Semuanya Berawal Dari Sini

2.4K 115 1
                                    

Pemuda itu tidak lepas memandangi gedung tinggi yang ada di depannya. Dia tidak peduli jika orang-orang disekitarnya menatapnya dengan heran disertai bisikan yang tentu saja si pemuda mengerti, kalau bisikan itu berisikan komentar mengenai penampilannya.

Dari parasnya, pemuda itu mempunyai paras yang rupawan, hanya saja, paras tampannya harus tertutupi oleh luka. Sebuah lebam keunguan di mata kanannya menyebabkan mata indah itu bengkak. Luka robek di sudut bibirnya yang mulai mengering, bibirnya yang ikut sobek entah karena pemuda itu tidak sengaja menggigitnya atau karena pukulan yang keras.

Luka gores yang cukup panjang di keningnya dan masih terdapat darah walaupun dalam keadaan kering. Bibir yang pucat, kantung mata berwarna hitam dan terlihat jelas, bekas air mata di kedua pipi, dan jangan lupakan sebuah kemeja putih yang menutupi tubuhnya begitu kotor dan lusuh. Ada beberapa bercak darah di kemeja putih nan lusuh itu. Celana cokelat panjangnya yang terdapat sobekan di kedua lututnya yang berdarah. Lalu, terakhir, sebuah penutup dari penampilan menyedihkannya hari itu.

Kedua kaki lecetnya yang tidak terlindungi alas kaki.

Pemuda tersebut menelan ludahnya dengan susah payah karena rasa sakit di kerongkongannya yang kering. Jantungnya tidak berhenti bertalu ribut karena rasa gugup dan rasa takut yang ia rasakan secara bersamaan. Tetapi, dia sudah melangkah sejauh ini.

Dia sudah beberapa kali memikirkannya dan sudah mantap dengan keputusan yang ia jadikan sebagai pilihan terakhir di dalam hidupnya yang menyedihkan.

Sebuah pilihan yang mungkin membuat semua orang bahagia.

Kecuali, dia.

Yah, setiap menentukan pilihan di dalam hidup, tentu akan ada risiko yang menyertai bukan?

Dan risiko itu adalah, dia harus merelakan kebahagiaannya sendiri demi kebahagian orang lain.

Tidak, "mereka" bukan orang lain.

"Mereka" adalah sosok yang sangat berharga di dalam hidupnya.

Kehadiran mereka memberikan beribu warna di dalam hidupnya yang segelap kelamnya malam tak berbintang.

Setelah menenangkan diri dengan cara menghirup dan menghembuskan nafas sebanyak tiga kali. Dia pun berjalan memasuki gedung tersebut dengan langkah tertatih.

Gedung tersebut begitu tinggi bagaikan menembus langit, dan ketika dia masuk ke dalamnya, dia disambut oleh dua penjaga gedung yang memiliki tubuh tinggi dan besar namun memiliki senyuman ramah dan hangat bagaikan sentuhan sinar matahari.

Dia yang awalnya gugup dan takut langsung merasa lega ketika dua penjaga itu menyambutnya dengan ramah. Mereka dengan lembut menanyakan tujuan dia datang ke gedung yang baru saja beroperasi kurang lebih sebulan yang lalu.

"S-saya, ingin mengajukan keinginan saya.." ucap pemuda itu terbata dengan suara pelan.

Kepalanya menunduk dalam dan meratapi kakinya yang dipenuhi dengan luka lecet. Ada sesuatu yang menggenang di kedua matanya, rasa sesak yang terus ia usir dari dadanya kembali datang dan berniat ingin memporak porandakan keadaan hatinya yang hancur lebur. Dia menggenggam kuat kemeja lusuhnya untuk menyalurkan rasa sakit tak tertahankan di hati kecilnya yang rapuh. Isakan kecil keluar begitu saja dari bibirnya yang terluka.

Namun, rasa sakit yang menggerogoti hatinya itu berhasil membuat dia kesulitan menghentikan tangisannya sendiri. Dia meraung sambil mencengkram kuat dadanya karena tidak sanggup menghentikan luka yang terus menggoresi hatinya. Kedua pipinya basah, kepalanya yang menunduk perlahan menatapi dua penjaga gedung yang saat ini menatapnya iba. Mereka tidak bisa melakukan apa-apa ketika pemuda malang ini sedang meluapkan rasa sakit yang tidak bisa diwakilkan dengan untaian kata.

"S-saya.., s-sudah t-tidak sanggup. Jadi, bolehkah saya, menggunakan kartu keinginan saya yang sudah kalian berikan waktu itu?" isaknya dan kedua penjaga gedung itu terdiam ketika si pemuda mengeluarkan kartu yang ia maksud.

Kejadian ini adalah kejadian yang langka.

Mereka memang baru beroperasi di negara ini. Tetapi, mereka sudah berkelana disetiap negara dan baru kali ini ada seorang pemuda, menggunakan kartu yang tidak pernah orang gunakan sebelumnya.

Karena, kartu itu adalah, kartu yang sangat mengerikan bagi orang yang menerimanya.

Dan pemuda itu, tanpa ragu, menyerahkan kartu tersebut kepada mereka dan memohon untuk mengabulkan keinginannnya.

Sebesar itukah luka yang didapatkan oleh pemuda tersebut sehingga dia memilih pilihan yang berisiko sebesar ini?

Bersambung

Halo, ini book kedua saya, semoga kalian suka dengan cerita di book kedua saya ini, terima kasih^^

[FF NCT DREAM] EVEN IFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang