hal-2

23 1 0
                                    

Fathur berjalan keluar dari UKS dengan ekspresi kagetnya menggelengkan kepala, tidak menyangka.
"Nggak mungkin kan Ziah? Hah, yahh pasti bukan. Sudahlah, Lupain aja Fathur."

Saat melewati  tampak siswa-siswi perempuan dan laki-laki kelas 12 duduk membicarakan kejadian hari ini.

"Gue rasa pelakunya punya dendam sama Bapak penjaga sekolah sampai dibunuh gitu"

"Hii ngeri banget!"

"Iyah, gila sih masa perutnya ditusuk sama dua pisau. Parah nih pelakunya  Psycopat."

Segera Fathur  mengalihkan pandangan, berjalan cepat. tidak ingin mendengar lebih lanjut percakapan mereka.

Fathur melihat ada banyak di antara kelas 10 yang ketakutan hingga memegang tasnya di depan kelas. Bersiap pulang.

"Gue pokoknya mau pindah sekolah!"

Perkataan dari salah satu mereka yang tampak ketakutan. Berita ini memang membuat gempar seluruh warga sekolah dan panik.

"Padahal baru aja gue masuk kelas 11"

Fathur menghela napas merasa tidak menyangka di kelas 11 pelajaran olahraga di hari pertama sekolahnya mendapatkan masalah rumit dan menyeramkan.

Padahal dia dan teman kelas baru saja berebut posisi tempat duduk yang sesuai keinginan. "Pasti habis kejadian ini bakal pindah kelas."

Fathur berhenti di depan kelasnya, terdapat garis kuning yang diberi tanda polisi. Dirinya juga melihat tas-tas yang ditumpuk di luar kelas.

Fathur mendapati bersilewaran beberapa teman kelasnya bergegas mengambil tas masing-masing dan seragam putih di atas tas tersebut.

Teman kelas Fathur  membatalkan keinginan untuk berganti pakaian.  Fathur  melihat seragam putih abu-abunya dengan name tag namanya terjatuh ke lantai karena tidak sengaja tersenggol temannya lantas memungutnya.

"ishh, jadi kotor kan. " tangannya dengan kesal memungut seragamnya, kemudian menyibaknya  beberapa kali.

Kemudian Fathur yang mau mengambil ranselnya. Langkah bergerak mundur, saat tiba-tiba banyak teman-temannya yang berdesakan mengambil ransel di dekatnya. Hingga terpaksa menahan sabar, karena tidak ada yang mau mengalah.

Setelah beberapa dari mereka pada pergi. Fathur akhirnya dapat mengambil ranselnya dengan leluasa.

Lalu melipat seragam tersebut dan memasukkan
ke dalam tas. Kemudian berjalan pelan sambil memperhatikan sekeliling. "Di mana yah Farhan?"

"Hei kamu, tunggu." Langkah Fathur terhenti saat melihat seorang polisi berlari  dari arah depan menghampirinya dengan membawa buku catatan kecil.

"Saya dengar, kamu yang pertama kali bertemu dengan jasad korban yang tewas di kelas. Bisa bicara sebentar?"

Fathur mengangguk mengikuti polisi yang tampak muda, namun polisi lelaki tersebut mengenakan  kemeja biru muda polos dengan doubel kaus putih di dalamnya.

Polisi itu menggunakan kalung identitas polisi. Fathur berjalan mengikuti polisi tersebut hingga di dalam ruang OSIS. Di dalamnya juga terdapat polisi lain dengan seragam lengkapnya dan topi.

" Apakah kamu kenal dengan bapak penjaga sekolah?" tanya Pak polisi tampan itu dengan pelan.

Fathur mengangguk sekali dengan sedikit gugup, "Saya kenal Pak, dia salah satu Omnya Farhan, teman saya."

"Saat kamu pertama kali tiba duluan di kelas, apa kamu melihat siswa lain sebelum kamu atau kamu sempat melihat pelaku yang melarikan diri saat di tkp tersebut?"

Fathur menggeleng, tidak melihat siapa pun di dalam kelasnya atau seorang sebelum dia.

"Saya  tidak melihat siapa pun sebelum saya di area kelas. saya sampai di sana kemudian disusul dengan Farhan."

"Olahraga apa yang di ajarkan guru ketika di lapangan tadi?"

" Kami kelas sebelas IPA 2 melakukan pelajaran olahraga lempar lembing untuk penilaian ulangan harian, Pak."

"Apakah kamu melihat teman-teman sekelasmu yang sempat meninggalkan lapangan, misalnya meminta izin ke guru untuk pergi kelas atau ke toilet sebentar?"

"Saya tidak melihat teman-teman sekelas saya yang meninggalkan lapangan. Karena guru olahraga kami Pak Geral melarang kita semua ke kelas sebelum pengambilan nilai ulangan harian selesai."

"Makannya ada beberapa teman saya yang menahan pipis," lanjut Fathur

"Bisa ceritakan detail bagaimana kamu sama Farhan bisa sampai lebih dulu ke kelas?"

"Karena praktek ulangan harian makanya pelajaran olahraga kami sedikit lebih cepat, yang tadinya sampai satu jam jadi selesai setengah jam,"

" Setelah selesai, dan bubar aku sama Farhan berlari dengan cepat. Kami berdua suka balapan lari setiap pelajaran olahraga. Dan kami melakukan balapan lari tadi."  ungkap Fathur.

"Dan kebetulan aku yang lebih dulu sampai di depan kelas sebelum Farhan. Hingga saat aku melangkah masuk ke kelas menemukan Bapak Penjaga Sekolah tewas. Begitu Pak, maaf agak sedikit belibet." lanjut Fathur panjang lebar.

Kemudian Polisi tersebut menghentikan rekaman dengan ponselnya kemudian menutup bukunya.

"Baiklah, kita sudahi. Terima kasih yah Dik. Kalau ada informasi lain yang kamu ingat atau informasi lagi yang kamu dapat, kabari saya ke nomer ini. Ouh yah, bisa panggilkan Farhan."

"Baik, Pak. Semoga Bapak polisi semua dapat menangkap pelakunya," ucap Fathur dengan tersenyum.

"Kami akan berusaha dengan keras untuk menemukan pelaku agar tidak ada korban lagi. Semangat belajarnya yah, Dik."

Fathur mengangguk, setelah melihat kartu nama yang disodorkan di hadapannya lantas meraih kartu nama tersebut kemudian pergi dari tempat itu.

Fathur berjalan keluar berjongkok memakai sepatunya kembali. Fathur segera mencari Farhan, menelusuri area lingkungan sekolah dan bertanya kepada teman-teman kelas sebelas yang berpapasan.

"Eh liat Farhan Gak?" tanya Fathur pada anak Basket yang satu ekskul dengan Farhan.

"Dia masuk ke Lab biologi." jawab cowok berkacamata yang memegang bola basket.

"Thanks yah."

"Yoi."

Fathur lantas berlari menuju lab biologi. Sampai di sana, Fathur mengintip dari jendela tampak seorang berseragam olahraga yang sama dengannya tengah duduk  menelungkupkan wajahnya di lutut dalam diam.

Fathur lantas berjalan masuk, memastikan kondisi Farhan. "Lo gak apa-apa Han? Lo nggak usah sok kuat! Lepasin aja nangis Lo. Cowok nangis itu bukan berarti dia lemah Farhan."

"Aaaa, haa hiks... aaa... Om... kenapa ninggalin Farhan... Aaa haa hiks ... hiks.." Farhan seketika bersuara keras. Menangis dengan sangat keras.

Kemudian Fathur memilih diam, duduk di samping Farhan. Sejenak mendengarkan Farhan menangis. Membiarkan Farhan mengeluarkan rasa sakitnya yang sesak. Bahwa dia sedang sedih.

"Semoga Lo kuat ngelewatin semuanya, Han." ucap Fathur dalam hati menundukkan pandangan.

Jam Pelajaran Olahraga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang