Seminggu berlalu, mereka akhirnya kembali menuju sekolah yang mana beberapa bangunan di renovasi kembali. Fathur, Farhan, Ziah, dan Bara saling pandang menatap kelas baru yang terletak di ujung sebelah gudang kebakaran.
Kelas baru itu merupakan ruangan khusus ekskul tari yang kini telah dipindah. Untuk Ekskul tari kini berada di bangunan yang merupakan aula gsg untuk sementara waktu.
Mereka berempat berjalan masuk ke dalam kelasnya. Memilih bangku baru. Ziah melihat bangku belakang kosong. Segera mengisinya. Farhan, Fathur, dan Bara melihat Ziah duduk di belakang. Seketika mengambil tempat duduk di depan bangku Ziah.Entah sejak kapan mereka berempat akrab sepertinya karena masalah yang ad di sekolah. Beberapa anak memandang Fathur, Bara, dan Farhan sedikit aneh karena tidak biasanya mereka dekat dengan Ziah. Di dalam kelas sana terdapat beberapa siswa yang baru berangkat.
"Thur, Lo duduk sama gue kan?" Fathur tersenyum menggelengkan kepala, menolak permintaan Farhan.
Melambaikan tangan ke Bara, lantas duduk di samping Bara. "Sorry, gue bosen duduk sampingan sama Lo terus Farhan. Gue mau duduk sama Bara"
"Han, Lo duduk sama gue aja." timpal seorang yang datang menenteng buku cetak bahasa inggris.
Farhan tercengang kemudian tersenyum senang, mengangkat jempolnya ke arah Angga si ketua kelas. "Mantap lah. sini bro. Lo nggak apa-apa duduk sama gue? Gue kan nggak pinter-pinter amat kek Lo."
"Jangan mau Angga. Farhan bakal nyusahin Lo terus. Percaya deh, Lo pasti bakal jadi korban contekan Farhan terus hahah." ejek Fathur membuat Farhan seketika melempar buku tulis mengenai kepala Fathur.
"Aw, Lo parah banget sih. Sakit bego!" Fathur berucap kesal seraya mengusap pelan kepalanya yang sedikit sakit ketimpuk.
"Bahahah, syukurin. Siapa suruh Lo ngatain gue. Temen sialan emang."
"Udah-udah, masih pagi jangan ribut bro. " Angga mengambil buku yang dilempar ke kepala Fathur kemudian memberikannya kepada Farhan.
Farhan menerimanya dengan wajah cemberut. Seketika Fathur membuang muka dan duduk tenang di samping Bara. Bara tampak sedang memperhatikan surat-surat cinta yang ada di mejanya.
"Han, Thur, Lo mau ke kantin gak mumpung belum masuk. Gue mau sarapan dulu bentar." Angga meletakkan tas menatap Farhan dan Fathur bergantian.
Fathur dan Farhan seketika kompak menggeleng. "Gue udah makan di rumah." Fathur menjawabnya dengan jujur. Dirinya bahkan membawa kotak bekal yang telah disiapkan bunda.
Farhan menatap jam dinding, kemudian nyengir lebar, "Gue nggak biasa sarapan pagi. Yang ada nanti gue kebelet berak. Lagian yah tadi perut gue udah gue isi roti ukuran jumbo kok."
Angga mengangguk seketika, lalu berjalan pergi sendirian keluar kelas. Farhan menatap tas yang tidak biasa berada di sampingnya. Karena sejak SMP kelas tiga, dia selalu duduk bersama Fathur hingga masuk sekolah bersama dan syukurlah sekelas bersama.
"Thur, cepet pinjam ke gue pulpenmu. Buru!" Fathur menengok kebelakang mengeluh. Dengan terpaksa meminjamkan pulpen yang kini tersisa dua di kotak pencil miliknya. lantas menyerahkan pulpennya. "Lo kenapa nggak beli sih tadi. Nggak modal banget!"
"Thanks, nanti gue beli dah. Perasaan gue baru beli kemarin, lima menit gue taruh di meja. Pulpen gue hilang. Asem-asem pasti kebiasaan ulah si Udin nih. Jatuh sedikit ke lantai langsung digosop. Hah." ucap Farhan menunjukkan senyumnya yang lebar.
Kemudian menunjukkan jari tengahnya ke Udin yang baru memungut pulpen yang jatuh menjadi mangsa baru.
"Lo jangan ngambil pulpen gue lagi tai! Nihlah satu pack. Sekarang jangan Lo nyuri lagi pulpen temen sekelas." seorang cewek bernama Lara paling sultan di kelas memberikan sekotak pulpen.
![](https://img.wattpad.com/cover/362400009-288-k346194.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jam Pelajaran Olahraga
Mystery / ThrillerPelajaran Olahraga sebagai pelajaran yang diminati para siswa sebab tidak hanya dilakukan di kelas melainkan di luar kelas yakni lapangan. Bagaimana jika jam pelajaran olahraga itu menjadi momen jam paling mengerikan? Si tokoh utama lelaki bernama...