hal-8

18 2 0
                                    

Farhan tersenyum mengintip di balik tembok. Di sana tampak Ziah terus berlari mengejar orang bertopeng mulai mengarah ke arahnya.

"Mau lari ke mana Lo, hah?" Farhan berdiri menghadang orang bertopeng yang terkejut hingga mulai mencari celah berlari ke samping namun tertahan saat Fathur datang sambil mengangkat sapu ijuk.

" Lebih baik serahin diri Lo kepolisi!" ucap Fathur dengan senyuman lebar. Di sisi kiri Bara datang  dengan tangan gemetar memegang serokan sampah.

Ziah merasa lega karena mendapati Fathur, Bara, dan Farhan yang membantunya menjebak orang bertopeng itu. Seketika semuanya berjalan mundur saat pisau diarahkan dengan terang-terangan di hadapan mereka.

Ziah menatap Fathur berkeringat dingin, kemudian Farhan terlihat tidak takut walaupun kakinya sedikit bergetar. Dan Bara mulai melemparkan serokan sampah ke arah orang bertopeng itu hingga mengenai kepalanya.

Seketika orang bertopeng itu bergerak menyerang Bara dengan menyerang pisau. Ziah melihat hal tersebut lantas maju menghadapi orang bertopeng itu dengan kemampuannya.

Bugh...bugh!

Di samping itu Fathur tercengang saat melihat orang itu menggores kaki kanan Ziah dengan pisau. Hingga kaus kaki putih yang dikenakan berubah warna merah.

Seketika Ziah membalasnya dengan cepat meninju wajahnya hingga hidungnya berdarah, kemudian menendang perutnya. Lalu melepaskan serangan tendangan mengenai wajahnya hingga orang bertopeng tersebut terkapar.

"Ziah terluka. Ouh ya, gue kan masih punya satu plester. Gue kasih dia aja. " Fathur mengeluarkan dari tasnya, kemudian menyerahkan kepada Ziah tanpa berkata apapun.

Ziah melihat Fathur menyerahkan sebuah plaster, lantas mengambilnya tanpa berbicara apapun memasukkan ke dalam saku.

Farhan bertepuk tangan, "wahh, gak nyangka Lo jago dan keren banget." Ziah tidak mengatakan apa pun mulai mencengkram tangan orang bertopeng itu dengan mengubahnya menjadi tengkurap. 

Kemudian Farhan mulai berjongkok dengan kasar membuka topeng itu. Setelah topeng itu terbuka Farhan menutup mulutnya terkejut.

"Ka-kak?"

Bara tampak terkejut, begitupun Fathur melihatnya dengan tidak mengerti mengapa orang tersebut melakukan hal seperti ini. Ziah seketika melepaskan cengkramannya saat melihat wajah orang tersebut.

Ziah mengangkat alisnya saat menyadari luka sayatan  di area belakang leher Varo. "Kenapa dia bisa ada luka sayatan. Atau dia dilukai orang? Apa ini ada hubungannya dengan pelaku pembunuhan. " Ziah bergumam dalam hati sambil memperhatikan bekas luka sayatan yang tampak tidak dalam di area belakang leher.

"Hai, kalian temannya Farhan yah." Seorang dengan santai beranjak berdiri, membenarkan rambutnya yang acak-acakan. Kemudian mengelap ujung bibirnya yang berdarah. "Ouh yaa, Lo. Sorry ya gue nggak sengaja ngenain pisau itu ke kaki Lo. Nanti gue yang bayarin buat berobat kaki Lo "

Ziah mengangguk tanpa berkata apapun. Lagian Ziah tidak mempermasalah hal itu, Ziah menatap aneh tangan Varo yang tampak gemetar menjatuhkan pisau tersebut.

"Kenapa Kakak bisa di sini? Apa yang Kakak lakuin, Jawab!" Farhan berdiri mengusap wajahnya dengan frustasi.

"Bukan Kakak kan yang bunuh Om Hago? Kenapa Kak Varo diam aja!"  Farhan menodong pertanyaan langsung kepada Kakaknya. Varo mendengar hal tersebut tersenyum.

"Jadi beneran Om Hago meninggal? Syukurlah akhirnya. Lo nanya Kakak yang bunuh? Kakak bahkan baru tau hari ini kalau Om Hago meninggal hahaha"  Varo menjawabnya dengan tertawa kecil, Farhan syok mendengar respon Kakaknya yang tidak seperti biasanya.

Jam Pelajaran Olahraga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang