Sudah tidak terhitung berapa kali Na Jaemin pindah dari sekolah satu ke sekolah lainnya. Tidak, itu semua bukan karena Na Jaemin adalah seorang berandalan. Justru sebaliknya, Na Jaemin sangat anti dengan yang namanya bully dan dia tidak suka dengan yang namanya pemalakan atau yang berhubungan dengan itu.
Ibarat kata, Na Jaemin adalah pahlawan bagi orang-orang yang tidak punya kuasa melawan si tukang bully di sekolah. Namun, Na Jaemin terlalu malas menjalankan kewajibannya sebagai seorang pelajar. Dalam satu bulan, bisa dihitung dengan jari berapa kali Na Jaemin mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Belum lagi, Na Jaemin suka tidak ikut kelas malam menyebabkan remaja itu terancam tidak naik kelas. Walaupun begitu, Na Jaemin tetap "selamat" dari ancaman tidak naik kelas itu.
Toh, dia berasal dari keluarga mampu. Uang berhasil menyelamatkan Na Jaemin.
Dan kali ini, Na Jaemin mendapati sekolah baru setelah beberapa sekolah menolak Na Jaemin sebagai murid mereka. Beruntung kepala sekolah di sekolah baru Na Jaemin ini adalah teman baik ayahnya sehingga hanya butuh jentikan jari saja Na Jaemin berhasil mendapatkan bangku di sekolah tersebut.
Na Jaemin berharap, dia bisa menjalani hari yang tenang di sekolah barunya. Dia sedang malas menjadi pahlawan bagi murid-murid tertindas di sekolah. Tetapi, Na Jaemin tidak bisa menahan dirinya ketika ia tahu ada beberapa perundungan di sekolah barunya ini. Awalnya, Jaemin abai saja, memilih untuk tidak ikut campur. Terlebih, para perundung itu tidak pernah mencari masalah dengan Jaemin. Mereka juga tidak mau mencari masalah dengan Jaemin yang namanya sudah cukup dikenal dikalangan para perundung.
Dan juga, Na Jaemin berteman dekat dengan Lee Minhyung dan Lee Jeno yang tingkahnya tidak jauh beda dari Jaemin. Mereka berdua adalah penegak keadilan bagi murid-murid korban perundungan. Tetapi, mereka sudah cukup lama rehat karena merasa jenuh seperti yang Jaemin rasakan sebelumnya, yang menyebabkan beberapa perundung itu diam-diam beraksi.
"Hmm, sepertinya, aku dan Jeno sudah cukup lama beristirahat, lihatlah si bajingan Sungwoon dengan pengikuti setianya Choi Sangmin. Mereka berdua bertingkah seperti sekolah ini milik mereka" ucap Minhyung dan berdecih malas ketika melihat Sungwoon sedang merundung salah satu murid penerima beasiswa di sekolah mereka.
Jaemin hanya memperhatikan semua itu dengan diam. Dia seperti Minhyung dan Jeno, hanya menonton Sungwoon beserta dayang-dayang cupunya yang sedang menghabisi murid malang yang sudah terkapar di tanah sambil mengerang kesakitan.
"Haruskah kita bantu?" tanya Jeno yang lama-lama jengah juga melihat tingkah Sungwoon, apa lagi dengan Sangmin, si kaki tangan Sungwoon yang suka berlagak menjadi bos ketika menghadapi manusia yang lebih lemah darinya.
"Tidak perlu" ucap Jaemin lalu dia berdiri dan meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku karena sudah lama tidak ia "gerakkan".
"Biar aku saja yang membantu."
***
Pada awalnya, semua murid kebingungan ketika melihat Na Jaemin semudah itu akrab dengan Lee Minhyung dan Lee Jeno. Si duo yang suka menindas para perundung ketika sedang beraksi.
Semua orang tentu mengenal Lee Minhyung dan Lee Jeno.
Lee Minhyung yang menjabat sebagai wakil ketua osis dan begitu aktif di klub Bahasa Inggris. Laki-laki berusia 17 tahun itu selalu mengikuti lomba debat Bahasa Inggris dan beberapa kali membawa pulang piala ke sekolah.
Lee Jeno yang merupakan murid terpintar setelah Lee Donghyuck, dia merupakan anggota osis juga dan menjabat sebagai bendahara. Karena ketampanan seorang Lee Jeno, dia selalu dijadikan model untuk poster sekolah yang tertempel di mana mana termasuk di mading.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] EVEN IF
FanfictionHal pertama yang dia ketahui ketika dia tersadar dari tidur panjangnya adalah, persahabatan mereka telah hancur. Dia tidak tahu kesalahan apa yang menyebabkan persahabatan mereka retak seperti ini dan tidak bisa dia perbaiki lagi. Persahabatan yang...