25. Bertemu Mereka

274 40 0
                                    

Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat. Ujian kenaikan kelas pun dimulai dan selama itu Donghyuck selalu menghindari Jaemin, Jeno, dan Minhyung. Dia selalu memberikan banyak alasan setiap Jaemin bertanya kapan mereka belajar bersama lagi. Namun, Donghyuck selalu berkata kalau dia mempunyai pekerjaan tambahan sehingga tidak ada waktu untuk mengajari Jaemin.

Donghyuck tahu tindakannya ini semakin memperlambat misinya untuk melaksanakan isi di dalam surat yang diberikan Lee Donghyuck dari masa depan. Namun dia tiba-tiba ragu untuk melanjutkan apa yang tertulis di dalam surat. Dia tetap merasa aneh dengan dirinya sendiri karena mau-mau saja bersahabat dengan mereka bertiga yang bahkan membiarkan Jaemin menyiksa saudaranya sendiri.

Donghyuck menghembuskan nafasnya dengan kuat. Dia harus bertemu dengan Staff 1810. Hari Sabtu kemarin mereka tidak bertemu. Entah kenapa staff kaku itu tidak datang ketika Donghyuck menunggu kedatangannya. Ingin menghubungi tetapi bagaimana caranya Donghyuck menghubungi staff menyebalkan itu?

Donghyuck menggelengkan kepalanya. Dia harus fokus karena hari ini adalah hari pertama ujian.

***

Jaemin tahu kalau Donghyuck menghindarinya. Donghyuck terlihat aneh ketika Jaemin masuk ke dalam kamar setelah mengusir Renjun dari rumah. Ketika Jaemin bertanya dengan Jeno dan Minhyung lewat tatapan matanya namun kedua orang itu hanya diam sambil tersenyum kikuk. Sepertinya, Donghyuck tidak nyaman karena kehadiran Renjun tadi. Itulah yang Jaemin pikirkan saat itu.

"Ternyata kau benar-benar otak udang, Na Jaemin. Dia bukan tidak nyaman karena kehadiran Renjun, tapi dia tidak nyaman karena perlakuanmu terhadap Renjun" jelas Minhyung ketika mereka tidak sengaja bertemu di depan gerbang.

Jaemin mengernyitkan alisnya, "Memangnya apa yang aku lakukan?" tanyanya dan Minhyung berdecak.

"Kau memukuli Renjun kan di luar?" tanya Minhyung dan sekarang Jaemin yang berdecak. Dia mengerti ke mana arah pembicaraan mereka.

"Hari itu aku tidak memukulinya, dia sudah datang dalam keadaan babak belur duluan" jelas Jaemin membuat Minhyung terbelalak kaget.

"Dia di bully?" tanya Minhyung dan Jaemin menjawab dengan hembusan nafas lelah.

"Entahlah" jawab Jaemin, tidak mau menjelaskan lebih jauh pada Minhyung walaupun dia percaya kalau Minhyung bukanlah seseorang yang suka mengumbar rahasia orang lain.

Minhyung mengangguk saja, mengerti kalau Jaemin tidak mau menceritakannya. Minhyung tahu apa yang terjadi dengan dua bersaudara itu begitu pun Jeno. Mereka berdua pun tahu, kalau tindakan Jaemin yang terkadang suka memukul Renjun dan mencaci makinya adalah hal yang salah. Minhyung sudah beberapa kali menasihati Jaemin untuk berhenti melakukannya karena mau bagaimana pun, semua itu bukanlah kesalahan Renjun.

Dia meminta Jaemin untuk memberikan sedikit rasa sayangnya kepada Renjun walaupun rasa benci itu masih ada di hatinya. Minhyung menyuruh Jaemin untuk menerima kehadiran Renjun secara perlahan walaupun tidak semudah itu Jaemin bisa melakukannya.

"Ingat kataku, semua ini bukan salahnya. Dia hanya berada di waktu yang salah. Dia tidak pernah berharap lahir dari hasil perselingkuhan, Jaemin-ah" nasihat Minhyung sebelum akhirnya dia menaiki tangga menuju kelasnya.

Jaemin hanya menghembuskan nafas lelah sembari berjalan menuju kelasnya. Apa yang dikatakan Minhyung memang benar. Namun, ego Jaemin begitu besar sehingga dia tidak bisa menelan bulat-bulat nasihat baik dari temannya itu.

[FF NCT DREAM] EVEN IFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang