25

661 56 5
                                    


*****

Luhan menatap Chanyeol kaget. "Apa? Kau ingin bertemu dengan Martha lagi? Tapi untuk apa?"

Mereka berada di apartement Luhan, duduk di sofa ruang tengah.

"Dia pergi menemui Baekhyun diam-diam, aku harus tahu alasannya."

"Mungkin karena dia merindukan Baekhyun, bukankah mereka kenal dekat dulu?"

"Iya, tapi yang aku tahu Martha sangat peduli pada Baekhyun dan aku sudah memberitahunya tentang penyakit Baekhyun. Seharusnya dia tidak menemui Baekhyun kecuali dia ingin menyampaikan sesuatu."

"Apa maksudmu dia berniat memberitahu Baekhyun tentang alasan Chanwoo hyung meninggal?"

"Tidak, bukan itu. Aku merasa ada sesuatu yang belum dia ceritakan padaku." 

Luhan menghela napas panjang seraya mengusap bahu Chanyeol. "Apapun itu tidak ada yang lebih mengejutkan daripada kabar Baekhyun yang membunuh Chanwoo hyung. Kau tahu itu kan?"

"Aku tahu, tapi tetap saja aku harus menemui Martha."

Luhan menggigit bibir bawahnya. "Apa kau tidak percaya pada ucapannya?"

"Ini bukan tentang aku percaya atau tidak pada ucapannya. Intinya aku harus bertemu dengannya lagi." Chanyeol menatap Luhan serius.

"B-baiklah.. aku akan menghubungi Damian."

Mendengar itu, tiba-tiba Chanyeol merasa bersalah, untuk menemui Martha Luhan harus meminta bantuan pada Damian. Itu berarti Luhan harus berhadapan dengan lelaki brengsek itu lagi.

"Maaf... seharusnya aku tidak memaksamu." ucap Chanyeol seraya mengusap wajahnya sendiri dengan kasar.

"Tidak, aku tidak apa-apa."

"Kau yang memintaku untuk jangan percaya begitu saja pada wanita itu sebelum ucapannya terbukti dan hasil DNA sudah keluar menguatkan kesaksiannya. Tapi itu belum cukup, aku harus membuat Baekhyun mengingat lagi."

"Kau serius mau mengembalikan ingatan Baekhyun? Bukankah lebih baik dia lupa, itu bukan ingatan yang baik untuk diingat."

"Aku tahu, aku juga berpikir seperti itu.. Tapi ini semua keinginan Baekhyun. Dia sudah mendengar rekaman Chanwoo hyung, dan sekarang dia semakin ingin mengingat semuanya."

"A-apa?!" Luhan terkejut ditempatnya dengan bahu tegang.

"Ada apa, Lu?"

"T-tidak.. aku hanya tidak menduga kau akan memberikan rekaman itu pada Baekhyun." jawab Luhan.

"Aku tidak memberikannya, tapi Baekhyun mengambilnya dari studioku. Ah, tidak. Ini salahku, memang benar aku yang memberitahunya duluan tentang rekaman itu karena aku ingin melihat bagaimana reaksinya saat dia mendengar suara hyung. Ini salahku.. aku salah."

Luhan memeluk Chanyeol dari samping, menyandarkan dagunya di pundak yang lebih tinggi.

"Tidak, ini bukan salahmu. Kau hanya mencoba membantunya dan kau sudah melakukan hal yang benar. Jangan menyalahkan dirimu, Chanyeol."

"Kemarin Baekhyun berteriak kesakitan setelah mendengar rekaman hyung." ucap Chanyeol.

"Apa kau khawatir padanya?" tanya Luhan. Chanyeol mengangguk, sekali lagi mengusap wajahnya kasar.

"Dia terlihat sangat menderita, aku tidak ingin melihatnya seperti itu."

Luhan melepas pelukannya dan menatap Chanyeol intens.

"Tapi dia sudah membunuh hyungmu, Chanyeol. Kau tidak boleh melupakan itu. Chanwoo hyung mungkin bersalah karena sudah melakukan tindakan kekerasan pada Baekhyun, dia pantas dihukum atau dipenjara. Bukan dibunuh dan membuat kau tidak bisa bertemu dengan hyungmu lagi." ujar Luhan.

ONCE AGAIN! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang