"Kau yakin?"
Sang gadis mengangguk antusias, "Tentu saja! Aku pasti akan memenangkan lomba ini!"
"Aku yakin kau akan memenangkan lomba ini," Taerae mengusak surai kekasihnya lembut, "Tapi, ini cukup jauh. Memangnya kau boleh pergi ke sana?"
Haewon terlihat mengulum bibirnya, "Tidak tahu juga, sih..."
"Kita cari lomba yang lebih dekat saja, ya?" bujuk pria Kim itu dengan lembut, "Aku akan membantumu mencari lomba lain."
Haewon mengerucutkan bibirnya, "Tapi... Penyelenggaranya bergengsi, Kak... Aku pasti bisa memenuhi target Pak Huh jika menjuarainya..."
"Kau mengincar target itu?" tanya sang pria.
Haewon mengangguk, "Tentu saja! Kapan lagi kita bisa dibebas tugaskan dari projek-projek dan praktik hanya dengan mengumpulkan prestasi?"
"Hahaha, padahal ada kenikmatan tersendiri saat kau menyelesaikan sebuah projek tahu," kekeh Taerae.
"Aku akan menyetujuinya, kalau orang tuamu mengizinkan, Hae," tegasnya sekali lagi, "Kau minta izin dulu saja pada mereka."
"Iya, iya," dengus Haewon.
Taerae terkikik dan mencubit hidung kekasihnya, "Sudah, nanti aku bantu bicara. Sekarang, habiskan eskrimnya."
Seketika, senyuman Haewon kembali mengembang. Gadia itu mengangguk dan tersenyum, "Terima kasih, Kak Tae!"
Akhirnya, gadis Oh itu melanjutkan kegiatan makan eskrimnya dengan damai. Taerae yang tidak terlalu bisa berkompromi dengan minuman dan makanan dingin itu hanya memandangi kekasihnya dengan damai.
Tiba-tiba, kegiatannya terganggu oleh ponselnya yang bergetar di atas meja. Segera Taerae raih ponsel miliknya dan dilihat siapa yang menelponnya. Jiwoong rupanya.
"Halo, Kak, ada apa?" tanya Taerae tepat setelah meletakkan ponselnya di samping telinga.
"......."
"Iya, aku masih di luar."
"........"
"Ah, oke, oke. Akan kubelikan nanti," angguk Taerae tanpa sepengetahuan sang penelpon pastinya.
"........."
"Sama-sama. Sampai jumpa," tepat setelah percakapan diakhiri, Taerae memutus sambungan.
Haewon menoleh pada kekasihnya, "Siapa, Kak?"
"Ah, Kak Jiwoong," jawabnya, "Ia menitipkan bahan-bahan rumah."
Yang dijawab pun mengangguk-anggukkan kepalanya, "Kalian tinggal bersembilan di dalam satu rumah, ya?"
"Begitulah," Taerae tersenyum sebagai balasan.
"Bagaimana rasanya?"
Pria itu nampak berpikir sejenak, "Rasanya.. seperti saat kita mengalami masa orientasi mahasiswa."
"Aku merasa bahwa aku menemukan fakta baru tentang mereka setiap harinya," sambungnya, "Dan aku suka perasaan itu."
"Kalian pernah bertengkar?" gadis itu kembali bertanya seraya menumpu dagu dengan tangannya.
"Tentu saja," kekeh Taerae, mengingat pertengkaran konyol antara Gyuvin dan Gunwook, "Bahkan sampai masuk ke dalam adegan hajar-menghajar."
"Astaga..." lirih Haewon tak habis pikir, "Itu kakak atau bukan?"
"Bukan, lah!" bantah pria Kim itu yakin, "Aku tidak suka berkelahi, tahu. Aku suka damai. Jadi, tidak mungkin aku mengajak orang berkelahi."
Sang gadis mencibir sinis, "Payah sekali. Kalau aku berada dalam bahaya, kau tidak akan membantuku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bon Voyage || ℤ𝔹𝟙-𝕂𝕖𝕡𝟙𝕖𝕣
أدب الهواة𝐙𝐞𝐫𝐨𝐛𝐚𝐬𝐞𝐨𝐧𝐞, 𝐊𝐞𝐩𝟏𝐞𝐫, 𝐟𝐭. 𝐎𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬 • • • "𝑫𝒂𝒓𝒊 𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒊𝒏𝒊, 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒉𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒖𝒕𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒚𝒂𝒌𝒊𝒏𝒌𝒂𝒏𝒌𝒖. 𝑷𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒎𝒖𝒅𝒂𝒉, 𝒏𝒂𝒎𝒖𝒏 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃�...