Cahaya silau menusuk pandangan Hanbin saat kelopak matanya diangkat. Matanya mengerjap-ngerjap, berusaha menyesuaikan netranya dengan kondisi di sekitarnya. Tubuhnya ikut bergerak untuk bangkit, tapi memang masih terasa sulit.
"Jangan dipaksa jika masih pusing."
Sebuah suara menginterupsi kegiatannya. Hanbin mengenali suara itu, dan Ia menurutinya. Sepertinya Ia memang masih harus mengistirahat tubuhnya.
"Kak Hao..." lirihnya, "Aku di rumah sakit?"
"Menurutmu saja," balas ZhangHao. Pria itu menaikkan selimut Hanbin, membuat sang adik merasa lebih nyaman setelah mendapatkan kehangatan lebih banyak di ruangan dingin ini.
"Aku sudah bosan dengan rumah sakit. Kenapa kalian senang sekali masuk ke rumah sakit?" cibir pria China itu, "Lebih baik kau cepat sembuh agar aku tak berlama-lama di gedung berbau kimia ini. Bisa-bisa aku menjadi dokter sekalian."
"Berisik, ah," tukas Hanbin dengan mata terpejam, "Ikut merawat orang di kamar lain saja jika bosan."
"Kau benar-benar menyebalkan," ZhangHao mendengus sebal, lantas mulai meraih apel untuk Ia kupas, "Aku juga bosan mengupas apel di rumah sakit. Ah, yang benar saja."
Hanbin terkekeh, cukup gemas dengan ocehan yang pria itu lontarkan tanpa beban. Ia mulai membuka matanya, berusaha menangkap wajah ZhangHao di pandangannya.
"Kak.." undang Hanbin, "Yang lain tahu... soal diriku...?"
ZhangHao diam, tak berniat membalas kalimat Hanbin. Setidaknya itu yang Ia pikirkan sampai akhirnya hatinya tergelitik, sebal dengan kedunguan Hanbin yang semakin terasa akhir-akhir ini.
"Kau pikir kami apa? Anggota keluarga kami tidak ada di rumah dan tidak memberi kabar. Kami diam saja? Kami tidak mencarimu?" omelnya panjang lebar, "Kami semua tahu kabarmu dari Chaehyun. Ia yang membawamu ke rumah sakit."
"Tapi, kami tidak tahu apa yang menyebabkanmu babak belur seperti ini," sambung ZhangHao sembari menyodorkan sepotong apel, "Jika kamu tidak ingin menceritakannya, tidak usah diceritakan. Kami tidak ingin kau membuka lukamu. Dengan kau bisa sembuh secepat mungkin, kami sudah sangat bersyukur."
Hanbin mengunyah dengan sudah payah, mengingat bahwa wajahnya juga lebam dan bengkak akibat kejadian kemarin. Ia tersenyum kecil, "Akan kuceritakan, kok. Tapi, nanti, ya. Pipiku masih sakit."
"Cih, bodoh," ZhangHao hanya mendecih, namun tetap tersenyum gemas dengan tingkah adiknya tersebut.
Keduanya berbincang ringan sembari menikmati potongan-potongan apel yang ZhangHao siapkan. Tiba-tiba, suara pintu menjeda aktivitas keduanya. Mereka menoleh ke sumber suara, mendapati pintu ruang rawat Hanbin dibuka.
"Chaehyun," sapa ZhangHao sembari tersenyum, "Kau datang."
"Aku membawa donat," ujar gadis tersebut sembari mengangkat kantung plastik di tangannya.
Segera Ia bergabung dengan ZhangHao dan Hanbin, mendudukkan diri di sebelah sang pria China untuk berbicara dengan keduanya.
"Diagnosa Kak Hanbin cukup parah. Tulang keringnya retak, dan beberapa bagian tubuhnya mengalami trauma," jelas Chaehyun, "Om Yoo benar-benar tidak main-main."
Hanbin menghela napasnya, "Pantas saja kaki kiriku sangat nyeri."
"Om Yoo?" ZhangHao menoleh heran, "Yoo... bukannya marga Jimin..?"
Gadis Kim itu terdiam, terkejut tentang fakta bahwa ZhangHao belum mengetahui apa-apa soal ini. Ia pikir Hanbin sudah bercerai tentang hubungannya dan Jimin, ternyata belum sama sekali.
Chaehyun melirik bingung ke Hanbin, tidak tahu harus berbuat apa. Pria itu hanya tersenyum, "Katakan saja semuanya, Chae. Kak Hao memang belum tahu, tapi aku tidak masalah jika Ia tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bon Voyage || ℤ𝔹𝟙-𝕂𝕖𝕡𝟙𝕖𝕣
Фанфик𝐙𝐞𝐫𝐨𝐛𝐚𝐬𝐞𝐨𝐧𝐞, 𝐊𝐞𝐩𝟏𝐞𝐫, 𝐟𝐭. 𝐎𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬 • • • "𝑫𝒂𝒓𝒊 𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒊𝒏𝒊, 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒉𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒖𝒕𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒚𝒂𝒌𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏𝒌𝒖. 𝑷𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒎𝒖𝒅𝒂𝒉, 𝒏𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃�...