"Sedang apa?"
Youngeun menoleh pada sumber suara. Tentu saja itu Bahiyyih, gadis itu berjalan mendekatinya yang sedang berbaring tengkurap di kasur dengan ponselnya.
Ia menggeleng, "Tidak. Hanya melihat pesan."
Bahiyyih mengangguk-anggukkan kepalanya. Gadis Huening itu mengambil tempat di sebelah Youngeun, "Nyong, aku mau tanya, boleh?"
"Tanyakan saja," jawabnya acuh.
"Apa yang kau sukai dari Seungeon?"
Mata Youngeun sukses membulat. Ia menoleh pada Bahiyyih dan bertanya balik, "A-Apa maksudmu?"
"Kau menyukai Seungeon, 'kan?" tanya Bahiyyih sekali lagi, "Apa yang kau sukai darinya?"
Youngeun terdiam sejenak. Gadis itu menghela napas dan menjawab, "Dia baik."
"Dia sangat peduli dan perhatian. Dia selalu ada saat aku mengalami masalah. Dia selalu berhasil menenangkanku saat aku merasa takut dan gelisah," lanjutnya, "Dia selalu memberiku kenyamanan, Hiyyih."
Bahiyyih meraih tangan Youngeun, "Nyong, tapi kau sadar, 'kan? Kau bukan satu-satunya yang menerima itu."
"Aku tahu, Hiyyih," angguk Youngeun, "Aku tahu."
"Dan kau tidak masalah?" Bahiyyih menatap dalam mata Youngeun.
Gadis itu terdiam sejenak dan menggeleng, "Aku bukan siapa-siapanya. Aku tidak berhak untuk merasa bermasalah."
"Nyong..." Bahiyyih menyingkirkan anak rambut Youngeun, "Kamu tidak lelah? Merasakan sakit seperti itu setiap saat?"
"Lelah, aku lelah..." jawab Youngeun dengan lemah, "Tapi aku tak bisa melepaskan Seungeon begitu saja, Hiyyih..."
"Nyong, jika memang Seungeon sangat berarti bagimu, dan kau tidak bisa melepaskannya, maka kau harus bisa menerima kenyataan bahwa Ia hanya menganggapmu sebagai teman," ucap Bahiyyih dengan lembut, "Teman. Tidak lebih. Kita semua tahu itu, Nyong."
"Aku tahu..." gadis Seo itu mengangguk lemah, "Aku tahu... Tapi... Aku tidak mau menerima kenyataan itu..."
"Aku berharap lebih... Selalu berharap bahwa Seungeon hanya akan memberikan perlakuan manisnya padaku... Di mana Ia tidak menghiraukan Minji ataupun Yoona sama sekali..." tangis Youngeun pecah dalam pelukan Bahiyyih, "Aku selalu berharap seperti itu, Hiyyih..."
"Tapi, nyatanya tidak, 'kan?" pertanyaan Bahiyyih hanya bisa dijawab dengan anggukan lemah oleh Youngeun.
"Nyong, berhentilah menyakiti diri sendiri," lirih Bahiyyih, "Kau sudah sangat terluka selama ini. Kau seperti dipermainkan olehnya."
"Aku tahu.. Aku tahu.." Youngeun mengeratkan pelukannya pada Bahiyyih.
Tak lama, pintu kembali terbuka. Kedua gadis di dalam sana melihat ke arah pintu. Hikaru ada di ujung sana sembari membawa nampan berisi tiga gelas teh yang sudah dibuat Yujin.
Keduanya saling berpandangan. Melihat mata bengkak Youngeun, Hikaru tak kuasa menahan air matanya.
"Lihat, 'kan!? Aku tidak suka kau menangis karenanya, Nyong! Kau membuatku jadi ingin menangis juga!" seru Hikaru sembari mencucurkan air matanya.
Bahiyyih menatap panik pada Hikaru, "Hei, hei, jangan menangis dulu! Taruh dulu di meja! Nanti pecah!"
"Karu.." rengek Youngeun sembari merentangkan tangan pada Hikaru.
"Nyong..." Hikaru ikut melangkah mendekat.
Melihat keadaan semakin genting, Bahiyyih langsung melepaskan pelukan Youngeun dan melompat ke arah Hikaru. Untung saja Ia tepat waktu dan berhasil meraih nampan berisi tiga gelas kaca tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bon Voyage || ℤ𝔹𝟙-𝕂𝕖𝕡𝟙𝕖𝕣
Fanfic𝐙𝐞𝐫𝐨𝐛𝐚𝐬𝐞𝐨𝐧𝐞, 𝐊𝐞𝐩𝟏𝐞𝐫, 𝐟𝐭. 𝐎𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬 • • • "𝑫𝒂𝒓𝒊 𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒊𝒏𝒊, 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒉𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒖𝒕𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒚𝒂𝒌𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏𝒌𝒖. 𝑷𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒎𝒖𝒅𝒂𝒉, 𝒏𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃�...