Tok...Tok!
"Kaaakkk, Bukaaa!"
"Buka sendiri!"
Tok...Tok!
Voka yang tengah fokus mengetikkan Skripsi lantas menatap pintu yang diketuk berulang kali dengan kesal.
"Ouh yah, gue kunci yah. His nyebelin banget sih lagi cair-cairnya otak gue malah diganggu!" Voka lantas berdiri dari ruang tamu menuju pintu yang tertutup.
Tok... Tok!
"Kak, buruan! "
"Sabar woi!"
Ceklek!
Pintu dibuka dengan cepat oleh Voka. Voka menarik gagang pintu dengan lebar. Mendapati seorang paling nyebelin yang dikenalnya. "Ouh, jadi Lo udah sadar?"
"Nggak gue belum sadar Kak. Mata Kakak burem apa? Jelas-jelas gue udah melek dan ngomong gini ditanyain sadar apa belum." Voka menatap wajah cemberut adiknya seketika tersenyum.
"Lo pulang ke sini naik apa?"
"Mobil Taxi, Kak"
"Aduh, mata gue kelilipan," Voka seketika mengusap matanya yang tiba-tiba berair terharu. Fathur tersenyum lalu tiba-tiba menangis dan memeluk Kakaknya.
"Gue juga kelilipan hiks..." Fathur terisak pelan dalam pelukan sang Kakak. "Kakak kenapa harus nangisin Fathur seharian sih."
Voka terkejut lalu melepas pelukannya. Mengusap pipinya yang mulai basah, " 24 Jam?Nggak, seriusan gue nggak nangis selama itu. Lo salah kira, yang bener itu Paman Riga yang nangis! Seharian bahkan paling keras lagi nangisnya di kamar mandi."
"Halah, sok ngeles, Ouh iyaa Kak. Kak, pinjami Baju Kakak buat mereka yah. Kasihan mereka kehujanan dari tadi. "
"Tunggu, Lo bawa anak orang kemari? Lo kira tempat penginapan apa! Hmm, ya udah suruh masuk dua teman Lo itu, gue cari dulu bajunya di lemari" ucap Voka lantas bergegas menuju kamar.
Fathur seketika tersenyum mendengar izin dari kakaknya. "Ziah, Kiara ayok masuk. Gue udah bilang sama Kakak gue."
Taxi pun berhenti di depan rumah Fathur. Kemudian Fathur turun dari taxi. Sedangkan Ziah dan Kiara masih terdiam duduk di kursi penumpang dalam taxi.
"Ayok turun, mampir ke rumah gue dulu yah." Kiara dan Ziah seketika kompak menggelengkan kepala, menolaknya. Sebab mereka berdua tampak lelah dan ingin pulang.
"Gue mau langsung pulang aja," ucap Kiara dengan tegas menolak. Sedangkan Ziah masih terdiam menatap jam dan ponselnya.
Fathur mendengar respon itu lalu menghela napas, " Gue enggak pengen kalian berdua masuk angin karena kelamaan kedinginan di luar. Ada Kakak gue di rumah, jadi kalian bisa pinjam baju Kak Voka buat salin,"
" Lagian rumah gue yang paling deket dari rumah kalian berdua dari tempat tadi. Buruan gih nggak usah kebanyakan mikir Ziah, Kiara." jelas Fathur lalu mulai membayar biaya taxi.
Ziah menatap jam yang telah menunjukkan pukul 8 malam, "Oke, gue numpang sholat isya, Lo gimana?"
"Gue?" Kiara menatap Fathur lalu menatap Ziah sebab diperhatikan lama. Kiara mengalihkan pandangan, dengan ragu mulai mengangguk.
Fathur merasa lega karena Kiara dan Ziah mau bermain ke rumahnya. Dengan bersemangat Fathur mulai membayar taxi. Ziah dan Kiara bergegas keluar dari pintu mobil taxi.
Mereka bertiga berlari menuju teras rumah Fathur. Sampai di depan pintu pas, Fathur mulai mengetuk pintu.
Sedangkan Ziah memperhatikan Kiara yang tampak pucat. Ziah mulai menempelkan lagi tangannya di dahi Kiara. "Lo masih panas, Lo beneran gak mau berobat dulu ke rumah sakit atau ke klinik dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jam Pelajaran Olahraga
Mystery / ThrillerPelajaran Olahraga sebagai pelajaran yang diminati para siswa sebab tidak hanya dilakukan di kelas melainkan di luar kelas yakni lapangan. Bagaimana jika jam pelajaran olahraga itu menjadi momen jam paling mengerikan? Si tokoh utama lelaki bernama...