55

520 44 7
                                    

****

******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
*
*
*

    Matahari terbit adalah sebuah berkat ditengah cuaca yang sangat dingin ini. Hangatnya yang menyelimuti belahan bumi dan sinarnya yang menyadarkan beberapa pria bahwa hari sudah berganti.

Zi melirik jendela dan mendesah berat, tapi dia puas dengan hasil kerja kerasnya dengan yang lain.

Setelah hampir semalaman mengguntingi kain seprai dan akhirnya membalut tubuh Kris dengan kain tersebut.

"Sempurna.. kau bisa dipajang di museum." celetuk Kyungsoo.

"Dia harus mati dulu sebelum bisa dipajang disana." ucap Kai.

"Hooaammhh..." Sehun menguap.

"Pergilah tidur." ucap Zi.

"Tentu saja, kau pikir aku robot? Aku bahkan bolos kuliah lagi hari ini." Sehun berucap sambil berjalan keluar ruangan, ia akan tidur di sofa ruang tengah.

"Sepertinya kita harus memberinya minum sedikit atau dia bisa terkena dehidrasi, aku tahu kita memang ingin balas dendam, tapi bukan berarti kita akan membunuhnya kan?" tanya Kai.

"Aku akan mengurus sisanya, kalian juga sebaiknya pergi tidur." ucap Zi.

"Baiklah.." Kyungsoo keluar dari sana.

"Aku harus pulang." ucap Kai.

"Pergilah, terimakasih sudah membantu. Tapi apa kau mau melakukan sesi denganku?"

"Huh? Apa maksudmu?" tanya Kai dengan wajah tidak terima. Dia masih waras untuk menjadi pasien seorang psikiater.

"Entahlah, instingku tidak pernah salah. Dan aku merasa kau sedikit aneh."

"Jangan bicara sembarangan, aku melakukan checkup selama tiga bulan sekali, aku sehat, dan aku normal!" tekan Kai.

"Tuh kan, kau tidak paham maksudku? Apa karena IQ mu rendah?"

"Kau ada masalah apa denganku? Kenapa kau terus menghinaku?"

"Entahlah... kau lemot." cemooh Zi.

"Setelah mengatakan IQ ku rendah, sekarang kau mengatai aku lemot?"

"Kai, aku tidak bermaksud buruk. Meski kita belum mengenal terlalu lama, tapi aku tahu kau tidak bodoh. Tapi akhir-akhir ini kau seperti orang bodoh, sikapmu seperti bocah polos yang terpaksa datang kesini dan ikut terlibat dengan kami." ujar Zi.

"Aku seperti itu?"

"Lihatlah, lihat wajahmu di cermin. Kau seperti seorang idiot."

"IQ rendah, bodoh, lemot, lalu idiot?" Kai semakin tak percaya.

"Apa kau sedang ada masalah?" tanya Zi.

"Tidak." jawab Kai langsung.

"Kau iya, katakan padaku. Apa ini karena ayahmu? Aku tahu kau pasti bingung karena ayahmu juga terlibat menjadi pelaku dalam masalah ini. Sementara yang menjadi korbannya adalah kekasih sahabatmu, tidak mungkin kau baik-baik saja... kalau aku menjadi dirimu, mungkin aku sudah mengamuk pada ayahku."

ONCE AGAIN! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang