hal-6

35 2 0
                                        

Fathur berlari dengan tergesa-gesa, hingga tersandung, kaki kanannya masuk ke selokan. "Ishh, lah. Pake jatuh segala." Fathur dengan kesal melepas sepatunya, dan meninggalkannya.

Fathur menatap ke belakang, matanya melotot saat melihat seorang dengan topeng menyeramkan berlari mengejarnya dengan memegang pisau.

Fathur dengan terpaksa meninggalkan sepatunya, berlari terbirit-birit  melewati lorong-lorong koridor yang sepi. Fathur melihatnya orang tersebut terus mengejarnya.

Sampai di depan kamar mandi, Fathur langsung masuk ke dalamnya, kemudian menutup pintunya dengan berdebar.
Menguncinya dari dalam.

Fathur mendapati kotak sampah, tanpa pikir panjang seketika menarik 3  kotak sampah yang telah penuh setinggi dengan lututnya. ang berada di samping bilik pintu, lantas meletakkannya ke pintu untuk menahan pintu.

Fathur menarik napas, mengembuskanya beberapa kali. Tangannya gemetar merogoh saku bajunya, menyemprotkan inhaler ke mulutnya. "huh.. huh... huh!"

Fathur mulai mengintip dari lubang pintu yang terlihat. Orang tersebut tiba-tiba menusuk pisau ke lubang pintu. Fathur terkejut hingga terjatuh ke lantai.

Bruk...Bruk!

Fathur terperangah pintu kamar mandinya di dobrak dengan sangat kencang. Fathur mulai cepat bangkit berdiri, berusaha keras menahan pintunya, matanya berkaca-kaca. Seketika pipinya basah. "Ya Allah, aku belum siap pergi dari duniaaa sekarang."teriaknya dalam hati seketika menangis.

"Aku belum siap ninggalin nenek sendirian di rumah. Aaaa hikss ...hiks..."

Suara dobrakan itu seketika berhenti, Fathur mengembuskan napasnya. Berharap orang yang mengejarnya telah pergi.

Fathur menyentuh dadanya, napasnya ngos-ngosan. Pandangannya menatap ke depan. Baru menyadari jika kamar mandinya terlihat sepi.  Fathur melihat lebih jelas, terdapat 5 bilik kamar mandi, dan ada dua bilik kamar mandi yang tertutup pintunya. Satu berada di tengah, dan satunya lagi berada di paling ujung.

Sreet!

Suara pintu dari bilik kamar mandi seperti akan terbuka membuat Fathur kalang kabut panik. "tenang Fathur, Lo harus berani!" Fathur menggigit bibirnya, dirinya telah terjebak, tidak ada pilihan selain menghadapinya.

Fathur berjalan perlahan, mengambil sapu yang berada  tidak jauh di dekatnya. Dengan perlahan Fathur mengangkat sapu tersebut tinggi-tinggi, bersiap-siap melayangkannya.

Kreeek... keek!

"Hiyaaaakk! Hah, Bara?" Seorang siswa yang di kenalnya itu tampak kaget berjalan mundur menghindari  sapu yang hampir mengenai wajahnya.

  Fathur menghela napas, menurunkan sapunya. menangkupkan kedua tangan sebagai permintaan maaf. "Maaf, aku nggak sengaja mukul kamu Bara." Setelah mengatakan hal itu, Bara tampak mengangkat alisnya dengan tatapan bingung. Fathur menepuk dahinya.

"Aku lupa kamu nggak bisa denger. " Fathur dengan cepat mengeluarkan buku dari dalam tas, karena dirinya belum pernah belajar bahasa isyarat.

Bara melihat tulisan tersebut mengangguk tanpa bersuara, perlahan mengambil buku tulis dari Fathur, menuliskan di dalamnya.

"Gak apa-apa Fathur. Lagian enggak kena juga" jawab Bara menuliskannya di kertas, dengan tersenyum. Bara melihat mata Fathur memerah dan pipinya  basah. Seperti sehabis menangis.

Bara menuliskan lagi di bukunya, "Lagi ada masalah apa? Kamu gak apa-apa kan?" Bara membalikkan bukunya ke arah Fathur dengan perasaan khawatir.

Fathur tertawa kecil kemudian mengangguk, lantas mengusap pipinya dan matanya yang mengalir lagi air mata.

"Aku belum bisa cerita soal masalahku, lain kali saja yah. Lagian aku sekarang udah selesai kok nangisnya. Kenapa kamu belum pulang?" Fathur mengambil alih buku, dan menuliskan sesuatu untuk mengalihkan pembahasan. Karena dirinya belum siap untuk menjelaskan kenapa dia ketakutan hingga menangis.

Bara menghela napas panjang, " Iya kalau begitu, gak apa-apa Fathur. Santai aja, bisa kapan-kapan. Kamu nggak usah maksain buat cerita."

" Aku ya? Aku belum pulang karena Angga dan Kiara ngajakin aku ngerjain tugas kelompok seni budaya yang buat air terjun dari bahan bekas karena besok deadline di kumpulnya. Syukurlah kita akhirnya udah selesai ngerjainnya. Ouh yah, kelompokmu Fathur, Kamu udah ngerjain ?"

"Aku udah bahkan di hari pertama setelah pemberian tugas itu. " jawabnya dengan senyum lebar.

"terlalu rajin. Eh ya, jujur aku sebenarnya agak gak berani ke kamar mandi di sekolah ini, setelah kejadian yang menimpa bapak penjaga sekolah kita. Karena rumahku jauh dan aku tidak tahan untuk buang air kecil, jadinya aku nekat ke kamar mandi ini"

Fathur terperangah seketika mengangguk, "Aku juga khawatir saat berada di sekolah, dan ingin cepat pulang. Tapi Farhan mengajakku untuk ketemuan di lapangan basket,"

"Farhan bilang dia mau ke wc dulu, tapi lama banget tuh Farhan nggak juga datang. Makannya aku ke kamar mandi buat ngecek Farhan, aku khawatir Farhan terjadi apa-apa."

"Ouh ya sepatumu sebelahnya ke mana? terus kenapa kamu naro kotak sampah di belakang pintu dan dikunci?" Bara menatap tingkah aneh Fathur yang tampak ketakutan tidak seperti biasanya mengenakan sepatu sebelah.

Fathur terbatuk-batuk kemudian mengembuskan napas. Bingung harus mengatakannya kepada Bara atau tidak. Tapi bagaimana pun Bara adalah teman sekelas yang baik. "Sebenarnya aku habis di kejar sama orang bertopeng. Orang itu bawa pisau."

"Apa? Ya Allah terus ada yang luka gak. Jadi kamu sembunyi di sini, dan orang bertopeng itu masih di luar?Lebih baik sekarang kita hubungin polisi kalau kita terjebak di sini. Apa polisi masih ada di sekitar sekolah kita?" tulisan itu membuat Fathur  melotot merogoh kantungnya.

"Hp aku terjatuh pas panik tadi di lapangan basket. Gimana ini?" ucap Fathur membuat Bara terkejut.

Greek! Byuuur!

Suara keran diputar membuat Fathur dan Bara tersentak kaget, menoleh ke bilik yang berada diujung dengan pintunya masih tertutup.

Fathur menunjuk bilik itu, membalikkan tulisan yang baru ditulis ke hadapan Bara "Kamu tau siapa orang yang masuk ke dalam bilik kamar mandi ujung itu?"

Bara menggelengkan kepala,  kemudian mengambil buku  yang dioper Fathur. Menuliskan dengan cepat. "Aku nggak tau, di dalam bilik sana adalah orang yang sama, pas aku baru masuk ke kamar mandi atau udah beda orang. Karena ketika aku masuk ke kamar mandi di sini, bilik bagian ujung itu pintunya udah nutup. "

"Jangan-jangan..."

Fathur menjatuhkan bukunya seketika mendadak khawatir, memandang Bara. Fathur kemudian berjongkok memungut cepat buku yang dijatuhkan.

Bara seketika mengambil serokan sampah, bersiap-siap untuk menghadapi apa pun yang terjadi di depan.

Fathur yang melihat Bara waspada, lantas memasukkan buku ke dalam tas, beralih memegang sapu dengan erat.

"Apa mungkin orang yang di dalam adalah salah satu pembunuh yang bersembunyi?" ucap Bara meneguk ludahnya dengan khawatir.

Fathur menarik napasnya, mengembuskannya dengan kasar. "Gue berharap orang yang di dalem bukan pelaku pembunuhan. Huh huh"

Perasaannya mulai berdebar, kakinya bergetar. Suara aliran air di dalam WC, membuat Fathur dan Bara mencoba bersiap memberanikan diri.

Suara pintu terbuka, Bara dan Fathur lantas berlari menyerang  orang yang baru keluar dari bilik itu.

"Hiyaaakk!"

Fathur dan Bara mulai memukulinya dengan gemetar. Mereka berdua sambil memejamkan mata memukulnya dengan khawatir.

Bugh ... bugh!

"Woi, woi berhenti!"

Jam Pelajaran Olahraga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang