3 | Fille

231 21 1
                                    

"Pancake? Tidak, terlalu membosankan."

"Pie susu? Ah, yang benar saja. Membuat kue saja gosong."

"Kalau begitu, bagaimana—"

"HIKARU CEPAT BANTU AKU!!"

Hikaru berdecak, "Ih, aku sedang mencari resep rekomendasi untuk dimasak!"

"Tidak ada yang akan memasak rekomendasi darimu! Terakhir kali kau merekomendasikan roti tahu yang rasanya seperti kedelai basi!"

"ISH! ITU ENAK!" bantahnya tidak terima.

Yeseo yang di sebelahnya menggigit jajanan sembari menggeleng, "Tidak. Bahkan kedelai basi masih lebih baik."

"Ah! Kau dan Kak Xiaoting sama saja," dengusnya sembari menjulurkan lidah.

Segera gadis itu berdiri dan menghampiri yang mengundang namanya di dapur. Dapat dilihat, Xiaoting dan Bahiyyih sedang berkutat dengan adonan dan peralatan masak.

"Baiklah. Kita akan membuat souffle pancake sejumlah delapan belas, 'kan?" tanya Bahiyyih memastikan.

"Itu saja. Itu paling mudah," jawab Xiaoting.

Hikaru menengadahkan kepalanya, "Tapi, apakah itu akan cukup? Maksudku, pasti mereka membuat banyak makanan. Tidak enak jika kita hanya membawa sedikit."

"Aku sudah memikirkan itu, dan aku pun sudah mengumpulkan resep-resep yang mungkin untuk kita buat. Ada cheesecake, chiffon cake, chocobites, biskuit panggang, ku—"

"CUKUP! KITA HANYA AKAN MAKAN MALAM DENGAN TETANGGA, BUKAN PESTA PEMBUKAAN TOKO KUE!" Xiaoting menghentikan keduanya dari argumen yang membuatnya panik.

"Sudah jangan ribut. Kak Hiyyih buatkan saja untukku," Yeseo datang dari ruang tamu, berniat mengambil susu yang sudah dibuat Yujin padanya sebelum pergi tadi.

"Tidak! Pemborosan tepung! Kan bisa kita gunakan untuk membuat makanan lainnya!" larang Xiaoting sembari berkacak pinggang. Melihat gadis kecil itu menenggak minumannya, Ia pun mengernyit, "Sore-sore begini kau minum susu?"

"Aku minum susu tidak terpaku waktu. Kalau aku ingin minum, aku akan minum," jawab Yeseo dengan sisa susu di atas bibirnya, "Lagipula Kak Yujin sudah membuatnya. Sayang jika tidak diminum."

"Ah, berbicara soal tepung, aku baru ingat tepung kita habis. Bisakah kau membelikannya, Karu?" Bahiyyih menoleh pada si gadis Jepang.

Hikaru menggenggeleng, "Aku belum menyelesaikan tugas Pak Choi. Kak Xiaoting saja."

"Aku membeli buku saja salah. Aku tidak ahli membeli barang," geleng Xiaoting.

Tak punya bahan lemparan lain, ketiganya menoleh pada sang bungsu, membuat yang ditatap mendengus jengah.

"Aku sudah menebak hal ini akan terjadi. Cepat, mana uangnya. Aku sudah mengantuk, mau tidur," Yeseo berucap pasrah sembari menyodorkan tangan kanannya.

Gadis Huening itu tersenyum dan mendekati Yeseo, "Ini. Katakan saja tepung rendah protein, cari yang bungkusnya berwarna biru."

"Baiklah~"

"Terima kasih, adik kecil," Bahiyyih mencubit gemas pipi Yeseo, membuat sang pemilik kesakitan.

Dengan malas, Yeseo berjalan ke kamar untuk mengambil jaketnya, dan segera pergi dari rumah tersebut. Untung saja jarak rumah dan minimarket terdekat tidak begitu jauh. Tentunya Yeseo akan menolak permintaan kakaknya mentah-mentah jika hal itu terjadi.

"Punya adik... rasanya seperti apa, ya?" gumamnya, "Apa aku bisa memerintahnya? Apa aku bisa menugaskan tugasku padanya?"

"Hah, tapi aku 'kan memang tidak bisa masak. Jadi, daripada aku tidak melakukan apapun, lebih baik aku membeli bahan," bantah Yeseo pada dirinya sendiri. Ia tersenyum dan mengangguk, "Benar. Jadilah adik yang baik."

Bon Voyage || ℤ𝔹𝟙-𝕂𝕖𝕡𝟙𝕖𝕣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang