45. Cemburu

13.8K 691 26
                                    

Happy Reading..!

*ੈ✩‧₊˚༺☆༻*ੈ✩‧₊˚

Saat ini, fakultas seni sedang istirahat atau sudah jam pulang jika tidak ada kelas lain. Maura dan Putri ingin ke kantin karena mereka ada kelas Agama abis Dzuhur nanti. Saat hendak keluar kelas, seseorang memanggil Maura.

"Maura..." Yang di panggil pun menoleh.

"Kenapa?" Tanyanya dengan wajah menunduk karena yang memanggil dirinya adalah Varrel.

"Ah... Itu, gue mau tanya tentang pelajaran seni sebelumnya. Tadi lo setuju bantuin gue, 'kan?"

Gadis itu mengangguk, Maura merogoh tasnya lalu mengeluarkan buku catatan dan menyerahkan nya ke Varrel. "Lo salin dulu aja catetan gue, nanti kalo ada yang mau ditanyain baru ke gue."

"Oh, oke." Varrel mengambil buku catetannya, Maura pun pamit undur diri bersama Putri yang sudah menunggu didepan kelas tadi.

"Dia mau ngapain?" Bisik Putri.

"Nanya pelajaran sebelumnya terus gue kasih aja buku catetan." Putri hanya mengangguk saja. Selama di koridor, mereka bertemu dengan Zayn dan kawan-kawan tapi Maura hanya cuek dan tetap melanjutkan langkahnya. Melihat itu, Zayn hanya bisa menatap lesu punggung istrinya yang perlahan-lahan menghilang.

"Gak lo samperin?" Tanya Vano dibalas gelengan oleh Zayn.

"Rooftop aja." Kelimanya pun berjalan ke rooftop untuk mencari udara segar sambil menunggu adzan Dzuhur. Bayangkan saja sepanas apa diatas sana tengah hari teng! Eh... Tapi rooftopnya ada tempat teduh di pinggiran.

Saat sampai atas, mereka langsung berhamburan mencari spot tempat yang pas untuk rebahan atau nyebat. Zayn sudah berhenti merokok sejak 3 tahun silam, sebenernya yang lain disuruh berhenti juga sama Zayn tapi setiap orang berbeda-beda, 'kan? Jadi Zayn hanya bisa membuat teman-temannya tidak terlalu candu dengan rokok, ya... Maxsimal seminggu 3x lah.

"Lo pada tau Tasya dimana?" Tanya Zayn tiba-tiba.

"Kenapa emang?"

"Tasya itu.... Liana."

BRAK.

Barra terjatuh dari tidurannya karena terkejut dengan pernyataan sahabatnya itu. Bukan hanya Barra, tapi semuanya terkejut bukan main. Karena mereka tahu siapa Liana.

Semuanya langsung mengerubungi Zayn. "Lo serius?" Tanya Barra

"Beda loh mukanya," ujar Vano.

"Tau dari mana lo anjir."

Zayn menghembuskan nafasnya dengan kasar, "dia ngaku sendiri waktu dia jebak gue."

"Dan lo percaya?" Tanya Adnan.

Zayn mengangguk ragu, sejujurnya ia tidak terlalu percaya makanya ia menanyakan kabar Tasya agar dirinya bisa bertanya lebih kepada gadis setengah gila itu.

"Bisa aja dia boong, 'kan? Lo tau sendiri, Liana gak senekat itu anjir," ujar Ervan.

"Tapi setiap orang bisa berubah, 'kan?" Skak Zayn membuat teman-temannya langsung diam. Sekarang mereka sedang main lirik-lirik 'kan, haruskah mereka kasih tau kalau Tasya ada di chyber? Atau mereka lebih memilih pura-pura tidak tahu? Tapi cepat atau lambat, Zayn pasti akan tahu juga 'kan?

Setelah bermain telepati-an, semuanya mengangguk tanda setuju. "Kita tau dimana Tasya," ucap Adnan.

"Dimana?"

ZAYRA | PERJODOHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang