13 | First Half, Have You Ever Broke Up?

212 24 2
                                    

"Selamat malam," Jiwoong terkekeh sembari tersenyum hangat pada gadis yang baru masuk ke dalam mobilnya, "Bagaimana kabarmu, Sayang?"

Gadis tersebut tersenyum tipis, "Aku baik. Kalau kau?"

"Sebenarnya sedikit buruk," jawab pria Kim itu, "Tapi, melihatmu membuatku sangat baik sekarang."

"Kau menggelikan," kekeh sang kekasih sembari menatap ke depan.

"Kau lapar? Pasti pekerjaan kantormu sangat melelahkan," tanya Jiwoong sembari menyalakan mesin mobilnya.

"Hanya berbeda divisi, tidak seperti berbeda kantor. Kantorku juga kantormu."

Jiwoong mencubit pipi kekasihnya gemas, "Makanya aku tahu."

"Dasar aneh," Sakura tersenyum kecil.

"Jadi, mau makan malam bersama?" tanya Jiwoong sekali lagi.

Sakura menghela napas dan menggeleng. Ia tersenyum pada Jiwoong dan menjawab, "Aku sepertinya terlalu lelah. Kita pulang saja, ya?"

"Baiklah. Laksanakan, kapten," jawab Jiwoong dengan tegas. Yah, walaupun Ia sedikit kecewa, namun kekasihnya mungkin sangat lelah. Segera Ia menginjak pedal gas, dan membawa kendaraannya melaju ke rumah Sakura yang biasa Ia kunjungi.

Selamat perjalanan pun Ia melirik terus ke arah Sakura. Terlihat gadis itu beberapa kali menghela napasnya berat, dan ketika Ia bertanya selalu dijawab dengan 'Aku tidak apa-apa', 'Jangan khawatir', 'Aku hanya perlu istirahat'.

Tak butuh waktu lama untuknya bisa sampai di rumah Sakura. Segera Ia turun dan membukakan pintu untuk kekaaihnya.

Sakura turun dan tersenyum sekilas pasanya, "Terima kasih, ya, Jiwoong."

"Tak masalah," jawabnya dengan senang, "Ah, aku sudah membeli tiket bioskop untuk akhir pekan. Setelah jam pulang kerja, mau menonton—"

"Tidak perlu, Jiwoong," tolak Sakura tanpa membiarkan Jiwoong menyelesaikan kalimatnya, "Kau tidak perlu mengajakku lagi."

Jiwoong tersentak. Ia menenggak ludahnya, "Eh? Maksudnya?"

"Jiwoong," Sakura meraih kedua tangan besar itu dan menggenggamnya. Netra indah gadis cantik itu menatap dalam pada milik Jiwoong, dan perlahan bibir ranumnya mulai terbuka untuk mengucapkan sebuah kalimat.

"Kita putus saja, ya?"

:—•—:

"KAK JIWOONG! BANGUN!"

ZhangHao berdeham sekali lagi dan berseru untuk yang terakhir kalinya, "KAK JIWOONG!!!!!"

"Aku masih ingin tidur, Hao," balas Jiwoong dengan suara paraunya.

"Kau gila, ya? Memangnya tidak bekerja? Sudah jam berapa ini?" tanya ZhangHao sembari melipat tangannya di depan dada, "Apa perlu kusiram air?"

"Kak Hao," Hanbin muncul dari balik pintu, "Belum bangun?"

Pria Zhang itu pun menggeleng, "Susah sekali. Ia sudah menjadi babi, sepertinya."

"Ya sudah, kau sarapan dulu saja. Aku yang akan membangunkannya," perintah Hanbin yang akhirnya diangguki oleh ZhangHao. Keduanya pun bertukar peran, menjadikan Hanbin ada di dalam ruangan ini dengan pria Kim yang masih memejamkan matanya.

"Kak Jiwoong, kau ada masalah? Tidak biasanya kau seperti ini," tanya Hanbin sembari membalikkan tubuh Jiwoong menghadap ke atas. Segera Ia letakkan punggung tangannya di atas dahi pria itu, "Tidak sakit, kok."

"Tubuhku memang tidak sakit, Bin," Jiwoong tiba-tiba menjawab, "Tapi hatiku sakit."

Hanbin bergidik mendengar kalimat tersebut, "Apa yang terjadi, sih, Kak?"

Bon Voyage || ℤ𝔹𝟙-𝕂𝕖𝕡𝟙𝕖𝕣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang