menenggak bir yang ada di kalengnya.

"Kak Jimin suka yang seperti apa, ya..."

Taerae berdeham sejenak, lantas mengusap wajahnya yang sudah memerah akibat alkohol, "Begini. Aku dan Chaehyun bersahabat sudah sangat lama. Dan aku sudah sangat memahami karakteristik gadis tersebut. Mungkin sebagai sesama mahasiswi di fakultas kedokteran, ada kesamaan yang timbul di antara keduanya, 'kan?"

Mata si pria Sung menatap ke arah Taerae. Ia mengangguk, tanda permintaan pada pria tersebut untuk melanjutkan kalimatnya.

"Menurut pengamatanku, Ia menyukai hal yang sederhana, namun memiliki makna kompleks. Ia tidak senang dengan hal yang terlihat rumit dan sulit. Dirinya lebih memilih untuk menonton televisi yang sudah ada di dalam siaran ketimbang harus menonton youtube yang harus kita cari siarannya terlebih dahulu. Namun, sekalipun Ia menyukai hal yang sederhana, Ia tidak suka dengan hal yang tidak memiliki makna mendalam."

Pria Kim itu melanjutkan, "Memang sulit dipahami. Tapi, sedikit demi sedikit, aku mulai paham dengan jalan pikirnya. Ia lebih memilih untuk memahami hal yang terlihat sederhana, tapi berisi arti majemuk di dalamnya. Sebaliknya, hal yang terlihat rumit namun kosong sangat amat dijauhinya."

"Selain itu, Ia lebih memilih untuk melakukan kegiatan dalam waktu yang selama mungkin. Bukan dalam artian negatif, tujuan utamanya adalah menikmati kesenangannya sampai Ia puas," sambung Taerae, "Chaehyun selalu bilang bahwa Ia tidak tahu apakah Ia bisa melakukan hal yang Ia sukai besok, lusa, atau waktu yang akan datang."

"Ia tidak suka diburu-buru. Semua harus dilakukan dengan detail, tepat, dan secara mendalam."

"Ah, dan satu hal yang paling penting," Taerae menatap Hanbin dengan dalam, "Waktu optimal mereka untuk berbicara dan meluangkan perasaan adalah saat dini hari. Waktu ketika mereka memutuskan untuk menyudahi pekerjaannya sebagai mahasiswi di fakultas kedokteran."

"Mengerjakan tugas sampai dini hari..." lirih Jiwoong keheranan, "Kalau aku pasti sudah tidur di meja belajar..."

Taerae berdecak sebelum menatap remeh pada si sulung, "Pilihan tepat untukmu tidak memilih di fakultas kedokteran."

"Lebih ke arah tidak mampu, Tae," kekehnya merendahkan diri sendiri.

Sementara keduanya asik tertawa, Hanbin justru terdiam dalam lamunannya. Kata-kata Taerae Ia coba cerna dengan matang. Tentu saja Hanbin memiliki pengamatannya sendiri tentang gadis bernama Yoo Jimin tersebut, dan entah kebetulan atau bukan, apa yang Taerae sampaikan sebelumnya terasa cocok dengan kepribadian gadis Yoo itu.

Bon Voyage || ℤ𝔹𝟙-𝕂𝕖𝕡𝟙𝕖𝕣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang